Rabu, 30 September 2020

BULETIN SEVENTEEN : BERGURU DI DUNIA TERBALIK

 


BERGURU DI DUNIA TERBALIK

 

Ingatan mengulur kebelakang hari. Pengalaman yang susah dilupakan. Saat itu, aku duduk terdiam sejenak di depan laptop, walaupun mata mulai sayup. Secangkir teh yang telah dingin dan dua buku teks menemaniku malam itu. Beberapa saat kemudian Sang Istri keluar kamar dengan jaket tebal. Sungguh, angin dingin yang berhembus dari celah ventilasi tak mampu mengalahkan keinginanku.

Bukan pikiran yang tidak mampu, ide menumpuk di alam hayal. Kemampuan teknologi menjadi hambatanya. Aku menegok kamar “shifu” sudah terdengar hening. Dia telah lelah belajar sambil mengajariku seharian. Inilah tantangan hidup di masa “daring” pada dunia maya. Anak balik mengajar, siswapun harus menjadi kawan.

Belajar dari generasi milenial, menjadi solusi untuk mengejar ketertinggalan. Pengalaman masa lalu tidak semua berguna. Gaya hidup menuntut perubahan yang banyak. Guru pun berguru pada yang muda. Hanya orang lemah yang tidak mau untuk terus belajar. Itulah ungkapan kawanku saat nongkrong di ruang guru.

Selamat datang di dunia terbalik, Kataku. Kawan-kawan sekeliling hanya tersenyum mendengarnya. Apakah mereka tersinggung? Jika iya, selamat terbenam dalam kesusahan. Itulah ungkapku dalam hati. Kenyataannya, banyak keluh kesah yang terdengar. Memulai saat terdesak memang memakan energi yang banyak. Akulah contohnya. Walapun laptop sangat canggih namun ilmunya masih sedikit untuk mengopersikannya. “Maul…Aminah, bantu ayah dulu dong!” Begitulah jika sudah tersudut. Anak menjadi “shifu” terdekat untuk berguru.

Kini, bagai belajar berlari. Sesekali berlagak “sok tau” untuk mengajari. Bukan untuk menyobongkan diri. Berbagi dan saling membantu menjadi ungkapan yang dipilih. Setelah menjalani, sensainya memang berbeda. Jika tahu caranya akan memudahkan kerja maupun karya. Semua memang ada di genggaman dan komputer jinjing. Sinyal dan kouta menjadi mesin untuk menyalakan imajinasi. Jarak menjadi dekat, lama menjadi singkat bahkan sedikit bisa berubah banyak.

Begitulah teknologi berkerja saat ini. Berbeda jauh saat masaku yang hanya bisa bermain kelereng dan enggo lari. Kini game on line hingga aplikasi game of line menjadi mainan anak-anak hingga orang dewasa. Dahulu, berbicara sendiri atau joget ditengah jalan itu orang gila. Sekarang berkespresi yang tidak wajar itu menjadi hobi yang baru.  

Teknologi memang butuh etika. Karakter menjadi buruk jika manusia tidak menggunakan akal untuk memakainya. Dahulu ke sekolah dilarang membawa handphone. Sekarang dilarang ke sekolah namun di suruh pakai handphone. Wabah ini membuat dunia yang aku rasakan, seolah terbalik. Aku pun merasakan hidup di jaman yang berbeda.

 Cerita itu berawal dari buku ini




 

 









1 komentar:

  1. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    -bandar 66
    -perang baccarat (new game )
    Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
    PROMO MENARIK
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) |
    Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus

SAMPAH RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

  Rumah tangga memproduksi sampah setiap hari. Hal ini sesuai dengan aktivitas penghuninya. Sebagia besar berupa bahan organik, Misalnya sis...