Tampilkan postingan dengan label Karyaku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Karyaku. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Desember 2025

Rasya - Empat Hal Unik Dalam Praktek Genetika Dengan Menggunakan Tutup Botol Tetra Warna (Cerita Refleksi Terbaik)


Aku duduk bersama kelompokku yang hebat di kelas 9.3 SMP Negeri 17 Kendari. Kami semua siap untuk membuktikan hukum Mendel tentang pewarisan sifat melalui praktek genetika. Mendel mengajarkan bahwa sifat diwariskan melalui gen, dengan aturan seperti segregasi (pemisahan gen) dan dominansi (sifat dominan menutupi resesif). Kami menyiapkan penutup botol dengan empat warna sebagai simbol genetiknya

"Pertama, belajar melalui tutup botol berwarna."

Saat memulai, kami merasa sedikit kesulitan karena alat-alat seperti penutup botol untuk simbolnya justru kurang. Tapi ini justru jadi pelajaran inspiratif!  Seperti dalam hidup, tantangan awal membuat kita lebih kreatif.  Memahami kelemahan itu, kami bekerja sama dengan kelompok lain untuk bertukar warna tutup botol yang berlebih.

"Kedua, bermain sambil belajar"

Bermain teka-teki silang dilakukan sebelum praktik dimulai. pertanyaa dan jawabannya tentang percobaan Mendel tentang dihibrid. Walaupun kelas kacau namun seru. Kami tidak mau kalah dengan kelompok lain. Menang dan kalah itu bukan masalah, yang penting konsepnya dipahami. Ini wajib, agar permainan selanjutnya bisa dilakukan dengan baik. Bermain pasangan warna dengan kode genetik yang berbeda. Memasangkan penutup botol sesuai warga genetiknya menjadi pengalaman yang berkesan. Menghitu perbandingannya harus tepat dengan pasangan warna yang telah disepakati. Walau lelah tapi asyik. Pembuktian pun berhasil dilakukan.

"Ketiga, kami berdiskusi untuk mebuat laporanyan." 

Setelah tantangan awal, akhirnya kami bisa melanjutkan. Guru menyuruh kami mencatat setiap langkah dan hasilnya. Bukan hanya teks prosedur tetapi isian tabel pengamatannya juga penting. Persilangan tanaman induk (misalnya, kacang hijau dengan kuning) hingga pengamatan generasi F1 dan F2. Kami melihat sifat dominan seperti warna hijau muncul lebih banyak, membuktikan hukum Mendel. Mencatat ini sangat inspiratif karena membuatku sadar betapa pentingnya data. Seperti Mendel yang mencatat ribuan biji, catatan kami bisa jadi dasar penemuan baru. Ini menginspirasi aku untuk selalu teliti dalam belajar, karena genetika membantu kita memahami diri sendiri. Misalnya, kenapa kita mirip orang tua atau punya sifat unik?

"Keempat, perasaan saya senang praktek." 

Meski ada hambatan, perasaan senang akhirnya datang saat melihat hasilnya. Kami berhasil membuktikan bahwa sifat seperti warna biji diwariskan secara teratur, sesuai hukum Mendel. Ini membuatku bahagia karena genetika bukan hanya teori di buku, tapi bisa kita rasakan langsung. Praktek ini menginspirasi aku untuk bermimpi besar. Mungkin suatu hari aku jadi ahli genetika yang membantu manusia. Seperti dalam pengobatan penyakit keturunan. Pengalaman ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan penuh petualangan, dan kegembiraan datang dari ketekunan!

Rabu, 03 Desember 2025

PIALA PERTAMA UNTUK SMPN 17 KENDARI - 2006

 


Mengubah Julukan "Sekolah Ubi" Menjadi "Sekolah Prestasi" di SMPN 17 Kendari

Kisah ini dimulai dari sebuah mimpi besar di tengah hamparan tanaman ubi dan padang ilalang yang luas. Tahun 2006, SMPN 17 Kendari atau yang akrab disapa "Seventeen" baru berusia seumur jagung. Walaupun baru didirikan tahun 2004 namun sudah harus berhadapan dengan julukan yang menyakitkan. "Sekolah Ubi" atau "Sekolah Pinggiran." Julukan-julukan negatif itu, yang lahir dari lokasi sekolah yang jauh dari jalur kermaian kota. Terasa seperti beban yang harus dipikul oleh setiap siswa dan guru.

Dibalik label tersebut, tersembunyi semangat membara. Siswa-siswi Seventeen memiliki keinginan yang sangat besar untuk membuktikan diri. Mereka melihat kompetisi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kemendikbudristek) pada tahun 2006. Kegiatan yang bertajuk Keunggulan Pembelajaran, sebagai sebuah panggung untuk menampilkan upaya terbaik. Ini kesempatan untuk memutus stigma yang melekat.

Bagaimana peran saya?  Saat itu sebagai guru yang mendampingi mereka, dimulai.

Peran saya sangat padat. Menjabat Wakil Kepala Sekolah, Wali Kelas, Pembina OSIS, sekaligus Pembina Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). Jadwal yang begitu mencekik membuat waktu pembimbingan karya tulis ilmiah (KTI) siswa menjadi tantangan terbesar. Proses penelitian, penyusunan, hingga latihan presentasi harus diambil di luar jam pelajaran resmi.

Seringkali, pembimbingan berlangsung saat hari sudah makin gelap, ketika tenaga sudah hampir terkuras setelah seharian mengurus berbagai tugas sekolah. Saya ingat betul, semangat mereka adalah bahan bakar yang jauh lebih kuat dari rasa lelah. Melihat mata mereka yang penuh harapan dan keinginan kuat untuk mengubah nasib sekolah. Membuat saya rela meluangkan waktu dan sisa energi yang ada.

Kami membahas hipotesis, menganalisis data, menyusun kalimat demi kalimat, dan berlatih presentasi berulang kali. Mereka tidak hanya belajar tentang metode penelitian. Para siswa itu juga belajar tentang ketekunan, kepercayaan diri, dan kerja keras yang tulus.

Akhirnya, doa-doa itu membuahkan hasil.

Pada kompetisi Keunggulan Pembelajaran tahun 2006, tim KIR Seventeen berhasil meraih piala pertama untuk SMPN 17 Kendari sejak sekolah itu didirikan. Momen itu adalah ledakan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Piala itu bukan hanya sekadar trofi. Itu adalah simbol perubahan, bukti nyata bahwa julukan "Sekolah Ubi" telah mulai berganti menjadi "Sekolah Prestasi."

Prestasi perdana ini menjadi titik balik dan semangat baru yang menular ke generasi siswa berikutnya. Setelah piala pertama itu, bendera prestasi Seventeen terus berkibar. Bukan hanya puluhan piala yang berhasil diraih di tingkat provinsi, tetapi karya tulis ilmiah siswa mampu menggapai dua kali meraih medali emas di tingkat nasional. Bahkan, di bidang jurnalistik, mimpi mereka juga terwujud dengan meraih prestasi di Kota Yogyakarta. Kisah inilah yang kemudian menjadi jembatan berdirinya Buletin Digital Seventeen, meskipun kini timbul tenggelam dalam kiprahnya di "Bumi Rindang Seventeen."

Kini, setelah dua puluh satu tahun berkiprah (2004-2025), kisah piala perdana tahun 2006 ini tetap menjadi cerita inspirasi yang abadi. Ia mengajarkan bahwa lokasi fisik tidak menentukan potensi.  Bahwa dengan keinginan yang kuat dari siswa, didukung oleh pengorbanan dan dedikasi guru mimpi akan dapat menjadi nyata. Meskipun dalam keterbatasan waktu. Label negatif apa pun dapat diubah menjadi sebuah sejarah kebanggaan.

Selasa, 25 November 2025

PEMBINA UPACARA MENJELANG HUT GURU DAN PGRI

 


Belajar dari alam

Benih mengajarkan kita bagaimana untuk terus tumbuh secara berlahan menjadi semak, pihang, tihang dan akhirnya menjadi pohon yang besar ditengah ekosistim yang luas. Begitulah belajar dengan jenjang yang telah ada.

Pohon yang tinggi tentu memiliki akar yang kokoh untuk terus tegak dan menjalani hidup. Maka belajrlah dengan tekun agar hidup tidak terobang ambing dan tetap teguh dengan pengalaman hidup dan cara hidup yang baik.

Namun inngatlah dari mana kamu berasal. Lumut yang kecil membutuhkan perjuangan yang besar untuk hidup di lahan yang tandus. Mengoyak batuan untuk beradaptasi sepanjang hidupnya. Meraih titik air agar bisa bertahan. Setelah tanah menjadi gembur, Dia mampu mengundang pohon lain untuk tumbuh bersama. Itulah maknanya ilmu dengan iman dan taqwanya menjadi beriringan.

Katika hujan, air yang jatuh digunung akan menenukan jalan menuju samudra yang luas. Jika tidak sampai, tetesannya akan berguna bagi banyak mahluk. Begitulah belajar, Selalu mencari solusi dari masalah yang dihadapi dan tetap berguna bagi semua.

Maka tegaklah bagai gunung yang tinggi agar bisa meraih cia-cita yang diinginakn. Itulah mengapa belajar itu menjadi sebuah kewajiban untuk hidup damai, selamat dan sejahtera di dunia dan diakhirat semua butuh ilmu dan pengethuan yang baik.



Link kegiatan peringatan hari guru tahun 2025 oleh OSIS SMPN 17 Kendari





Rasya - Empat Hal Unik Dalam Praktek Genetika Dengan Menggunakan Tutup Botol Tetra Warna (Cerita Refleksi Terbaik)

Aku duduk bersama kelompokku yang hebat di kelas 9.3 SMP Negeri 17 Kendari. Kami semua siap untuk membuktikan hukum Mendel tentang pewarisan...