Jumat, 12 Juli 2019

CERITA PERJALANAN : BERGURU DI DUNIA TERBALIK

BERGURU DI DUNIA TERBALIK
PENERBIT : CV. Intishar Publishing
ISBN : 978-602-490-587-3
TAHUN : 2019


Pengalaman berharga sangat berarti dalam memberikan makna kehidupan. Kisahnya menjadi sejarah yang tidak akan berulang. Bila sama tempatnya bisa jadi suasana dan ceritanya akan berbeda. Begitu pula dengan kiprahku di Negara Cina. Jalan perdana ke luar negeri memberi warna lain dalam hidupku. Banyak hal yang ditempa maupun ditimba. Mungkin bagi sebahagian orang, ini biasa saja. Namun bagiku inilah rahmat Allah SWT yang tak ternilai. Berada di Provinsi Jiangsu selama 21 hari, banyak gambaran pembelajaran di era teknologi 4.0 yang dipelajari. Larut dalam aktivitas kelompok 21 untuk pembelajaran abad-21 menjadi pengalaman yang sangat berarti. Mengangkat tema STEM – PBL ( Sciance, Technology, Engineering and Mathematics – Problem Based Learning) menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi. Training Program in China for Excellent Teachers and Principals of MOEC Republic of Indonesia menjadi tema yang sandangkan dari Kemdikbud RI. Semuanya terangkum dalam kegiatan lecture, culture activity, school visit, culture investigation and field study. Tentunya banyak hal yang perlu dibagi kepada masyarakat di Indonesia. Kisah kolaboratif edikasi, wisata, teknologi dan pembelajaran diramu dalam kata bertutur yang sangat sederhana. Indonesia dan Cina memang banyak perbedaan. Ada yang bisa dipetik, adapula yang harus dibuang. Semua itu karena pilihan, prinsip dan keyakinan. Sisi positif yang banyak diharapkan dalam kisah ilmiah ini. Inilah lembar pengalaman yang memang berbeda dengan kampung halamanku.


BERGURU
DI DUNIA TERBALIK
(Pengalaman Terbaik
dikelompok 21
dalam pembelajaran abad 21 selama 21 hari
di Cina)

Training Program in China for Excellent Teachers and Principals of  MOEC Republic of Indonesia
From 3rd-23rd of March 2019 Jiangsu – China


Suhardin
2019
 





Rabu, 03 Juli 2019

BULETIN SEVENTEEN : SOLUSI GURU JAMAN NEW


SOLUSI GURU JAMAN NEW
(ANTARA KARAKTER, KARIR DAN ZONASI)

Sebuah Refleksi Paparan Kegiatan Pembukaan Seminar Nasional Guru Berprestasi Tahun 2019

     Guru sebagai profesi yang tidak bisa tergantikan oleh perkembangan jaman harus mampu mengarahkan pembelajaran sesuai kondisi dan tuntutan keadaan. Pekerjaan ini harus mampu merancang desain proses maupun produk peserta didik yang berdaya saing. Tujuan tersebut membuat guru harus terus belajar agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.

      Pendidik memegang peran penting dalam era teknologi yang makin berkembang. Tidak hanya mengajarkan pemanfaatan teknologi saja, akan tetapi harus mampu pula mendidik dengan menanamkan nilai karakter yang baik. Akademik boleh saja meningkat namun peserta didik harus memiliki kemampuan menerapkan nilai budaya positif dalam hidupnya. Manusia yang religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan bertintegritas menjadi dambaan kualitas generasi emas di masa mendatang. Pendidkan karekter menjadi jalan keluarnya.

     Inilah tantangan besar dunia pendidikan saat ini. Tidak hanya meningkatkan kualitas akademik tetapi juga membangun manusia yang berkarakter. Banyak hal negatif yang terjadi saat ini akibat merosotnya nilai-nilai karakter. Tidak hanya ahlak dan moral anak menjadi sorotan, namun beberapa tindak tanduk guru kadang terseret dalam rana etika dan pidana.

    Regenerasi guru kini menjadi persoalan baru. Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat, menjadikan guru harus bekerja keras. Jaman yang berbeda tentunya pengetahuan harus terus diperbanyak. Guru jaman ular tangga dan pnsel pintar tentu berbeda situasi mengajarnya. Namun semua harus berubah. Caranya dengan belajar. Olehnya itu, perbedaan zaman ini dapat disiasati dengan pengembangan keprofesionalan melalui zonasi. Sehingga seorang pendidik dapat menjadi penghubung dalam mengantarkan ilmu pengetahuan melalui cara mereka dalam belajar dan mengajar. Pelatihan yang berpusat sentra nasional atau propinsi segera diregulasi kedalam kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Kegiatannya terfokus pada penguatan muatan kompetensi pembelajaran.

     Setiap hasil usaha tentu memiliki keuntungan maupun kerugian. Sisi negatif yang melemahkan dalam pencapaian kompetensi peserta didik akan menjadi arah kegiatan pelatihan. Nilai ujian nasional akan menjadi patokan untuk menutup celah kekurangan setiap sekolah. Bergabung dalam sebuah perkumpulan di kawasan terdekat akan efektif untuk berbagi pengalaman sesama pendidik. Teknik 5 in dan 3 on dipesiapkan. Aktifitas refleksi (pembelajaran dan diri), penyiapan perangkat, pengajaran, revisi dan penerapan pembelajaran terbaik akan mendominasi penguatan di MGMP nantinya.

    Disamping kurikulum yang diterapkan, sarana dan prasarana juga memagang peran dalam ketercapaian program ini. Namun inovasi dan keriatifitas guru harus menjadi jalan keluar. Semuannya terpulang pada sistem pengelolaan pendidikan di sekolah. Kualitas manejerial ini tidak lepas dari kemampuan kinerja Kepala Sekolah dan pengawasnya. Menaikkan tingkat kesejahteraan mereka menjadi alternatif, namun posisi ini harus dipegang oleh pendidik yang berkualitas. Artinya hanya guru terbaik yang bisa menduduki kedua posisi tersebut.

     Pemegang kendali utama pencapaian program tersebut adalah guru, sosok pengajar di ruang kelas. Melatih guru sesuai tuntutan jaman memang tidak mudah. Pelatihnya harus pula guru terbaik. Penyiapan guru inti menjadi langkah awal yang akan dilakukan pemerintah. Jika jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki 10 mata pelajaran untuk 458 kabupaten/Kota maka akan ada 4580 zona. Kurang lebih 900.000 guru akan menjadi sasaran penerapannya. Jumlah efektifitas pelatihannya adalah 82 jam. Inilah cakaran matematiknya secara kasar di atas kertas.

    Kondisi itu membuat distribusi guru akan terjadi perubahan. Artinya guru berkualitas akan terdistribusi secara merata pada zona yang sama. Demikian pula halnya dengan tingkat kompetensi dan akademiknya. Semua itu akan menghapus istilah sekolah favorit. Jadi bukan hanya pada pemeratan siswa namun kualitas pengajar akan disamaratakan.  Bagaimana halnya dengan guru bimbingan? Sebagai katalisator, seorang guru harus mampu mengarahkan bakat dan minat siswa. Walaupun ini tugas semua guru, namun BK memiliki peran yang besar. Jadi tidak hanya menangani peserta didik yang bermasalah, siswa berpotensi juga menjadi beban tugasnya untuk mengarahkannya.

    Banyak hal yang bisa diperoleh guru dalam program in-on MGMP sistim zona. Pengetahuan pedagogik dapat ditempa untuk peningkatan profesionalismenya. Bentuk bast practice dapat dihasilkan untuk peningkatan kariernya. Boleh jadi, sebuah penilitian pembelajaran akan lahir dari cara memecahkan masalah pembelajarannya. Tentunya sangat bergantung pada keinginan dan kemampuan guru dalam berinovasi.

    Sistim yang akan diterapkan akan mengarahkan tugas guru yang lebih kompleks namun sederhana. Tidak hanya mampu mengajar dan membimbing, akan tetapi seorang guru harus mampu sebagai fasilitator. Tujuannya untuk mengarahkan anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Pada akhirnya bukan hanya pendidik saja yang mampu mengembangkan otak kanan dan kiri. Para siswa dalam belajar akan mampu pula menyeimbangkan antara kepribadian dan akademiknya.

Senin, 01 Juli 2019

BULETIN SEVENTEEN : DONASI ALUMNI 89 SMPN 3 KENDARI KE TAPUWATU





SEHARI DI TAPUWATU
(Donasi Alumni 89 SMPN 3 Kendari ke Tapuwatu)  

Mentari pagi belum lama menyapa bumi, ketika rombongan Alumni 89 SMPN 3 Kendari meninggalkan tapal batas Kota Kendari di sisi Utara. Perjalanan kali ini bukan sekedar mengenang masa lalu, akan tetapi mengemban sebuah misi yang mulia. Pagi ini (30/6/2017) suhu berkisar 240 C dengan langit sedikit berawan di tempat kami berada saat itu.
Tujuan tim adalah ajangsana sosial kemanisuaan di Desa Tapuwatu. Sesaat diperjalanan rombongan berhenti  untuk menjemput Bapak Suryadi, S.Pd.,M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Konawe. Disamping sebagai salah satu Alumni, beliau juga mengenal medan yang akan ditempuh. Memang bukanlah pekerjaan mudah untuk bisa sampai ke tempat tersebut. Medan yang berat harus membutuhkan matalalang handal untuk menguasai wilayah yang akan dilalui.
Jalan yang berlubang dengan kubangan air ditemui semenjak meninggalkan jembatan Pohara. Penyebabnya adalah banjir yang terjadi di akhir Mei dan pertengahan Juni tahun ini. Luapan air itu telah merendam sebahagian besar Kabupaten Konawe sehingga menyebabkan fasilitas jalan menjadi rusak. Inilah yang diungkapkan Suryadi saat seorang tim bertanya saat itu.
Hari yang cerah tanpa curah hujan menjadikan perjalanan tidak seberat yang dibayangkan. Walapun mobil yang digunakan sempat kandas, namun landasan yang keras membuat putaran ban tetap normal berjalan. Beberapa jembatan darurat buatan warga tetap digunakan untuk bisa sampai di Desa Tapuwatu.
Marwiah selaku koordinator kegiatan kemanusiaan Alumni 89 SMPN 3 Puuwatu mengungkapkan  alasan pemilihan lokasi ajangsana sosial ini. Mereka itu jarang tersentuh karena jarak yang jauh dan akses jalan yang berat. Kebutuhan hidup yang mendesak dan harta benda yang tidak bisa diselamatkan menjadi pertimbangan yang utama. Itulah ungkapannya saat dimintai keterangan selama perjalanan.
Setelah melewati tebing dan jalan yang berbatu, rombongan akhirnya tiba di Depan SDN 10 Asera. Butuh waktu sekitar tiga jam untuk sampai dipusat bencana. Tempat ini merupakan kawasan penampungan pengungsi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Beberapa tenda orange didirikan sebagai tempat sementara bagi 81 KK warga Desa Tapuwatu.
Sekertaris desa dan koordinator lapangan tanggap darurat menyambut kedatangan rombongan. Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis di depan tenda penampungan donasi. Marwia, Suryadi, Mustika dan Agustina menjadi perwakilan alumni. Beberapa kebutuhan pokok berupa pangan siap saji dan setengah jadi mendominasi barang yang diserahkan. Pakaian layak pakai, alas tidur dan perlengkapan bayi merupakan jenis barang tambahan yang ikut diserahkan. Mustika mengungkapkan, semua keperluan pengungsi ini merupakan seumbangan yang terkumpul selama dua pekan. Sumbernya berasal para alumni Angkatan 89 SMPN 3 Kendari. Baik yang berdomisili di Sulawesi Tenggara maupun diluar provinsi.
Sebenarnya keinginan kami, donasi barang kebutuhan ini akan diserahkan secara langsung pada korban bencana. Namun untuk lebih efektif dalam pembagiannya, pihak penanganan bencana Desa Tapuwatu memusatkan penampungannya. Hal tersebut diungkapkan Agustina, salah satu alumni yang turut dalam rombongan.
Suasana menjadi hening ketika beberapa warga yang menjadi korban menceritakan kejadian banjir bandang tersebut. Salah satunya Ibu Hasiina. Wanita paruh baya yang telah lama ditinggal suaminya yang meninggal dunia. Dia memulai kisahnya dengan suara yang pelan tentang perasaan yang dialaminya. Memboyong empat orang cucu bersama anaknya saat mengungsi bukan pekerjaan mudah. Resah dan ketakutan menyelimuti pikiran dan hatinya dalam berjuang mencapai dataran tinggi di saat hujan. Sebenarnya waktu banjir pertama saya belum hawatir, karena biasanya ditahun sebelumnya hanya sebatas lutut. Namun lama-lama airnya makin tinggi. Jadi kami semua memutuskan untuk mengungsi, katanya.
 Suwidno yang juga duduk di tenda pengungsian mengkapkan sisi lain dari bencana itu. Beliau berkata bahwa banjir saat itu bukan hanya sekali. Bahkan longsor terjadi ditempat pengungsian saat hujan masih mengguyur desa kami. Situasi yang membahayakan itu, akhirnya memaksa kami untuk berpindah ke tempat ini. Untung saja hujan yang lebat dan naiknya air Singai Lasolo terjadi pada siang hari. Jadi kami semua mudah dengan cepat mencari jalan ketempat yang lebih tinggi, lanjutnya.
Seorang warga yang enggan menyebutkan namanya, mengungkapkan mengapa desanya bisa dilanda banjir bandang. Lokasi desanya yang berada tepat antara pertemuan Sungai Lasolo dan Lalindu serta geografis wilayah pada pinggir sungai yang rendah menjadi penyebab utamanya. Air yang naik dengan cepat dan tiba-tiba menyebabkan semua warga tidak lagi memikirkan harta bendanya. Urusan nyawa dan keluarga menjadi hal yang utama waktu itu.
Pemantauan di kawasan bencana terlihat puing-puing beton, potongan kayu besar, tumpukan dedaunan yang menggunung serta hamparan pasir dan kerikil menghiasi lahan dalam skala luas dan rata. Hanya beberapa rumah dan sebuah masjid yang masih berdiri dengan kokoh. Sarana sekolah mengalami rusak berat. Tower air yang diberikan pada masyarakat sebanyak 30 buah hanya menyisahkan pecahan besar dan sebagian hilang terbawa banjir. Penampung air itu merupakan realisasi program dana desa tahun ini. Tapak jalan hanya berupa hambaran kerikil dengan bibir selokan yang masih terlihat jelas.
Saat mengitari reruntuhan rumah warga, ada sesorang wanita tua yang tengah mengais puing-puing tumpukan rongsokan. Perempuan itu bernama Zubaedah. Dia mencari beberapa benda yang masih bisa dipakai. Tangannya yang telah keriput berupaya mengangkat beberapa potong kayu yang menindih lantai rumahnya. Namun setelah beberapa lama, tidak satupun barang yang bisa diambilnya. Beberapa barang yang didapat telah diamankan pada tenda pengungsian.
Sambil berkelakar, beberapa pertanyaan terlontar pada anak-anak kecil yang asik bermain di halaman pengungsian. Rupanya sebagian mereka tidak lagi mau untuk kembali bersekolah. Sekolah rusak, bukuku hilang dibawa banjir dan tidak ada lagi baju sekolah yang bisa di pakai. Itulah keluh kesahnya dalam percakapan siang itu.
Entah, bagaimana mereka bisa menjalani hidup. Membangun rumah sudah tidak mungkin, jalan keluarnya bisa melalui program realokasi. Akankah kemungkinan itu bisa menjadi kenyataan? Masalah mereka memang telah berat. Makan hari ini belum tentu sama nikmatinya pada esok hari. Semua masih bergantung bantuan dan uluran tangan para dermawan. Semoga harapan baru bisa terwujud untuk membawa kehidupan baru bagi para pengungsi.
Jam tangan telah menunjukkan pukul 16.40 Wita, saat kami mulai bergerak meninggalkan lokasi bencana. Hujan rintik mulai turun dan langit mulai berawan tebal. Tentunya ini adalah keresahan bagi para pengungsi dan rombongan. Was-was akan datangnya banjir susulan tentu mengahantui pikiran para korban. Bagi rombongan, hujan merupakan tantangan dalam menempuh jalan pulang. Tumpahan air laingit itu akan menyebabkan jalan menjadi licin serta genangan air yang meninggi.
Setelah menempuh sekitar hampir empat jam, akhirnya rombongan tiba dengan selamat di Kota Kendari pada pukul 20.10 Wit. Semuanya lega, walaupun penuh dengan rintangan yang membuat jantung berdebar. Betapa tidak, berjalan malam dengan jalan yang licin, berlibang serta penerangan yang minim, membuat kendaraan tidak dapat bergerak dengan cepat. Segala amanah yang diberikan kawan-kawan Alumni 89 SMPN 3 Kendari kini telah ditunaikan. Semoga segala manfaat akan diperoleh oleh semua pihak.




KELAS BERCERITA DALAM TAMU SAGA

  Bukan Pelajaran Bahasa atau Seni. Ini tentang sains dalam mendorong numerasi dan literasi dilingkungan sekolah. Ketika rapor pendidikan me...