MENGAJAR, MENANTANG ZAMAN
|
SUHARDIN
|
Bumi Rindang,
julukan tempat saya bekerja. Menjadi guru adalah takdir kebaikan. Namun mengajar
harus sesuai zamannya. Bila tidak kekinian, maka akan tertinggal jauh. Itulah
alasan kuat, seorang guru harus terus berpacu dengan waktu, Agar tetap menjadi
idola di tengah siswanya.
Milenial menjadi
simbol pembelajaran abad ke-21. Fasilitas teknologi menjadi sebahagian syarat
bersosialisasi. Tidak mengenal tempat dan waktu. Informasi maupun komunikasi
tetap bisa diakses. Inilah tantangan mengajar dan membimbing siswa di jaman new. Sedikit saja saya tertinggal malah
balik diajar. Namun bagi saya, lumrah dan tidak perlu malu.
Memanfaatkan
komunitas maya mereka, menjadi sebuah solusi. Saya harus berbaur sambil
membimbing dan mengajar. Bahasa mereka kadang diluar nalar. Beberapa kadang
menyimpang ataupun tidak dimengerti. Tetapi itulah mereka, anak yang tumbuh
dijamannya. Fungsi guru kadang terlupakan, jika terlarut arus kata dalam layar
sentuh. Seiring waktu, akhrinya terbiasa dan memahaminya. Saya pun menjadi
remaja di saat umur hampir setengah abad.
Mengajar sesuai zaman tidak harus meninggalkan budaya. Mengenalkan teknologi jangan sampai
menghilangkan adab dan kehidupan keluarga. Memacu pengetahuan dan keterampilan
jangan melupakan karakter siswa. Bagimana meramunya menjadi daya tarik siswa?
Inilah menjadi tantangan guru dalam medesain teknik maupun strategi
pembelajaran yang digunakan.
Saya telah melakukan
semampunya. Belum tentu ini yang terbaik. Tidak pula menjadi solusi yang ampuh.
Namun inilah sebagian kisah mereka. Menggambarkan alur yang dipilih. Hingga
mereka mampu belajar dari keadaannya sendiri.
Banyak kendala
yang perlu pertimbangan, namun ini sebuah proses. Kadang berbentur aturan
sekolah maupun keinginan orang tua. Saya hanya berucap “masukannya diterima
dengan senang hati.” Hal itu merupakan proses belajar memahami mereka walaupun
mata dan hati kadang menantang kata ucapan.
Fasilitas yang
minim membuat potensi siswa harus dieksploitasi maksimal. Melibatkan keluarga
dalam sebuah proyek merupaka salah satunya. Meminimalisir pengaruh kehidupan
perkotaan yang semakin sibuk. Ikut menggaungkan kembali kehidupan pendidikan
keluarga, melalui tema kebersamaan dengan orang terdekat.
Bukan hanya
berbicara sarana, persoalan waktu di sekolah juga menjadi pertimbangan.
Mengajarkan sebuah teks prosedural keterampilan memerlukan jam belajar yang
banyak. Gerakan literasi sains dan geliat komunikasi komunitas menjadi pilihan.
Arahan dan Tanya jawab dituntaskan dalam waktu berbeda.
Berkompetisi
menjadi cara lain dalam belajar. Berpacu dengan waktu dan nilai adalah hal
biasa. Mengajak mereka berwira usaha kecil-kecilan menjadi warna lain dalam
belajar. Butuh desain promosi yang menarik untuk bisa menjual produk di dunia
maya. Semua harus terkontrol, oleh karena itu ada beberapa kesepakatan dalam
menjalankan bisnis.
Mangajak kawan,
keluarga maupun tetangga merupakan cara mereka bekerjasama. Apalagi jika produk
dikerjakan berkelompok. Mencari untung bukan hal yang penting. Keceriaan dan
kemampuan berkomunikasi serta kerjasama menjadi tujuan utama. Akhirnya semua
bermuara pada kebanggaan pada diri sendiri.
Taraf mencipta
dalam belajar merupakan tingkatan tertinggi. Bukti yang realistis adalah sebuah
buah tangan. Produk yang baik harus
kualitasnya bagus. Oleh karena itu ketelitian dan kreativitas menjadi hal yang
terpenting. Semuanya memiliki kebebasan yang bersyarat. Hal ini untuk menjaga
kompetensi yang harus dicapai. Setiap kriya harus melalui pengamatan proses,
produk dan presentase. Tidak semua dilakukan di dalam kelas. Boleh siang maupun
malam. Inilah kecanggihan teknologi saat ini.
Beberapa kisah
mereka terurai dalam tulisan ini. Saya menghargai semua yang dirangkai dalam
kalimat bermakna ini. Saya pun paham ini belum tentu sempurna. Tetapi inilah
yang terbaik dari yang pernah ada. Itulah mengapa harus saya hargai untuk
menjadu catatan sejarah mereka. Tulisan ini adalah bukti kerja dari sebuah
usaha. Tidak semua siswa ingin dan mampu dalam berbuat hal yang sama. Saya pun
berani berkata “Kalian adalah siswa luar biasa.”
Menuntun mereka
untuk mau menulis, bukanlah perkara mudah. Saya mengakui masih sedikit dangkal
dalam berbahasa yang baik maupun benar. Namun sebutir kelebihan akan menjadi
buih keberhasilan, jika dibagi dan diajarkan. Berawal dari kisah belajar,
menjalani sebuah proses hingga ungkapan perasaan mereka. Semuanya menyatu dalam
lembar testimony sederhana ini. Cerita ini menyangkut tantangan dari sebuah
perjuangan menuju jalan keberhasilan.
Kesempatan memang
harus dimanfaatkan. Dikala bersua dengan orang tua mereka, saya pun bertutur
dengan singkat untuk beberapa hal. Bercerita tentang apa yang pernah dan akan
kami lakukan. Semuanya bertujuan untuk kebaikan bersama.