Terpaan
panas menyambutku ketika tiba di Bandar Udara Ngurahrai Provinsi Bali. Canda
dan tawa telah menjadi pelipur dahaga dan lelah bersama rekan-rekanku. Tidak
seperti tahun sebelumnya, kali ini aku tidak sendiri. Dua rekan sedaerah di
Sultra dan beberapa guru dari Provinsi Sulawesi Selatan telah menemaniku
semenjak dari Bandar Udara Sultan Hasanuddin.
“Guru
inovator” kata sebagian kawanku di Kendari. Julukan itu, memang beralasan. Kegiatan
yang kami ikuti adalah lomba inovasi pembelajaran (inobel). Semua peserta harus
memiliki inovasi dalam pembelajaran. Tapi terserah kata mereka, terpentingnya
bagiku adalah tamasya ke Bali. Selain sarana display dan karya tulis, peralatan
selfie menjadi bahan utama dalam daftar barang bagasi. Namanya saja kota dengan
seribu satu destinasi wisata. Belum ke sana jika tidak ada bukti. Jadi
dokumentasi itu penting, kata kawan kerjaku sebelum berangkat.
Bertemu
degan guru se-Indonesia menjadi hal yang paling berharga. Bisa mengenal
kebiasaan dan pengalaman mengajar mereka lebih dekat. Belajar dari pengalaman
itu merupakan pelajaran terbaik. Berbagai inovasi yang dibuat dapat menjadi ide
dan gagasan baru dalam mengajar di Kendari. Tidak perduli cocok atau tidak,
yang penting tampung lalu pertimbangkan. Bisa jadi dengan sedikit revisi dapat
bermanfaat dalam memberikan semangat baru bagi anak didikku.
Suasana
lomba menjadi waktu yang mendebarkan. Banyak hal yang dilakukan oleh peserta.
Berbincang, keluar masuk kamar mandi, sibuk menata meja yang telah rapi, bahkan ada yang terdiam menyendiri di sudut
ruangan. Itulah cara mereka menghilangkan ketegangan. Kegiatan display
merupakan penilain pertama dalam lomba ini. Setiap peserta dituntut mampu
memperlihatkan media, strategi maupun keunggulan penelitiannya. Suasana riuh
dengan ucapan keras berbaur dengan alunan music yang terdengar. Bukan karena
pertengkaran maupun kegiatan tawar menawar, akan tetapi adu argument dan
meyakinkan juri adalah penyebabnya. Siapaun dia dan apa saja alasannya, tidak
mau kalah ataupun malu. Jadi bicara dan tunjukkan, merupakan aksi dominan
setiap peserta.
Keteganganpun mulai
menyelimuti peserta saat kegiatan presentase. Aku tahu dari percakapan mereka.
Bahkan ada yang ngotot tampil hampir tengah malam agar bisa tidur nyeyak
setelahnya. “Bapak kenapa kurang semangat dan suaranya kecil?” Kata seorang
juri. “Maaf pak, saya tadi belum makan.” Kata peserta yang tampil di depan.
Rupanya lantaran ketegangan, dia tidak enak untuk makan siang. Walaupun aku
tegang, namun tidak terdekteksi oleh orang lain. Maklumlah saat presentase
peserta lain, aku berusaha untuk tertidur walaupun sebentar atau memasang
handset dengan alunan lagu kesukaanku. Hanya sebagian saja kejadian yang sempat
teramatai. Jadi ketegangan mereka tidak terlintas seutuhnya dalam benakku.
Wisata
edukasi menjadi acara yang paling ditunggu. Jalan-jalan …..! Wow, ini yang aku
suka. Duduk dalam bus parawisata menjadi singkat saat menuju ke pantai water blue. Pemandangan alam yang
mempesona sehingga memanjakan mata tidak luput dari setiap sisi penglihatanku.
Dentuman ombak besar yang memecah pada batuan cadas serta hamparan taman yang
apik dan mempesona menjadi penyemangat jiwa. Lelah beberapa hari, kini terbayar
sudah. Berbagai peralatan selfie dengan merek yang berbeda mulai terlihat
digenggaman para peserta. Model berfoto dan pilihan latar begitu beragam. Lucu,
unik dan menghibur. Semua itu adalah luapan kegembiraan yang tidak dapat
terukur dengan rupiah. Tidak hanya sampai disitu, Wisata Uluwatu dan Kawasan
Garuda Wisnu Kencana menjadi destinasi berikutnya. Rasa lelah tidak dapat
tersembunyikan, namun raut wajah sebagian besar peserta menyatakan isyarat
keinginan untuk menikmatinya kembali di kemudian hari.
Kicau
kata bertutur serentak terhenti, ketika pembawa acara membuka kegiatan
penutupan Lomba Inovasi Pembelajaran Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2018. Saat
dinanti akhirnya tiba. Satu persatu nama pemenang dibacakan. Sontak sorai dan
tepuk tangan mengiringi langkah inovator baru dalam pembelajaran. Suasana
menjadi berbeda saat nominasi pertama tiap bidang dibacakan. Bagai ketiban
durian runtuh tanpa kulit, salah satu nama itu adalah aku. Alhamdulillah, kerja
keras dan kerja sama dalam pembelajaran tenyata diapreasi baik oleh dewan juri.
Aku sadar, kegigihan siswa-siswaku merupakan salah satu penentu raihan prestasi yang
diperoleh saat ini.
Bacajuga https://sultrakini.com/amp/berita/bekal-terasi-mengantarkan-guru-ini-juarai-ajang-inovasi-prakarya
Bacajuga https://sultrakini.com/amp/berita/bekal-terasi-mengantarkan-guru-ini-juarai-ajang-inovasi-prakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar