Kamis, 25 April 2024

SAMPAH RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

 


Rumah tangga memproduksi sampah setiap hari. Hal ini sesuai dengan aktivitas penghuninya. Sebagia besar berupa bahan organik, Misalnya sisa makanan, kulit buah, sayur, daun, ranting dan bahan pembungkus. Namun yang paling sering mendapatkan sosrotan adalah sampah plastic. Limbah an organic lain berupa pupuk atau bahan kimia, karet, baterei, kaleng maupun bahan pembungkus non organic.

 

Bagaimana cara agar sampah rumah tangga dapat dikelola dengan baik? Tentunya yang terpenting adalah menyiapkan tempat sampah yang terpisah dalam rumah. Hal ini harus pula diikuti dengan pembiasaan positif untuk disiplin dalam memilah sampah saat disimpan di tempat sampah. Tentu akan memudahkan untuk melakukan konsep reuse – reduce – recycle dengan baik.

 

Mengurangi penggunaan kantung plastic dapat dilakukan dengan memanfaatkan kantung kain. Bahan yang tahan serta dapat dicuci akan memberikan dampak pemanfaatan plastic yang minim. Kegiatan reduce ini dapat dilakukan pula dalam hal lainnya misalnya membawa tempat makan atau minum saat ke sekolah atau memanfaatkan wadah secara berulang dirumah. Memanfaatkan barang plastic secara berulang memang mambantu bumi dalam pencemaran sampah atau limbah jenis ini.

 

Pemanfaatan botol munum untuk menyimpan alat tulis menjadikan sampah tidak terbuang percuma. Memanfaatkan cangkir bekas untuk wadah tanam, kaleng untuk hiasan rumah, drum untuk tempat sampah dan vas bunga dari kaleng makanan. Hal-hal tersebut merupakan contoh kegiatan reuse dilingkungan rumah tangga.

 

Terdapat beberapa jenis sampah yang dapat diolah kembali. Walaupun wujudnya tidak lagi sama namun membawa manfaat besar dalam kehidupan manusia. Daun kering dari pohon yang tumbuh disekitar rumah dapat diubah menjadi kompos. Bahan pupuk organic ini dapat digunakan untuk kesuburan atau nutrisi bagi bunga maupun sayuran dipekarangan. Limbah tempurung kelapa juga bisa diolah menjadi briket arang untuk bakan bakar kebutuhan rumah tangga.

 

Terdapat tiga hal penting dalam konsep pengolahan sampah. Reuse adalah memanfaatkan kembali sampah yang masih bisa difungsikan lagi. Reduce merupakan kegiatan pengurangan sampah dari kegiatan manusia sehari-hari. Recycle adalah pengolahan sampah kembali sehingga dapat digunakan lagi.

 

Kini telah banyak produk daur ulang sampah. Beberapa mainan anak, asesoris rumah tangga, kelengkapan pakaian, perhiasan dan kelengkapan busana maupun kerajinan daur ulang lainnya adalah contoh yang mudah ditemukan.

 


Selasa, 23 April 2024

MEMUPUS RESAH DENGAN PENERBANGAN PERDANA (BAGIAN 1) - KISAH INSPIRATIF

 


MEMUPUS RESAH DENGAN PENERBANGAN PERDANA (BAGIAN !)

 

Langkah kaki dari kantin sekolah terhenti seketika. Pandangan terarah pada Dewi yang duduk menyendiri. Arah pun berubah haluan. Duduk didekatnya sambil menawarkan minuman gelas. Gadis itu hanya menatap sesaat lalu tertunduk lagi. Akupun meletakkan tempat di samping kanannya.

 

“Kamu lagi sakit ya?” Tanyaku. Dia hanya menggeleng lalu meraih minuman yang berada disampingnya.

“Saya ambil teh gelas ya pak?”

“Boleh.”

 

Lama terdiam, aku pun mulai mencoba memecah kesunyian siang itu.

 

“Ini sudah masuk jam berikutnya.”

“Maaf pak, pikiran saya lagi kacau.”

“Lantas…”

“Saya ingin duduk-duduk dulu di luar pak.”

“Nanti kamu, alpa. Memangnya kenapa nak?”

 

Dewi akhirnya bercerita tentang kegalauan hatinya. Diahir liburan, Lina bertanda ke rumahnya. Tetangganya itu bercerita tentang keceriaan semasa liburan. Situasi naik pesawat, berkeliling Kota Yogja, makan di Malioboro hingga pengalaman berkunjung di rumah pamannya. Kedatangannya bukan hanya membawa buah tangan namun berbagai foto kisah liburannya.

 

“Apa yang salah dari cerita itu nak?”

“Saya sedih pak guru.”

“Sedih? Bukanya kamu kebagian oleh-oleh?”

“Bukan begitu pak.”

“Lantas?”

 

Kina sudah lima tahun menceritakan kisah berbedanya. Setiap liburan tempatnya tidak sama. Dewi merasa ada yang tidak adil dalam hidupnya. Lahir dari keluarga sangat sederhana yang berbeda jauh dengan Lina. Tetangganya itu memiliki kehidupan yang lebih dari berkecukupan.

 

“Berarti kamu itu tidak senang.”

“Bukan iri pak.”

“Nah, kamu yang bilang itu ya? Bukan Pak Guru.”

“Wah, maaf pak.”

 

Dewi bertetangga dengan Lina. Tempat disamping kanan rumahnya berdiri kokoh bangunan berlantai tiga. Itulah rumah Lina yang bersebelahan dengan gubuk kecil tepat di samping pagarnya. Dewi memiliki seorang adik laki-laki. Ayahnya bekerja sebagai satpam di kantor ayahnya Lina. Ibunya pedagang sayur keliling. Begitulah yang terungkap dalam cerita siang itu.

 

“Apa sih yang pikirkan nak?”

“Bapak ingin tau ya?”

“Bisa jadi, Pak Guru memberi jalan keluar.”

“Tapi, bapak bisa janji?”

“Tidak cerita sama temanmu?”

“Iya pak.”

“Oke.”

 

Dewi ingin seperti Lina. Bisa liburan sehingga punya cerita saat masuk masuk sekolah. Sadar akan keadaannya, membuatnya bersedih hati. Seharusnya Lina tidak usah datang kerumah bercerita tentang kegembiraannya saat berlibur. Namun Dewi tidak bisa menolaknya. Begitulah ungkapan bintang kelas VIII sambil menyeka keringat dan air matanya.

 

Terdiam lama lalu beranjak dari tempat duduk tanpa berbicara sepatah katapun dengannya. Langkah kaki dipercepat. Setelah masuk ruangan,  pintu pun dirapatkan. Tiba-tiba terdengar ketukan dari luar.

 

“Masuk!” Hampir bersamaan dengan  suara grendel dan engsel yang nyaring.

“Pak, saya mau minta maaf.”

“Memangnya kamu salah apa nak?”

“Bapak mungkin marah ya.”

“Mengapa kamu berpikir begitu?”

“Pak guru langsung pergi.”

“Oh, begitu…! Duduklah dulu.”

 

Saya menarik laci meja lalu menyerahkan sebuah amplop tebal kepadanya.

 

“Apa ini pak?”

“Nanti kamu baca baik-baik ya!”

 

Setelah tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Wajah anak itu terlihat memerah. Keringatnya bertambah banyak. Terlihat tangannya gemetar saat mengambil pemberian tiba-tiba itu.

 

“Ini surat panggilan orang tua pak?”

“Bukan. Kamu harus janji. Nanti dirumah baru kamu membukanya.”

 

*

 

Keesokan harinya, terlihat sesosok siswa perempuan berdiri di depan pintu kesiswaan. Setelah dekat, barulah nampak wujudnya secara jelas.

 

“Dewi?”

“Iya pak. Saya ijin menghadap.”

“Ayo, masuk!”

 

Wajah peringanya kembali terlihat. Dia mulai menjelaskan keinginannya untuk mengikuti kompetisi tingkat nasional itu. Perempuan sederhana itu meminta untuk dibimbing hingga proyek yang direncanakannya. Tidak lupa mencium tangan untuk pamit dari ruangan.

 

Hari selanjutnya menjadi kesibukan yang tinggi. Memilihnya untuk mengikuti lomba menjadikan pekerjaan kian bertambah. Tetapi ada kebahagiaan tersendiri dalam berkolaborasi dengannya. Kejeniusannya dalam menerima saran dan arahan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah.

 

Dua bulan telah berlalu. Laporan yang dibuat tinggal menyisahkan kegiatan finishing. Setelah menjilid dan membeli amplop besar untuk pengemasan, kami pun berbincang singkat.

 

“Nah, ini sudah kelar semua. Tinggal pengiriman di kantor pos.”

“Saya punya permintaan pak.”

“Asal jangan yang aneh-aneh saja.”

“Jika biasa, saya ingin membawa laporan ini ke rumah sebelum dikirim.”

“Untuk apa nak. Kalau hilang atau rusak bagaimana?”

“Saya janji pak, akan menjaganya.”

 

Melihat wajahnya yang serius, hati pun luluh. Kegirangan kembali terlihat. Anak itu berjalan sambil berlari kecil dengan lagu yang hampir tidak terdengar.

 

*

 

Keesokan harinya…

“Ini pak, laporannya.”

“Memangnya untuk apa barang ini dibawa pulang?”

 

Keinginannya yang kuat untuk mengikuti lomba sangat kuat. Karya itu diperlihatkan pada kedua orang tuanya. Meminta ibunya mendoakan untuk keberhasilannya. Kala tidur, laporan itu disimpan dibawah bantal. Ingin rasanya, Allah mengirimkan pesan dalam mimpinya.

 

“Ilham apa yang kamu dapat dalam tidurmu nak?”

“Susah untuk diungkapkan pak.”

“Apakah itu sebuah rahasia?”

“Bisa jadi pak.”

“hem…”

 

Laju motor yang kami tumpangi, akhirnya tiba di pusat pengiriman barang. Anehnya, anak itu belum pernah berkunjung di tempat itu. Gadis remaja rumahan hanya tahu jalan pergi dan pulang sekolah. Selain menuliskan alamat pengiriman, saya menyuruhnya untuk mengirimkan sendiri karya itu. Dipeluknya palop coklat itu sebelum diserahkan pada petugas pos. Sebelum melangkah keluar, lengan baju terasa ditarik dengan kencang. Permintaan lain akhirnya diutarakannya.

 

“Apakah bapak tidak keberatan, saya ingin makan pisang ijo di pinggir pantai.”

Sambil terdiam sejenak, saya pun mengangguk.

“Tenang saja pak, saya yang traktir.”

“Memangnya kamu punya uang?”

“Iya pak, saya memecahkan celengan kelinci yang telah penuh.”

“Hanya untuk traktir bapak?”

“Wah…”

 

Saya terharu dengan kejadian itu. Setelah berjalan kurang lebih 15 menit, kami pun tiba di kedai pisang ijo. Menghadap ke arah pantai membuat suasana menjadi berbeda. Makanan yang dipesan tidak lagi dihiraukannya. Hanya sesekali sendoknya difungsikan. Tatapannya banyak diarahkan ke lautan lepas.

 

“Kamu belum pernah ke sini ya?”

“Belum pak.”

“Kenapa?”

“Terlalu sibuk mungkin.”

 

Saya tidak dapat menahan tawa. Rupanya gadis kecil ini belum pernah diajak jalan sejauh ini. Malam minggu saja sibuk membantu ibunya menyiapkan jualan untuk esok harinya. Begitulah pengakuannya saat jalan pulang menuju sekolah.

 

*

 

Sebulan telah berlalu. Lomba itu hampir hilang dalam ingatan. Tiba-tiba, Pak Pos datang disiang hari. Saat semua hendak pulang, sebuah surat diterima tepat didepan pintu gerbang. Melihat pengirimnya, firasat baik muncul seketika dalam pikiran. Tanpa berpikir panjang, saya mencari sosok Dewi dari tempat ketinggian. Tetapi firasat itu bukan hanya saya yang rasakan. Gadis lincah itu tiba-tiba muncul didepanku.

 

“Bapak mencari saya?”

“Siapa yang beritahumu, nak?”

“Hanya tanya saja pak…he…he.”

 

Surat yang masih tersampul rapi itu dimasukan dalam tas gadis itu.

 

“Nak, amplop ini dibuka setelah tiba di rumah.”

“Memangnya kenapa pak?”

“Pulanglah nak.! Hati-hati di jalan ya.”

 

Belum masuk di pagar rumah. Anak itu sudah muncul di depan jalan. Wajahnya terlihat sedikit sedih. Matanya berkaca-kaca. Ketika motor tuaku terparkir, gadis itu datang langsung meraih tangan lalu menciumnya.

 

“Terimakasih pak guru. Mimpi segera terkabulkan.”

“Memangnya kamu mimpi apa nak?”

“Mimpi terbang dengan pesawat yang berbeda-beda.”

“Lantas?”

“Surat ini adalah panggilan mengikuti lomba di Jakarta pak.”

 

Setelah makan siang. Kami membahas apa yang harus dilakukan untuk persiapan keberangkatan. Sesuai isi surat, guru pendamping ikut serta dalam kegiatan itu. Orang tuanya turut memberikan saran dalam pembicaraan itu.


Senin, 22 April 2024

PELAJARILAH POHON KELAPA - KESAN UPACARA SENIN, 22 APRIL 2024

 


Datang sebelum pukul tujuh pagi menjadi pembiasaan positif. Apalagi hari ini ada kegiatan upacara bendera. Seperti biasa setiap awal minggu akan digilir petugasnya. Kehadiran di lapangan saat itu rupanya bukan sebagai peserta namun pembina upacara. Jadwal yang tidak teringat membuat diri kurang bersiap dalam mengemban tugas itu.

 

Anak-anakku, marilah kita belajar dari pohon kelapa. Begitulah ungkapan awal memulai arahan upacara pagi itu. Mengapa dan apa pentingnya memahami filosofi ini? Buah kelapa dapat tumbuh bukan hanya dilembah atau kerendahan. Memiliki manfaat yang banyak dalam kehidupan.

 

Pohonnya dapat ditemui pada hamparan datar hingga penggunungan. Maka belajarlah hidup yang membawa manfaat bagi orang lain. Bukan hanya didaerah tempatmu dilahirkan dan dibesarkan, namun pada wilayah dimana pun kalian berada. Karena pohon ini mampu beradaptasi pada lingkungan yang sangat tinggi. Begitu juga kalian, harus mampu beradaptasi pada setiap mata pelajaran dalam memahaminya.

 

Marilah kita mulai menganalisanya dari bawah. Akarnya yang kuat, mengajarkan untuk memiliki pendirian yang teguh dalam tumbuh maupun berkembang. Menjalar dengan serabutnya yang banyak dimaknai untuk terus mencari sumber ilmu untuk kelangsungan hidup dimasa mendatang. Bukan hanya satu cara atau satu tempat yang sama.

 

Pucuknya, lambat laun akan tua menjadi pelepah yang kuat. Ini adalah tempat  munculnya bunga dan buah. Anak-anakku, begitulah cara kita belajar. Sehingga setiap kalian semua harus rajin dan tekun setiap saat sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan yang ilmiah. Hidup ini membutuhkan pemikiran baru. Bagai bunga dan buahnya yang setiap musim akan berganti. Bunga dan buah awal akan makin baik dibanding hasil penen selanjutnya.

 

Pelepahnya tumbuh secara melingkar. Hal itu mengisyaratkan agar kalian mampu melihat beberapa sisi dari dunia ini. Sudut pandang yang berberbeda itu akan memberimu pengalaman baru untuk bisa bertahan hidup. Namun perlu diingat, tidak setiap pelepah akan memiliki buah yang sama.

 

Begitulah rezeki yang ditakdirkan diantara kamu. Maka selalulah bertawakal serta bersabar, berdoa dan terus berupaya dalam belajar serta berusaha. Belum tentu yang berbuah banyak akan miliki kualitas baik, bisa jadi yang sedikit akan manis airnya, tebal kulit arinya dan tempurungnya bagus sehingga bakal buahnya sangat berkualitas.

 

Semakin lama batang akan semakin tinggi. Seiring dengan hilangnya pelepah yang tua sebagai tanda kedewasaan. Kalian telah melampui beberapa kelas hingga saat ini. maka jangan heran jika pelajarannya akan lebih banyak dan tinggi.

 

Angin yang bertiup akan lebih kencang serta mengayun batang. Namun janganlah takut, akarmu semakin kokoh untuk mempertahankan tubuhnya agar tidak rebah ataupun patah. Begitulah ilmu yang kalian dapat, akan bertahan untuk mengahadapi tantangan yang ada. Jadilah manusia yang kokoh dan kuat bagai kelapa sebagai pelajaran berarti dalam hidup. Kelak, makin tinggi kalian berdiri maka hempasan cobaannya akan makin kompleks.

 

Ketika kelapa telah berbuah, seiring wajtu akan makin matang dan akhirnya jatuh. Benih bisa terbawa air namun tetap bertahan karena adanya sabut yang bisa mengapung. Tergelinding dengan benturan keras namun tempurungnya sangat kuat untuk menjaga cadangan makanan dan embrio di dalamnya. Dimana pohon akan tumbuh menjadi gambaran dimana kalian akan mendapatkan rezeki dalam melangsungkan hidup

 

Bisa jadi kalian tidak akan lanjut sekolah atau bekerja di daerah ini, jauh bahkan suasananya akan berbeda. Janganlah takut anak-anakku. Tempaan dan pengalaman yang telah kalian dapat akan membuat hidup bisa kokoh untuk menumbuhkan kembali kelapa baru dilain tempat. Benih yang berkualitas dari dirimu, akan tumbuh menjadi tumbuhan baru yang jauh lebih baik sesuai jamannya.

 

Kesimpulannya, Siapkanlah bahumu untuk memikul beban yang akan menjadi tanggung jawabmu. Menjalan hidup menjadi ukuran seberapa mampu dirimu untuk bertahan dengan baik. Jejakmu bagai bekas pelepah itu, tidak akan hilang hingga pohonya hilang dari bumi. Jika tidak langsung terkubur menjadi pupuk, organnya akan berguna menjadi hiasan, pembungkus makanan, jembatan bahkan perabotan yang menarik. Semua itu tergantung manfaat apa yang diberikan dalam menjalani hidup.

 

Semoga anak-anakku dapat mengambil pelajaran perarti dari kehidupan pohon kelapa. Selamat menenmpuh ujian akhir bagi kelas IX. Kalian akan hadapi dalam beberapa hari lagi. Bapak doakan, semoga Allah SWT memberikan kesuksesan dan keberkahan dalam hidup. Sekian, Wasallamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sabtu, 20 April 2024

MELUKIS JEMBATAN PENSIL DI BUMI RINDANG


 

MELUKIS JEMBATAN PENSIL DI BUMI RINDANG

 

Julukan sekolah “ubi” sejak tahun 2004 mulai pudar ketika putra dan putri sekolah ini mulai “berani” merubahnya. Mimpi itu menjadi kenyataan. “Rumah Pendidikan”  di tapal batas Kadia dan Puuwatu ini telah menjadi tempat bernaung selama dua dekade. Bagaimana upaya yang telah dilakukan?

 

Sekolah ramah anak ini telah dijabat oleh lima Kepala Sekolah dengan masa jabatan yang berbeda. Namun lukisan sejarah ini hanya mengambil satu sudut pandang yang mungkin tidak kasat mata. Membuat rupa literasi dalam merubah diri dan merakit anggapan dalam menatanya menjadi kegiatan numerasi yang lebih bermakna.

 

Tiga ruang kelas menjadi fenomena tersendiri ketika datang di sekolah ini. Juli 2004 bertandang, ketika Oktober menjadi resmi berpindah status. Siswa yang belum banyak itu bukan masalah bagiku. Memulai keakraban dengan mengajarkan muatan lokal pertamanan dan pertanian holtikultura. Buku pertama di sekolah ini pun lahir untuk menopang pembelajaran tersebut. Keinginan menulis beranjak dalam kemunitas kecil di setiap ruang kelas. Keseriusan siswa itu membuahkan hasil. Piala pertama di sekolah ini diperoleh dari penelitian sederhana siswa tentang dampak miras bagi remaja.

 

Lingkungan pengaruhnya tidak luas. Mengajar dan belajar menjadi tehnik yang digunakan. Berstatus guru sains tentu sangat jauh berbeda dengan sarjana bahasa dan sastra. Sedikit waktu yang tersisa menjadi tantangannya. Namun menyandang urusan kesiswaan memberikan kesempatan berbeda. Keakraban itu menjadi peluang yang baik. Satu demi satu piala maupun penghargaan diraih melalui senyuman dan jerih payahnya. Cerita tiga piala di tingkat provinsi menjadi kisah unik ditahun 2008. Karya ilmiah lingkungan hidup yang dibuat, mendapat apresiasi sebagai peringkat satu, dua dan ketiga.

 

Tahun 2010 – 2020 menjadi masa keemasan bagi komunitas siswa menulis. Setelah beberapa kali menjadi finalis di Tingkat nasional, akhirnya kelompok karya tulis ilmiah remaja mendapatkan berkah yang besar dari Sang Pencipta. Dua medali emas dilevel nasional bisa diraih dalam bidang sains dan lingkungan. Salah satu karya siswa mendapatkan kesempatan bersanding dengan 24 negara di konferensi dunia bidang lingkungan. Hal itu mendapatkan dukungan dari pemerintah kota dan lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan hidup Indonesia.

 

Rejeki dari Allah itu juga diperoleh salah satu siswa. Seorang perempuan periang, berhasil lolos dan mengikuti kegiatan pada event Singapore-Indonesia Student Friendship Adventure. Kesempatan ini diperolehnya setelah berhasil meraih peringkat pertama dalam karya tulis nasional tahun 2010. Remaja ini menjadi siswa pertama di sekolah yang diutus keluar negeri. Tim buletin seventeen juga berhasil masuk dalam finalis lomba jurnaslitik remaja tingkat nasional. Mereka menjadi finalis pertama di Sultra yang berhasil mencapai level tersebut.

 

Kegiatan komunitas kecil dikelas ini, menjadi salah satu bagian pencapaian sekolah berkeunggulan berwawasan lingkungan hidup, sekolah sehat dan sekolah adiwiyata. Tentu ini bukan kerja orang per orang. Bahu membahu seluruh warga sekolah telah membawa bumi rindang menyandang sekolah adiwiyata pertama di Sultra untuk Tingkat SMP. Menjabat sebagai ketua tim saat itu, menjadi berkah dan pengalaman tersendiri yang susah terlupakan.

 

Semangat yang tinggi itu melahirkan ide untuk jumpa alumni. Komunitas yang ada merancang reuni akbar untuk pertama kalinya. Tahun 2014 merupakan satu dekade sekolah ini berdiri. Menjadi koordinator memang sangat melelahkan. Penyakit yang menerpa saat itu belum sepenuhnya pulih. Keterbatasan yang ada membuat tim harus berpikir keras merancang kegiatan yang lebih efisien. Pentas seni, jalan santai, kegiatan sosial dan gelar karya menjadi ragam kegiatannya. Momen yang berkesan dari perjalanan menjadi kesiswaan waktu itu.

 

Selanjutnya, Masa-masa itu bagai “dunia terbalik” bagiku. Topik ini menjadi judul buku tunggal yang diterbitkan. Walaupun kebersamaan dengan siswa itu telah mengantarkan berkah lain dari Illahi Rabbi dan hasilnya menjadi juara lomba keberhasilan guru nasional. Namun tidak cukup untuk keluar dari masalah.

 

Ada sesuatu diluar dugaan terjadi. Ujiannya datang silih berganti. Perjuangan karier di tiga sekolah pada tiga kecamatan berbeda dijalani mulai 2015. Hal itu karena dana tunjangan sertifikasi. Keberadaannya sangat penting dalam menompang kebutuhan keluarga. Kini, mengajar menjadi lebih utama dari jabatan yang diemban. Sisa semangat menjadi tenaga yang dibutuhkan.

 

Mengantarkan takdir Allah bagi rumah kedua ditingkat nasional menjadi pilihan. Tujuannya agar ruang kelas untuk mengajar tetap tersedia. Mengantar rezeki Allah melalui bantuan dari kemampuan kecil yang dimiliki. Akhirnya beberapa warga sekolah kedua menginjak level nasional melalui kegiatan literasi dan numerasi yang dilakukan. Hanya itu cara yang dipilih untuk menjaga opini yang berkembang.

 

Mengumpulkan kekuatan yang tersisa menjadi upaya yang dilakukan saat senggang. Akhirnya, lima buku antologi di rumah pertama berhasil terbit. Komunitas menulis seventeen berkiprah dengan baik pada tahun 2017-2019. Buletin cetak seventeen mulai terbit berkala secara swadaya. Ini menjadi cara untuk menjaga karya tetap berjalan.

 

Menata diri menjadi penting untuk penepis anggapan yang tidak nyaman didengar. Cerita berpindah tempat hingga ungkapan samar di berbagai suasana mulai mengganggu hati dalam mengajar. Ketika kawan tidak lagi menjadi sahabat maka keluarga menjadi tempat bersandar. Semua itu telah tersirat dalam “keringat di pelupuk mata” Buku tunggal keempat yang ditulis pada tahun 2019.

 

Buku itu mengisahkan cara keluar dari kabut malam yang pekat. Mengajarkan bahwa menulis menjadi salah satu cara untuk menjemput takdir baik. Setelah beberapa kejuaran yang diraih dengan beragam level, Allah menganugerahkan Excelent Teachers dan Lancana Pendidikan dari negara. Peran komunitas menulis seventeen sangat kental dalam tangga sukses itu. Peran keluarga  dan peserta didik sangat berarti dalam meraihnya.

 

Sesuai bincang singkat dengan rekan dan pengamat, ada keunggulan “Bekal Terasi” dalam Lomba Inovasi Pembelajaran Nasional tahun 2018. Salah satunya adalah peran siswa dalam berdiferensiasi untuk belajar. Buku antologi mereka, memuat cerita pengalaman belajarnya. Sisi baik berkawan dengan peserta didik telah menemukan takdirnya. Menyandang berkah terbaik menjadi penghibur diri dari Allah untuk kehidupan yang rumit saat itu. Khususnya bagi “kelinci di padang sayur” Ladang yang telah mengantarkannya melangkah di empat negara yang berbeda.

 

Kini bulletin dalam komunitas menulis telah berubah wajah. Digitalisasi menjadi arah pengembangannya. Mengajak alumni mengambil peran, melatih sebisanya, menyiapkan wadah diferensiasinya dan menerbitkannya dalam edisi bulanan menjadi upaya yang dilakukan saat ini. Besar harapan untuk memberikan kesinambungan yang simultan untuk karya ini. Perwajahan ini terpilih menjadi topik presentase akhir dalam gelar karya guru penggerak angkatan lima tahun 2021.

 

Sejarahnya sangat berarti dalam menjembatani anak didik dalam berkarya. Bukan hanya siswa dan guru, bahkan sekolah akan terlukis indah jika ditata dengan baik. Usia dan keadaan menjadi tantangan peremajaannya. Namun upaya kecil terus dilakukan agar jembatan ini tetap kokoh untuk diseberangi. Sadar diri memang jalan terbaik. Memaknai bahan yang dipakai tidak bermutu baik. Menggores dan membentuk motif dengan pensil akan berbeda dengan cat minyak diatas kanvas. Gambar pensil dilembaran kertas mudah dihapus, hilang lalu terlupakan.

 

Langkah tidak mungkin terhenti. Jaman terus berkembang. Menuntun kaki yang berjalan untuk mengejar yang berlari menjadi pilihan. Agar diri tidak diam terpaku. Mengajak siswa menulis dan membuat video dilakukan dalam pembelajaran maupun proyek P5. Saat Sebagian warga sekolah belum familiar dengan yuotube, jejak “seventeen” telah mulai dipublish. Lagu mars sekolah, bahan ajar dan film dokumenter siswa mulai bertebaran di dunia maya. Ada dua gelar video pembelajaran yang dibuat dan menemukan takdirnya. Keduanya menjadi karya terbaik dalam festival ditingkat nasional.

 

Kumpulan karya itu telah menjembatani pemilihan narasumber praktik baik dilevel provinsi. Duduk diposisi pertama mewakili karya siswa dan diri sendiri di platform merdeka mengajar bukan tanpa kritik. Inilah sedikit upaya untuk karya dan baktiku dihamparan ladang sawah, tempat benih padi yang ditanam. Dokumentasi itu telah dimuat dalam banyak edisi bulletin digital seventeen.

 

Selamat hari jadi SMPN 17 Kendari yang ke-XX. Semoga jaya dan selalu menjadi tempat nyaman untuk belajar dan bekerja dalam mencari berkah Illahi Rabbi.

KELUHMU MENYENTUH HATIKU - KISAH BELAJAR DARING 2020


 

"Maaf pak, aku baru bisa mengumpulkan tugas pengganti ini.” Kata Riko.

 

Wajahnya begitu lusuh tanpa senyuman saat menemuiku. Kedatangannya didampingi oleh seorang lelaki setengah baya. Pakaian mereka jauh dari istilah sederhana. Sandal yang dikenakan sudah usang dan berdebu.

 

“Anak ini memang mengalami kesulitan belajar daring, pak.” Jawab Pak Dirman.

Dia mengaku berstatus paman dari siswaku itu. Akupun mulai bercakap banyak pagi itu. Keinginantahuanku tentang masalah belajar Riko menjadi hal yang penting.

“Anak ini tinggal bersama bapak?”

“Kadang-kadang saja.”

“Orang tua anak ini tinggal dimana?”

“Ibunya di kampung, pak.”

“Ayahnya?”

“Sudah lama meninggal. Ketika dia masih berumur empat tahun.”

 

Akupn tersentak kaget. Menebar senyum sambil menatap anak itu menjadi cara menghilangkan kesedihanku.

 

“Anak ini sering berpindah-pindah tinggalnya, pak.” Sambung Pak Dirman.

“Oh begitu. Lantas wali sesungguhnya siapa?”

“Adik saya, namun karena alasan mencari nafkah yang berpindah-pindah menyebabkan anak ini juga berpindah.”

“Kalau boleh aku mengetahui, apa pekerjaan adik bapak itu?”

“Berdagang keliling, pak.”

“Bapak sendiri?”

“Buruh bangunan, pak. Itupun selama Covid-19 ini melanda, sering tidak bekerja.”

 

Kini mulai ada titik terang kesulitan belajar yang dialami Riko. Akupun berbalik menatap anak yang sejak tadi hanya terdiam.

 

“Apa kesulitan yang kamu temui selama belajar daring, nak?”

“Kadang saya tidak bisa on line pak karena tidak memiliki paket data. Kalau sedang membantu berjualan, belajarnya tidak bisa lagi, pak.”

“Saat kamu bisa ikut belajar, apakah materinya susah?”

“Tidak pak.”

“Biasanya jika ikut berdagang, jam berapa pulangnya?”

“Kira-kira jam 10 malam. Jika sempat, saya bisa kirim tugas dari tempat berdagang.”

“Hanphone siapa yang digunakan?”

“Milik paman atau kawan pedagang lain yang punya pulsa.”

 

“Kamu tidak dapat bantuan pulsa ya?”

“Pernah sekali pak. Tapi karena nomornya berganti-ganti, jadi tidak lagi.”

Setelah terdiam sejenak, akupun memberikan tugas pengganti untuk menuntaskan pembelajarannya.

 

Berbeda dengan Linda. Datang ke rumah dengan mobil mewah. Seorang ibu muda mendampinginya. Jika bermobil, tentu stelan pakaiannya tidak biasa. Jarak dua meter, wangi tubuh mereka sudah tercium.

 

“Saya minta maaf atas kelakuan anak saya pak. Kebiasaannya bermain game on line, belajarnya menjadi terabaikan.” Kata Ibu Rina.

Raut wajah orang tua Linda itu terlihat sedih. Namun Linda terlihat tenang-tenang saja, bahkan loli pop masih terpasang dalam mulutnya.

“Materi pembelajarannya susah nak?” Tanyaku pada Linda.

 

Namun suaraku sepertinya kurang jelas. Walaupun jarak kami berdua hanya dua meter, dia hanya terdiam dan menatap ke tempat lain.

 

“Linda, gurumu tanya?” Bentak Ibunya.

“Sudalah bu. Mungkin Linda lagi kurang sehat.”

“Tidak kok pak guru. Dia ini baru bangun, tadi malam tidak tau bikin apa. Larut malam baru tidur.” Jawab ibunya.

“Mungkin lagi kerja tugas bu.” Kataku sambil tersenyum.

 

Akupun memberikan tugas pengganti untuk menuntaskan pembelajarannya. Lima bulan belajar daring hanya empat kali hadir dalam ruang virtual.

“Tugasnya agak banyak bu, mohon dipantau agar terselesaikan tepat waktu ya?” Pintaku pada ibunya.

“Apakah hanya Linda yang begini pak.” Tanya Ibu Rina.

“Tidak bu. Tadi ada juga Riko. Teman sekelas Linda, datang ke sini.”

“Oh… itu tetangga saya dulu. Waktu  kelas delapan, kayaknya sering tidak ke sekolah. Tapi sekarang tidak tahu lagi tinggal dimana. Mereka sudah pindah.”

“Ibu sering ke rumhanya ya?”

“Tidak pak. Saya kan orang sibuk. Hanya kadang ketemu sesekali saja.”

 

Sungguh pemandangan kehidupan yang berbeda. Dua pelajaran penting yang dapat dipetik dari peristiwa ini. Nimat Allah terbagi dalam  hidup manusia dengan sisi berbeda. Riko hidup sederhana namun kesusahannya adalah ikhtiarnya berusaha. Linda hidup mewah namun terlena yang membuatnya susah.

 

“Banyak pelajaran yang bisa diambil seorang guru. Nanti kamu temui dalam tugasmu. Kakek bersyukur kamu jadi pengajar. Semoga kelak amal jariah dapat kakek dapatkan pula dari tugasmu.” Begitulah ungkapan kakek semasa hidupnya.

Pernah tinggal bersamanya, membuat banyak petuah yang diberikannya. Rupanya menjadi guru tidak mudah namun memiliki banyak banyak manfaatnya.

 

Tokoh dalam kisah ini bukan naman sebenarnya, jika ada kesamaan cerita hanyalah bersifat kebetulan belaka (Suhardin, Guru IPA SMPN 17 Kendari - 2020)

 

 

 

 

 

 

 

 

SAMPAH RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

  Rumah tangga memproduksi sampah setiap hari. Hal ini sesuai dengan aktivitas penghuninya. Sebagia besar berupa bahan organik, Misalnya sis...