Gambar ini hanya sebuah ilustrasi.
“Maaf pak, aku baru bisa mengumpulkan tugas pengganti ini.” Kata Riko.
Wajahnya
begitu lusuh tanpa senyuman saat menemuiku. Kedatangannya didampingi oleh
seorang lelaki setengah baya. Pakaian mereka jauh dari istilah sederhana.
Sandal yang dikenakan pun sudah usang dan berdebu.
“Anak
ini memang mengalami kesulitan belajar daring, pak.” Jawab Pak Dirman.
Dia
mengaku berstatus paman dari siswaku itu. Akupun mulai bercakap banyak pagi
itu. Keinginantahuanku tentang masalah belajar Riko menjadi hal yang penting.
“Anak
ini tinggal bersama bapak?”
“Kadang-kadang
saja.”
“Lho,
kok kadang-kadang? Orang tua anak ini tinggal dimana?”
“Ibunya
di kampung, pak.”
“Ayahnya?”
“Sudah
lama meninggal. Ketika dia masih berumur empat tahun.”
Akupn
tersentak kaget. Menebar senyum sambil menatap anak itu menjadi cara
menghilangkan kesedihanku.
“Anak
ini sering berpindah-pindah tinggalnya, pak.” Sambung Pak Dirman.
“Oh
begitu. Lantas wali sesungguhnya siapa?”
“Adik
saya, namun karena alasan mencari nafkah yang berpindah-pindah menyebabkan anak
ini juga berpindah.”
“Kalau
boleh aku mengetahui, apa pekerjaan adik bapak itu?”
“Berdagang
keliling, pak.”
“Bapak
sendiri?”
“Buruh
bangunan, pak. Itupun selama Covid-19 ini melanda, sering tidak bekerja.”
Kini
mulai ada titik terang kesulitan belajar yang dialami Riko. Akupun berbalik
menatap anak yang sejak tadi hanya terdiam.
“Apa
kesulitan yang kamu temui selama belajar daring, nak?”
“Kadang
saya tidak bisa on line pak karena tidak memiliki paket data. Kalau sedang
membantu berjualan, belajarnya tidak bisa lagi, pak.”
“Saat
kamu bisa ikut belajar, apakah materinya susah?”
“Tidak
pak.”
“Biasanya
jika ikut berdagang, jam berapa pulangnya?”
“Kira-kira
jam 10 malam. Jika sempat, saya bisa kirim tugas dari tempat berdagang.”
“Hanphone
siapa yang digunakan?”
“Milik
paman atau kawan pedagang lain yang punya pulsa.”
“Kamu
tidak dapat bantuan pulsa ya?”
“Pernah
sekali pak. Tapi karena nomornya berganti-ganti, jadi tidak lagi.”
Setelah
terdiam sejenak, akupun memberikan tugas pengganti untuk menuntaskan pembelajarannya.
Berbeda
dengan Linda. Datang ke rumah dengan mobil mewah. Seorang ibu muda
mendampinginya. Jika bermobil, tentu stelan pakaiannya tidak biasa. Jarak dua
meter, wangi tubuh mereka sudah tercium.
“Saya
minta maaf atas kelakuan anak saya pak. Kebiasaannya bermain game on line,
belajarnya menjadi terabaikan.” Kata Ibu Rina.
Raut
wajah orang tua Linda itu terlihat sedih. Namun Linda terlihat tenang-tenang
saja, bahkan loli pop masih terpasang dalam mulutnya.
“Materi
pembelajarannya susah nak?” Tanyaku pada Linda.
Namun
suaraku sepertinya kurang jelas. Walaupun jarak kami berdua hanya dua meter,
dia hanya terdiam dan menatap ke tempat lain.
“Linda,
gurumu tanya?” Bentak Ibunya.
“Sudalah
bu. Mungkin Linda lagi kurang sehat.”
“Tidak
kok pak guru. Dia ini baru bangun, tadi malam tidak tau bikin apa. Larut malam
baru tidur.” Jawab ibunya.
“Mungkin
lagi kerja tugas bu.” Kataku sambil tersenyum.
Akupun
memberikan tugas pengganti untuk menuntaskan pembelajarannya. Lima bulan
belajar daring hanya empat kali hadir dalam ruang virtual.
“Tugasnya
agak banyak bu, mohon dipantau agar terselesaikan tepat waktu ya?” Pintaku pada
ibunya.
“Apakah
hanya Linda yang begini pak.” Tanya Ibu Rina.
“Tidak
bu. Tadi ada juga Riko. Teman sekelas Linda, datang ke sini.”
“Oh…
itu tetangga saya dulu. Waktu kelas
delapan, kayaknya sering tidak ke sekolah. Tapi sekarang tidak tahu lagi
tinggal dimana. Mereka sudah pindah.”
“Ibu
sering ke rumhanya ya?”
“Tidak
pak. Saya kan orang sibuk. Hanya kadang ketemu sesekali saja.”
Sungguh
pemandangan kehidupan yang berbeda. Dua pelajaran penting yang dapat dipetik
dari peristiwa ini. Nikmat Allah terbagi dalam hidup manusia dengan sisi berbeda. Riko hidup
sederhana namun kesusahannya adalah ikhtiarnya untuk selalu berusaha. Linda
hidup mewah namun terlena yang membuatnya susah.
“Banyak
pelajaran yang bisa diambil seorang guru. Nanti kamu temui dalam tugasmu. Kakek
sangat bersyukur, akhirnya kamu jadi pengajar. Semoga kelak amal jariah dapat
kakek dapatkan pula dari tugasmu.” Begitulah ungkapan kakek semasa hidupnya.
Pernah tinggal bersamanya, membuat banyak petuah yang diberikannya. Rupanya menjadi guru tidak mudah namun memiliki banyak banyak manfaatnya.