Suasana penuh
akrab mewarnai kedatangan undangan dan kaum kerabat dalam kegiatan “Halal Bi Halal” Kerukunan Keluarga
Lahohontohe Masigi di Kendari. Kediaman Bapak Erifudin yang beralamat di Jalan
Y Wayong II Dalam menjadi sesak setelah tempat duduk yang disiapkan telah penuh
terisi. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 10 Juli 2016, empat
hari setelah hari lebaran Idul Fitri 1437 Hijiriah. Lantunan merdu ayat 102-105
surat Al-Imran oleh Saudari Kusniati Hasan mengawali acara pada pagi itu,
setelah Nurhamida Sisliada selaku pembawa acara mempersilahkannya untuk
memperdengarkan dihadapan para undangan yang hadir.
La Wose,
S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Kerukunan mengungkapkan bahwa sifat sabar menjadi
momentum meraih kemenangan dalam beribadah selama sebulan lebih di bulan
ramadhan. Sabar adalah hal utama dalam memperkokoh silahturahmi. Hal itu sangat
penting dilakukan pada lingkungan keluarga terdekat terlebih dahulu, baik ayah,
ibu dan saudara-saudara. Kemudian para tetangga menjadi perioritas lalu sanak
family yang jauh. Silaturahmi pun dapat ditunjang dengan sarana telekomunikasi
yang kini semakin canggih. Keadaan ini menurutnya menjadi penting, mengingat
ilmu pengetahuan semakin berkembang pesat.
Suasana hikmat
kemudia menyelimuti hadirin, setelah Drs. Kaso, MA menguraikan hikmah dibalik
halal bi halal yang diselenggarakan oleh Kerukunan Keluarga Lahontohe Masigi.
Beliau menyampaikan bahwa manusia seharusnya membuka pintu hati dengan penuh
keihlasan untuk menerima kebenaran sebab dengan hal tersebut ilmu hikmah dapat
diperoleh seorang manusia. Ilmu menjadi lebih penting dari perkembangan yang
begitu pesat. Ilmu bisa menjadi jembatan kesuksesan dunia maupun akhirat,
perkembangan ilmu tersebut akan merambah diseluruh kehidupan manusia. Beliau sempat
mengisahkan bagaimana Nabi Sulaiman dapat terbang dengan sejadahnya dan mampu
mengenali bahasa hewan, tumbuhan, jin dan setan. Itu semua karena pengetahuan
yang dicurahkan Allah SWT.
Lebih lanjut
diungkapkan sosok mantan guru dan tentara ini bahwa jangan sekali-kali
meninggalkan Al-Quran sebab Kitab warisan Rasullullah SAW itu dapat menjadi
penuntun tingginya perkembangan ilmu pengatahuan manusia. Disisi lain
diungkapkan bahwa keikhlasan menuntun ilmu akan menjadi ketenangan jiwa. Jiwa
yang bagus dapat membangun rencana hati menjadi lebih bermanfaat. Sebab dalam
hidup akan terdapat beberapa masalah yang harus dituntaskan dengan keilmuan
seseorang, namun apabila segalanya tidak sanggup dipikul maka serahkanlah pada
Allah SWT. Semua hal tersebut jika dijalani dengan tuntunan yang baik maka
dapat mencegah pertentangan dan pertikaian sebab jiwa manusia itu dapatlah berbeda
maka dengan saling mengenal dengan baik akan dapat mengangkat martabat
seseorang dan menguatkan silahturahmi.