Latar belakang
1. Kegiatan pengolahan sampah yang belum optimal terlihat dalam pemanfaatannya yang belum menjawab permasalahan penanganan sampah secara menyeluruh. 
2. Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan semua siswa, 
3. Pemanfaatan limbah yang belum optimal dan kegiatan menggugah hal positif yang optimal. 
4. Saya inginkan adanya suatu hal baik dalam menumbuhkan kesadaran dari siswa sendiri untuk mengatasi masalah yang ada secara berkelanjutan. 
5. Berupaya untuk menciptakan lingkungan sehat dan berkelanjutan ini menjadi upaya dalam menerapkan gaya hidup yang terus terpelihara. Bukan hanya di lingkungan sekolah namun harus nampak dalam pola hidup di rumah dan masyarakat. 
6. Menjadikan kelas VIII.7 sebagi model basis proyek dalam menerapkan gaya hidup sehat dan berkelanjutan yang diimplementasikan melalui kegiatan proyek penguatan profil pelajar Pancasila. 
7. Mendorong dimensi mandiri inovatif dan bernalar kritis pada siswa dalam memecahkan masalah.
8. Mengupayakan lima tahap dalam kegiatan program ini yakni refleksi diri, observasi, analisis data, menemukan ide dan merancang karya. Berikut korelasi rancangan program P5 ini dengan konsep STAR (Situasi – Tantangan – Aksi – Refleksi) dalam implimentasi kurikulum Merdeka.
Aksi / Implementasi STAR
1. Situasi dan observasi siswa dalam kegiatan refleksi diri
Sampah menjadi salah satu permasalahan krusial di wilayah perkotaan. Begitu pula dengan lingkungan sekolah. Setiap hari bukan tanpa masalah. Pembiasaan menjadi pilihan untuk mengubah etika menyimpang. Butuh kesadaran dan upaya bersama untuk menanggulanginya. Bagaimana upaya warga sekolah memahami persoalan tersebut? Hal petama yang dilakukan adalah refleksi diri. Siswa melakukan pengamatan lingkungan sekitar rumah atau sekolah. Mencatat hal penting dengan potret pengelolaan sampah. Mendokumentasikan untuk bahan diskusi di dalam kelas. Guru berdialog untuk menyepakati topik yang akan diangkat dalam kegiatan proyek. 
Tujuan program ini adalah upaya mengatasi sampah dilingkungan sendiri. Topik yang disepakati bersama di kelas VIII.7 yakni berkreasi melalui sampah. Situasinya akan terlihat lebih jelas saat observasi. Siswa mulai melakukan kegiatan literasi dan pengumpulan data. Baik melalui bacaan on line maupun wawancara. Guru menyiapkan pula bahan literasi secukupnya. Berupa media pembelajaran untuk siswa yang mengalami hambatan. 
2. Tantangan melalui analisis data dan rencana aksi
Tahap analisa data dilakukan dalam kerja kelompok. Menyatukan hal yang sama atau mirip untuk dibahas. Hasil temuan setiap kelompok berisi cara memecahkan masalah untuk sebuah kesimpulan baru. Setelah tahap ketiga tersebut, siswa mulai menentukan ide dan merancang karya. Tahap keempat ini akan beragam setiap kelompok. Setiap ide akan menghasilkan sub tema proyek. Setiap situasi akan memerlukan cara tersendiri. Berusaha menjawab situasi atau masalah yang dihadapinya. Upaya yang dilakukan sesuai dengan cara mereka pilih sendiri. Kegiatan ini akan berlangsung beberapa minggu. 
3. Aksi siswa melalui teknik etika lingkungan (gugah-pilah-buat)
Diawali edukasi lingkungan yang diarahkan dalam permainan memilah sampah dan pembuatan poster digital maupun berbasis kertas. Publikasi on line dan penempatan pada papan informasi kelas maupun sekolah dilakukan. Hal ini disesuaikan dengan aset, bakat maupun minat yang dimiliki siswa.  Realisasi pencapaian tujuan sub tema lainnya dilakukan dalam beberapa kegiatan lanjutan. Karakter beretika dengan sampah mulai nampak. Tong sampah berwarna mulai terisi sesuai peruntukannya.
Hasil pemilahan sampah diarahkan dalam pembuatan produk. Referensi dipembelajaran sebelumnya menjadi acuannya. Ada yang merakit alat serta membuat kompos. Kegiatan lainnya, membuat kerajinan berbahan limbah rumah tangga. 
4. Refleksi melalui penilaian dan pameran
Selain pembimbingan, guru melakukan penilian proses dan produk pada tahap pada tahap aksi dan refleksi. Hasilnya menjadi bahan presentasi publik di tahap akhir kegiatan. Gelar karya maupun pameran  kelas VIII.7 dilakukan diakhir semester. Penilaian akhir akan berlangsung pada tahap ini. Tujuannya untuk melihat ketercapaian program yang telah dilakukan. Ada testimoni siswa untuk kerja yang mereka lakukan. Pembiasaan beretika lingkungan dengan berbijak terhadap sampah mulai diterapkan. Hasil pengomposan akan menjadi bahan pupuk dalam kegiatan kebun sekolah. Kerajinan limbah rumah tangga bukan hanya sebagai pajangan semata. Sebagian terjual untuk modal kegiatan berikutnya.
Hasil dan dampak
Proyek dapat diselsaikan dengan baik. Selama kurang dari tiga bulan, alur kesepakatan program dijalankan. Tergambar dari pencapaian siswa,  30% mencapai kategori sangat baik dan 70% baik. Sesuai kriteria ketercapaian tujuan proyek yang diharapkan, semua siswa siswa telah mampu menyelesaikan proyek ini. Bukan hanya pada mendesain alat pengemposan, siswa juga telah dapat membuat kompos yang siap pakai. Bahan daur ulang sampah dalam bentuk ragam kerajinan dapat dipublikasikan saat gelar karya. Beberapa diantaranya menghasilkan dana tambahan untu proyek selanjutnya. Kompos yang ada dapat digunakan dalam kegiatan proyek berikutnya yakni penanaman tanaman di kebun sekolah. Kenyataan itu memberikan infoformasi tentang gaya hiduo sehat dan berkelanjutan yang dirancang telah mampu memberikan dampak perilaku positif pada siswa. Menumbuhkan karakter yang beretika lingkungan dalam menunjang pencapaian hidup yang lebih baik.
Tips dari saya
Tantangan akan menjadi cara untuk berkreativitas. Menumbuhkan kebiasaan siswa harus dimulai dari diri mereka sendiri. Inilah pentingnya pemanfaatan aset dan komunitas. Membuka pola piker dari kemampuan diri dan kelompok dalam menyelesaikan permasalahan. Hal itu disesuaikan dengan kondisi diri dan lingkungan yang ada. Membangun kesepakatan dapat mempermudah proses pelaksanaan alur kegiatan yang direncanakan. Semua itu untuk mendorong kreatifitas dan inovasi dalam menjawab masalah dihadapinya.
 
 
 
.png) 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar