Bunyi tegukan air di kerongorangan La Mente dan La Rato telah menghilangkan dahaga setelah berjalan cukup jauh. Mareka meninggalkan rumah di pusat kampung Lahontohe semenjak pagi hari. Jalan yang ditempuh memang berbatu dan menanjak agar sampai di kampung lama. Kebera
daan Kontu Kowuna merupakan dorongan kuat keduanya untuk penapaki setiap langkah jalan setapak yang melelahkan itu.
“Aku sepertinya tidak kuat lagi untuk berjalan.” Ungkap La Mente.
“Baru berjalan satu jam saja sudah menyerah.” Kata La Rato.
“Aku tidak menyerah.”
“Memangnya kalau kamu tidak berjalan akan sampai ke tempat Kontu kowuna?”
“Maksud saya, Apakah tidak ada cara lain agar sampai di sana tidak dengan berjalan kaki?”
“Eh…bangun cepat, kamu ini mimpi ya! Ayo kita jalan lagi.”
La Rato menarik lengan La Mente sambil mengangkat rangselnya. Kelelahan yang dirasakan La Mente memang belum usai. Dua langkah berjalan La Mente merebahkan kembali badanya, lalu bersandar ke batang pohon yang berada di dekatnya.
“Aduh…kenapa berhenti lagi. Kita bisa kemalaman di sini, Mente!”
“Rato? Kita istirahat dulu yah! Aku benar-benar kelelahan.”
“Baiklah, tapi jangan tidur dan tidak lama-lama!”
“Siapa yang mau tidur? Aku hanya minta istirahat sebentar.”
“Kamu itu kalau sudah lelah pasti tertidur.”
“Iya…Aku janji tidak akan tertidur.”
Janji itu rupanya diingkari oleh La Mente. Kesejukan hutan membuat katup bola matanya semakin menutup. Suara mendenging serangga hutan bagaikan melantunkan lagu yang sangat merdu. Itu sudah cukup mengantarkan La Mente yang hampir terbuai mimpi.
Selasa, 17 Januari 2017
Cerpen 9
Bunyi tegukan air di kerongorangan La Mente dan La Rato telah menghilangkan dahaga setelah berjalan cukup jauh. Mareka meninggalkan rumah di pusat kampung Lahontohe semenjak pagi hari. Jalan yang ditempuh memang berbatu dan menanjak agar sampai di kampung lama. Kebera
daan Kontu Kowuna merupakan dorongan kuat keduanya untuk penapaki setiap langkah jalan setapak yang melelahkan itu.
“Aku sepertinya tidak kuat lagi untuk berjalan.” Ungkap La Mente.
“Baru berjalan satu jam saja sudah menyerah.” Kata La Rato.
“Aku tidak menyerah.”
“Memangnya kalau kamu tidak berjalan akan sampai ke tempat Kontu kowuna?”
“Maksud saya, Apakah tidak ada cara lain agar sampai di sana tidak dengan berjalan kaki?”
“Eh…bangun cepat, kamu ini mimpi ya! Ayo kita jalan lagi.”
La Rato menarik lengan La Mente sambil mengangkat rangselnya. Kelelahan yang dirasakan La Mente memang belum usai. Dua langkah berjalan La Mente merebahkan kembali badanya, lalu bersandar ke batang pohon yang berada di dekatnya.
“Aduh…kenapa berhenti lagi. Kita bisa kemalaman di sini, Mente!”
“Rato? Kita istirahat dulu yah! Aku benar-benar kelelahan.”
“Baiklah, tapi jangan tidur dan tidak lama-lama!”
“Siapa yang mau tidur? Aku hanya minta istirahat sebentar.”
“Kamu itu kalau sudah lelah pasti tertidur.”
“Iya…Aku janji tidak akan tertidur.”
Janji itu rupanya diingkari oleh La Mente. Kesejukan hutan membuat katup bola matanya semakin menutup. Suara mendenging serangga hutan bagaikan melantunkan lagu yang sangat merdu. Itu sudah cukup mengantarkan La Mente yang hampir terbuai mimpi.
Labels:
Karyaku
Jumat, 13 Januari 2017
BULETIN SEVENTEEN : PUISI TENTANG SEMUT MERAH
MENGINTIP
ULAH SEMUT MERAH
Oleh
Suhardin
Meniti
Jalan gelap
Menuntun
kaki dan antena menjadi arak-arakan
Menyisir
kapiler liang-liang sempit
Membuat
geng penguasa lahan tumpukan tanah
Mereka
para pekerja tangguh
Membagi
tugas untuk sejahtera
Mengambil
yang kering menumbuhkan benih
Maraih
yang kotor menjadi rebutan rambut akar
Mengoyak
yang keras menjadi gembur
Membalik
dari atas menjadi di bawah
Menaikkan
yang tertindis ke atas tanah
Menarik
bangkai
Mengubur
tulang belulang
Meraih
tinja binatang jalang
Mencabik
Mengoyak
Menjadi
lahan garapan
Mencegah
hamparan mejadi kritis
Membuat
sampah menjadi lumbung
Memimpin
menjadi Induk yang tau haknya
Menunaikan
kewajiban tanpa pamrih dan pilih
Menjaga,
membuat sejahtera
Memangku
tanpa menindas
Memahami
itu penting
Menghilang
satu, runyam semua
Mengaturnya
dengan aturan
Membagi
jatah dengan adil
Menggigit
pengganggu
Menyerang
perusuh
Membentengi
Sang Ratu
Menjaga
keutuhan
Membentang
kuasa bersama
Labels:
Buletin,
Karyaku,
Kegiatanku,
Pembelajaran,
Profesi-Guru
CERPEN 8
Lebaran berarti kegembiraan tersendiri bagi anak-anak Lahontohe. Bukan hanya gembira telah
berpuasa selama sebulan, akan tetapi santapan masakan dari beras menjadi
hidangan istimewa yang telah lama dinanti. Namun suasana berseri-seri seakan
menjauh dari wajah Wa Sule. Dia Duduk di pondok kecilnya, memangku nyiru dengan
tumpukan jagung yang baru saja di penen oleh kedua orang tuanya. Kegagalan
panen padi ladang yang ditanamnya menjadi penyebab kesusahan hatinya.
Wa Tabe datang menjenguknya siang itu. Kedatangan sahabatnya
itu membuatnya bertambah gusar.
“Itu, sedang menapis jagung di pondok!” Kata ibu Wa
Sule sambil menunjuk ke arah pondok kecilnya.
“Sule…oh Wa Sule…! Teriak Wa Tabe dari kejauhan.
“Kemarilah, Tabe…! Jawab Wa Sule dengan agak berteriak.
Jalan menanjak membuat Wa Tabe kelelahan saat sampai
di pondok kecil itu. Setelah mengambil beberapa tarikan napas dan menghembuskannya,
dia pun mulai membantu sahabatnya itu untuk melepaskan setiap butir jagung dari
tongkolnya.
“Apakah rencana kita besok jadi?” Tanya Wa Tabe.
“Rencana apa?”
“Masa kamu bisa lupa?”
“Bisa saja kan aku lupa.”
“Kok, menjawabnya malas begitu?”
“Ingatkanlah supaya aku menjawabnya dengan semangat.”
“Bukankah kamu yang membuat rencana itu?”
“Ih…rencana apakah?”
“Kita mau lebaran di pusat kampung kan?”
“Kalian sajalah yang ke sana.”
“Memangnya kamu mau berlebaran di kebun yang sunyi
ini?”
“Aku akan ke pusat kampung saat hari lebaran saja.”
“Kok, jadi berubah pikiran?”
“Aku tidak berubah pikiran. Aku tetap berlebaran di
sana hanya ke sananya nanti hari lebaran.”
Labels:
Karyaku
Rabu, 11 Januari 2017
CERPEN 7
Sorot matanya sayup dan kedua telapak tangannya
berusaha menindih perutnya yang kian kempis. Dia duduk di atas batu menghadap ke
pondoknya yang hampir roboh. Sudah dua hari makanan tak kunjung masuk dalam
perutnya. Bukan karena penyakit akan tetapi semua yang tersisa di para-para telah dirampas algojo penarik
pajak penjajah. Akal pikiranya menyusut dan menyamarkan kepekaan telinga
sehingga panggilan ibunya terdengar samar.
“Bose…, Bose…, oh La Bose?” Ibunya memangilnya
berali-kali.
“Iya Ina!”
Jawabnya sambil berlari mendekati ibunya.
“Kamu lapar ya?”
“Iya Ina.
Perutku sejak semalam berbunyi terus dan agak sakit.”
Semenjak ayahnya meninggal dia sangat bergantung pada
jerih payah ibunya. Mereka hidup sangat sederhana. Pakaian penutup tubuh pun
terkadang digunakan saling bergantian. Jalan menuju hutan yang berintang duri ilalang dan gititan serangga, tidak
diperdulikan oleh kedua insan yang kelaparan itu. Tujuannya hanya satu,
mendapatkan makanan secapatnya.
“Ina
menunduklah cepat.”
“Ada apa Bose?” Tanya ibunya dengan berbisik.
“Sepertinya kita akan mendapatkan hewan buruan.”
Ancang-ancang diambilnya dengan berlahan. Balase yang dijinjingnya dilepaskan
dengan hati-hati. Sorot matanya tajam tak terpejam, menatap sasaran yang akan
ditombaknya. Saat pikiran dan raganya siap, tiba-tiba seekor kupu-kupu menghinggap
tepat dihidungnya. Sayap kupu-kupu yang mengambang menghalau pandangannya.
“Ah…, kupu-kupu ini telah menyebabkan sasaranku
meleset.” Kata La Bose sambil memegang sayap kupu-kupu itu.
“Sudalah, itu berarti belum rezeki.”
“Tapi kupu-kupu ini harus menerima balasanya.”
“Bose,
lepaskanlah! Janganlah kamu membunuhnya. KISAH SELANJUTNYA......TUNGGU BUKUNYA TERBIT YA...
Labels:
Karyaku
Langganan:
Komentar (Atom)
Zahro Nur Aisyah - Menyaring Air dari Botol Plastik Bekas (Cerita Refleksi Terbaik)
Pagi itu, pada pukul 07.00, udara masih terasa sejuk di lingkungan sekolah. Bel tanda dimulainya pelajaran pertama telah berbunyi, dan sua...
-
Contoh Lembar Kerja Siswa Nama : …………………………………….Kelas : ……………Hari/Tanggal : ………………… Tujuan : Mengidentifikasi bahan olahan siap saji dari ...
-
Kegiatan Sumatif ini dilakukan untuk kelas VIII.1 - VIII.4 Serta VIII.7 dan VIII.8 Sebelum mengikuti kegiatan ini diharapkan anak-anak sek...
-
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA Materi 1 : Identifikasi Fungsi bagian organ pernapasan manusia Perhatikanlah gambar berikut Berdasarkan gambar...

