BULETIN SEVENTEEN : LITERASI - Belajar Dimulai dari Ketidaktahuan

 

Bayi lahir hanya membawa amanah hidupnya. Semua terlupa saat keluar dari Rahim seorang ibu. Selamat datang di dunia baru. Manusia hanya membawa insting untuk memulai hidup. Belajar dari mengisap jempol dalam kandungan membawanya menyusu pada ibunya. Hanya menangis dan tertawa untuk mengambarkan keadaannya. Setelah melihat dengan jelas, mulailah mengenal sesuatu terdekatnya. Semua itu dipelajari dan diingat. 

Begitulah cara manusia untuk bisa hidup. Belajar adalah kata kuncinya. Apakah hanya dengan membaca? Tentu tidak bukan? Melihat, mendengar, merasakan, mengecap ataupun membau semua itu belajar. Namun pengalaman sebelum manusia lahir akan dipelajari dari tulisan orang sebelumnya. Itulah mengapa manusia tidak boleh melupakan sejarah. Jejak manusia sebelumnya akan dikembangkan untuk kemaslahatan umat manusia berikutnya.

Jika ada yang kamu ketahui, menulisah. Agar kamu bisa meninggalkan jejak bagi generasi yang akan datang. Walaupun itu hanya sebuah cerita sederhana. Bahkan hanya sebuah pengalaman berarti dari sisi kecil kehidupanmu.  

Membaca itu memang penting. Tetapi lebih penting lagi, jika apa yang dibaca dapat diterapkan dalam kehidupan manusia. Artinya belajar itu harus bermakna. Tidak perlu canggung karena usia. Kapan dan dimana pun, ayo belajar! Semua akan penting dan berguna disaat yang tepat. Bagaimana teknik memanjat dan berlari kencang saat ingin menyelamatkan diri? Kamu akan tahu manfaat berenang dengan baik saat musibah banjir bandang mendera. 

Semua pengalaman itu harus dibagi pada orang lain. Bercerita memakan waktu dan tenaga. Jika hanya seorang belum menyusahkan. Namun ketika ratusan orang menjadi masalah. Tulis dan bukukan lalu sebarkan. Itu akan jauh lebih bermakna. Mempengaruhi secara positif orang lain dari bacaan menjadi hal yang efektif. Lebih menguntungkan lagi jika mengajari orang lain tentang hal-hal yang bermanfaat. Jadilah pencuri amal buat kebaikan orang lain.