Rasa asam yang dikandungnya tidak membuat orang
menjauhinya. Khasiatnya dalam menyembuhkan penyakit dan bumbu dalam masakan
menjadikannya pohon daru banyak ditanam oleh penduduk kampung Lahontohe. Namun bagi La Dosa, tanaman
itu sangatlah istimewa. Pohon daru yang tumbuh di belakang rumahnya telah
merubah hidupnya. Pahit dan kelamnya hidup dimasa penjajah dapat dilaluinya
dengan kejadian aneh di pohon daru itu.............
Seperti subuh sebelumnya, setelah sembahyang di surau
dia pun segera pulang. Kedatangannya telah dinanti oleh ibunya dengan wajah
yang tidak bersahabat. Wanita itu duduk di bale-bale
sambil menatap anak si mata wayangnya yang sedangan mengarah kepadanya.
“Dosa…, kemarilah! Duduklah di sini, ibu ingin
bicara.”
“Ada apa bu?” Jawabnya dengan rasa penasaran.
“Ibu lihat di kamarmu ada beberapa keping uang. Dari
mana kamu mendapatkan uang itu, Dosa?”
“Emm, Anu bu…”
“Apakah kamu mencuri?” Lanjut ibunya, setelah melihat
La Dosa kebingungan.
“Tidak…,tidak bu. Aku tidak mencuri.” Jawabnya dengan
terbata-bata.
“Lantas uang logam itu dari mana?”
“Aku menjual buah daru, bu. Setiap harinya aku
mendapatkan satu koin uang logam.”
“Siapa yang mau membeli buah darumu?”
“Seseorang di pasar, bu.”
“Seseorang itu siapa?”
“Aku tidak mengenalnya bu.”...................
.tunggu bukunya terbit ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar