Rabu, 28 Desember 2016

HARAPAN JIWA 2

MEMACU ASA DAN CITA
(Suhardin, 2016)
 
rangkai cita melalui aksi
hilang satu datang beribu
jalan hidup makin panjang
semoga hati tetap islami

banyak doa yang terucap
tak seindah doa orang tua
banyak kawan yang berteman
tidak seindah teman sekaligus sahabat

indah kata nan bermakna
semoga sukses dan sejahtera
indah karir dan cita
semoga harapan bisa diraih

tatap masa depan dengan semangat
raih asah yang terpenggal
ingat diri dalam melangkah
agar sehat selalu menerpa

HARAPAN JIWA 1

HARAPAN SEORANG SAHABAT
(Suhardin, 2016)

Cukup lepas yang susah diraih
Dan kejar yang mudah digenggam
Hilangkan dengki yang terselubung
Ambil manfaat dari kekejaman orang

Hidup ringan tanpa paksaan
Riangkan hati tanpa egois
Raih mimpi yang belum terjamah
Berprestasilah untuk diri

Menabung benih untuk akhirat
Perbaiki diri dengan potensi
Walau sedikit itulah yang berarti.
Itulah harapan dari sahabatmu


Cerpen 2



Tampuk pemegang kekuasaan kini beralih pada La Kakanu. Sosok penguasa kampung itu diberi gelar sebagai Bonto. Mangkatnya sang ayah menjadikannya pewaris utama untuk pengemban amanah leluhurnya. Sebuah jabatan tertinggi yang dapat mengangkat derajatnya. Namun menjadi pemimpin yang bijak dan jujur memiliki banyak tantangan. Semenjak penjajah merasuki tatanan kerajaan, menyebabkan pemerintahan kampung selalu mengarah pada ketidakadilan bagi penduduk. Tuntutan rakyatnya untuk menciptakan keadaan yang lebih baik menjadi pemikiran serius La Kakanu untuk menjalankan warisan leluhurnya.
“Apa yang harus kamu urus duluan Kakanu.” Tanya istrinya.
“Aku bingung harus mulai dari mana. Apakah kamu punya saran?”
“Sebaiknya perkuat dulu kedudukan tokoh agama. Ajaklah mereka dalam memberikan masukan perubahan pemerintahanmu.”
“Jika tokoh agama itu aku rangkul duluan, pastilah banyak yang menentangnya bu.”
“Itu sebuah resiko. Apakah kamu akan tetap bekerjasama dengan penjajah itu?”
“Aku akan menawarkan kerjasama yang dapat berpihak pada warga kampung. Aku sadar semua perjanjian selama ini, hanya berpihak pada kaum penjajah itu. Akhirnya warga kampung menderita.”
“Bagaimana kamu memulainya?”
Mendengar pertanyaan itu La Kakanu menarik napas. Langkah kakinya menuju jendela yang terbuka. Dia merasa seakan beban berat tengah dipikulnya. Lama terdiam sambil memikirkan apa yang akan dilakukannya.
“Apakah kamu punya saran lagi?”
“Jika merangul tokoh agama saja dirasa susah, pertemukanlah mereka dengan tokoh adat terlebih dahulu. Pendapat mereka ditampung lalu kamulah yang memutuskannya.”
“Saranmu akan aku pertimbangkan. Memang aku mengakui saat ini, untuk mengambil keputusan saja sangatlah sulit.”
Selanjutnya......tunggu bukunya terbit ya!

Selasa, 27 Desember 2016

Cerpen 1




Seperti subuh sebelumnya, setelah sembahyang di surau dia pun segera pulang. Kedatangannya telah dinanti oleh ibunya dengan wajah yang tidak bersahabat. Wanita itu duduk di bale-bale sambil menatap anak si mata wayangnya yang sedangan mengarah kepadanya.
“Dosa…, kemarilah! Duduklah di sini, ibu ingin bicara.”
“Ada apa bu?” Jawabnya dengan rasa penasaran.
“Ibu lihat di kamarmu ada beberapa keping uang. Dari mana kamu mendapatkan uang itu, Dosa?”
“Emm, Anu bu…”
“Apakah kamu mencuri?” Lanjut ibunya, setelah melihat La Dosa kebingungan.
“Tidak…,tidak bu. Aku tidak mencuri.” Jawabnya dengan terbata-bata.
“Lantas uang logam itu dari mana?”
“Aku menjual buah daru, bu. Setiap harinya aku mendapatkan satu koin uang logam.”
“Siapa yang mau membeli buah darumu?”
“Seseorang di pasar, bu.”
“Seseorang itu siapa?”
“Aku tidak mengenalnya bu.”...................
.tunggu bukunya terbit ya!

Kreasi Pembelajaran dari Botol Bekas