MELUKIS JEMBATAN PENSIL DI
BUMI RINDANG
Julukan
sekolah “ubi” sejak tahun 2004 mulai pudar ketika putra dan putri sekolah ini
mulai “berani” merubahnya. Mimpi itu menjadi kenyataan. “Rumah Pendidikan” di tapal batas Kadia dan Puuwatu ini telah menjadi
tempat bernaung selama dua dekade. Bagaimana upaya yang telah dilakukan?
Sekolah
ramah anak ini telah dijabat oleh lima Kepala Sekolah dengan masa jabatan yang
berbeda. Namun lukisan sejarah ini hanya mengambil satu sudut pandang yang
mungkin tidak kasat mata. Membuat rupa literasi dalam merubah diri dan merakit
anggapan dalam menatanya menjadi kegiatan numerasi yang lebih bermakna.
Tiga ruang
kelas menjadi fenomena tersendiri ketika datang di sekolah ini. Juli 2004
bertandang, ketika Oktober menjadi resmi berpindah status. Siswa yang belum
banyak itu bukan masalah bagiku. Memulai keakraban dengan mengajarkan muatan
lokal pertamanan dan pertanian holtikultura. Buku pertama di sekolah ini pun
lahir untuk menopang pembelajaran tersebut. Keinginan menulis beranjak dalam
kemunitas kecil di setiap ruang kelas. Keseriusan siswa itu membuahkan hasil.
Piala pertama di sekolah ini diperoleh dari penelitian sederhana siswa tentang
dampak miras bagi remaja.
Lingkungan
pengaruhnya tidak luas. Mengajar dan belajar menjadi tehnik yang digunakan.
Berstatus guru sains tentu sangat jauh berbeda dengan sarjana bahasa dan
sastra. Sedikit waktu yang tersisa menjadi tantangannya. Namun menyandang
urusan kesiswaan memberikan kesempatan berbeda. Keakraban itu menjadi peluang
yang baik. Satu demi satu piala maupun penghargaan diraih melalui senyuman dan
jerih payahnya. Cerita tiga piala di tingkat provinsi menjadi kisah unik
ditahun 2008. Karya ilmiah lingkungan hidup yang dibuat, mendapat apresiasi
sebagai peringkat satu, dua dan ketiga.
Tahun
2010 – 2020 menjadi masa keemasan bagi komunitas siswa menulis. Setelah
beberapa kali menjadi finalis di Tingkat nasional, akhirnya kelompok karya
tulis ilmiah remaja mendapatkan berkah yang besar dari Sang Pencipta. Dua
medali emas dilevel nasional bisa diraih dalam bidang sains dan lingkungan.
Salah satu karya siswa mendapatkan kesempatan bersanding dengan 24 negara di konferensi
dunia bidang lingkungan. Hal itu mendapatkan dukungan dari pemerintah kota dan lembaga
swadaya masyarakat bidang lingkungan hidup Indonesia.
Rejeki
dari Allah itu juga diperoleh salah satu siswa. Seorang perempuan periang,
berhasil lolos dan mengikuti kegiatan pada event Singapore-Indonesia Student
Friendship Adventure. Kesempatan ini diperolehnya setelah berhasil meraih
peringkat pertama dalam karya tulis nasional tahun 2010. Remaja ini menjadi
siswa pertama di sekolah yang diutus keluar negeri. Tim buletin seventeen juga berhasil
masuk dalam finalis lomba jurnaslitik remaja tingkat nasional. Mereka menjadi
finalis pertama di Sultra yang berhasil mencapai level tersebut.
Kegiatan
komunitas kecil dikelas ini, menjadi salah satu bagian pencapaian sekolah
berkeunggulan berwawasan lingkungan hidup, sekolah sehat dan sekolah adiwiyata.
Tentu ini bukan kerja orang per orang. Bahu membahu seluruh warga sekolah telah
membawa bumi rindang menyandang sekolah adiwiyata pertama di Sultra untuk
Tingkat SMP. Menjabat sebagai ketua tim saat itu, menjadi berkah dan pengalaman
tersendiri yang susah terlupakan.
Semangat
yang tinggi itu melahirkan ide untuk jumpa alumni. Komunitas yang ada merancang
reuni akbar untuk pertama kalinya. Tahun 2014 merupakan satu dekade sekolah ini
berdiri. Menjadi koordinator memang sangat melelahkan. Penyakit yang menerpa
saat itu belum sepenuhnya pulih. Keterbatasan yang ada membuat tim harus
berpikir keras merancang kegiatan yang lebih efisien. Pentas seni, jalan
santai, kegiatan sosial dan gelar karya menjadi ragam kegiatannya. Momen yang
berkesan dari perjalanan menjadi kesiswaan waktu itu.
Selanjutnya,
Masa-masa itu bagai “dunia terbalik” bagiku. Topik ini menjadi judul buku
tunggal yang diterbitkan. Walaupun kebersamaan dengan siswa itu telah
mengantarkan berkah lain dari Illahi Rabbi dan hasilnya menjadi juara lomba
keberhasilan guru nasional. Namun tidak cukup untuk keluar dari masalah.
Ada sesuatu
diluar dugaan terjadi. Ujiannya datang silih berganti. Perjuangan karier di
tiga sekolah pada tiga kecamatan berbeda dijalani mulai 2015. Hal itu karena dana
tunjangan sertifikasi. Keberadaannya sangat penting dalam menompang kebutuhan
keluarga. Kini, mengajar menjadi lebih utama dari jabatan yang diemban. Sisa
semangat menjadi tenaga yang dibutuhkan.
Mengantarkan
takdir Allah bagi rumah kedua ditingkat nasional menjadi pilihan. Tujuannya agar
ruang kelas untuk mengajar tetap tersedia. Mengantar rezeki Allah melalui
bantuan dari kemampuan kecil yang dimiliki. Akhirnya beberapa warga sekolah
kedua menginjak level nasional melalui kegiatan literasi dan numerasi yang
dilakukan. Hanya itu cara yang dipilih untuk menjaga opini yang berkembang.
Mengumpulkan
kekuatan yang tersisa menjadi upaya yang dilakukan saat senggang. Akhirnya, lima
buku antologi di rumah pertama berhasil terbit. Komunitas menulis seventeen berkiprah
dengan baik pada tahun 2017-2019. Buletin cetak seventeen mulai terbit berkala secara
swadaya. Ini menjadi cara untuk menjaga karya tetap berjalan.
Menata
diri menjadi penting untuk penepis anggapan yang tidak nyaman didengar. Cerita
berpindah tempat hingga ungkapan samar di berbagai suasana mulai mengganggu
hati dalam mengajar. Ketika kawan tidak lagi menjadi sahabat maka keluarga
menjadi tempat bersandar. Semua itu telah tersirat dalam “keringat di pelupuk
mata” Buku tunggal keempat yang ditulis pada tahun 2019.
Buku
itu mengisahkan cara keluar dari kabut malam yang pekat. Mengajarkan bahwa
menulis menjadi salah satu cara untuk menjemput takdir baik. Setelah beberapa
kejuaran yang diraih dengan beragam level, Allah menganugerahkan Excelent
Teachers dan Lancana Pendidikan dari negara. Peran komunitas menulis seventeen
sangat kental dalam tangga sukses itu. Peran keluarga dan peserta didik sangat berarti dalam
meraihnya.
Sesuai
bincang singkat dengan rekan dan pengamat, ada keunggulan “Bekal Terasi” dalam
Lomba Inovasi Pembelajaran Nasional tahun 2018. Salah satunya adalah peran
siswa dalam berdiferensiasi untuk belajar. Buku antologi mereka, memuat cerita
pengalaman belajarnya. Sisi baik berkawan dengan peserta didik telah menemukan
takdirnya. Menyandang berkah terbaik menjadi penghibur diri dari Allah untuk
kehidupan yang rumit saat itu. Khususnya bagi “kelinci di padang sayur” Ladang
yang telah mengantarkannya melangkah di empat negara yang berbeda.
Kini
bulletin dalam komunitas menulis telah berubah wajah. Digitalisasi menjadi arah
pengembangannya. Mengajak alumni mengambil peran, melatih sebisanya, menyiapkan
wadah diferensiasinya dan menerbitkannya dalam edisi bulanan menjadi upaya yang
dilakukan saat ini. Besar harapan untuk memberikan kesinambungan yang simultan
untuk karya ini. Perwajahan ini terpilih menjadi topik presentase akhir dalam gelar
karya guru penggerak angkatan lima tahun 2021.
Sejarahnya
sangat berarti dalam menjembatani anak didik dalam berkarya. Bukan hanya siswa
dan guru, bahkan sekolah akan terlukis indah jika ditata dengan baik. Usia dan
keadaan menjadi tantangan peremajaannya. Namun upaya kecil terus dilakukan agar
jembatan ini tetap kokoh untuk diseberangi. Sadar diri memang jalan terbaik.
Memaknai bahan yang dipakai tidak bermutu baik. Menggores dan membentuk motif
dengan pensil akan berbeda dengan cat minyak diatas kanvas. Gambar pensil
dilembaran kertas mudah dihapus, hilang lalu terlupakan.
Langkah
tidak mungkin terhenti. Jaman terus berkembang. Menuntun kaki yang berjalan
untuk mengejar yang berlari menjadi pilihan. Agar diri tidak diam terpaku. Mengajak
siswa menulis dan membuat video dilakukan dalam pembelajaran maupun proyek P5. Saat
Sebagian warga sekolah belum familiar dengan yuotube, jejak “seventeen” telah mulai
dipublish. Lagu mars sekolah, bahan ajar dan film dokumenter siswa mulai
bertebaran di dunia maya. Ada dua gelar video pembelajaran yang dibuat dan
menemukan takdirnya. Keduanya menjadi karya terbaik dalam festival ditingkat
nasional.
Kumpulan
karya itu telah menjembatani pemilihan narasumber praktik baik dilevel
provinsi. Duduk diposisi pertama mewakili karya siswa dan diri sendiri di
platform merdeka mengajar bukan tanpa kritik. Inilah sedikit upaya untuk karya
dan baktiku dihamparan ladang sawah, tempat benih padi yang ditanam. Dokumentasi
itu telah dimuat dalam banyak edisi bulletin digital seventeen.
Selamat
hari jadi SMPN 17 Kendari yang ke-XX. Semoga jaya dan selalu menjadi tempat
nyaman untuk belajar dan bekerja dalam mencari berkah Illahi Rabbi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar