Selasa, 29 Juni 2021

BULETIN SEVENTEEN : PENGALAMAN BERTEMU GURUKU - Rezky Saputra Kelas 8.1


 

“Kamu temui dulu Pak Suhardin secepatnya ya!” Kata Wali Kelasku.

Begitulah titah orang tua kelasku. Guru yang selalu memberikan informasi tentang masalah yang terjadi dikelas. Hari Sabtu menjadi pilihan waktu untuk menemuinya. Harapannya, orangtuaku memiliki waktu lowong. Ini “tanggal tua” artinya waktu diakhir-akhir bulan. Jam depalan pagi tanggal 19 Juni 2021, aku sudah berada di sekolah. Sangat sedikit orang saat itu. Hal ini karena dilakukan pembatasan kegiatan. Mengecek suhu dan melewati ruang sertrilisasi menjadi kegiatan awal masuk di pintu gerbang sekolah.

Hari ini, aku ditemani ibu. Itu menjadi syarat untuk menghadap pada Pak Guru. Itulah alasanya untuk tidak datang sendiri ke sekolah. Rasa syukur dengan mengucapkan “Alhamdulillah” karena bisa datang ke sekeloah dengan selamat. Guru menyampaikan, jika dengan pendamping maka aku tidak bisa ke mana-mana setelah berurusan. Akibat kondisi wabah yang belum usai, dia pun menyerankan untuk tetap mengenakan masker selama berada di sekolah. Jaraknya pun harus jauh. Minimal satu meter setiap orang jika duduk berdekatan.

Hanya sayang, saat akan berkonsultasi guruku harus mengikuti rapat terlebih dahulu. Menunggunya diruang terbuka hijau menjadi pilihan. Beberap saat kemudian, kami dipersilahkan bersantai di ruang guru. Betapa senangnya melihat sosok guruku masuk dari pintu samping. Akhirnya ibuku menemuinya untuk berkonsultasi.

Aktivitas dan cara belajarku ditanyakan. Hambatan yang dialami dalam pembelajaran juga diutarakan oleh ibuku. Bagaimana memanfaatkan handphone? Kondisi jaringan internet dan paket data juga menjadi catatan guruku. Dia selalu menuliskan sesuatu dibuku hijau besarnya setelah bertanya pada kami. Alamat dan nomor kontak orang tua pun ditulisnya. Tidak lupa beliau menceritakan hal-hal penting dalam pembelajaranku selama ini.

Wah, sayang sekali. Setelah memeriksa tas, buku catatanku terlupa di rumah. Ibuku akhirnya memberikan saran untuk pulang mengambilnya. Untung saja rumah dekat dengan sekolah. Tidak membutuhkan waktu lama untuk datang kembali ke tempat semula.

Nilai yang kurang akhirnya mendapatkan jalan keluar untuk menuntaskannya. Setelah memeriksa buku catatanku, dia lalu memberi nilai untuk kerja kerasku. Tanda tangan dan catatan kecil dibubuhkan dalam buku tersebut. Bagiku ini menjadi pelajaran agar kedepanya dapat menjadi lebih baik. Akhirnya kami pun pamit untuk pulang. Tidak lupa beliau menyarankan untuk membasuh kedua tangan dengan cairan pembunuh kuman sebelum meninggalkan ruang.

Begitulah pengalamanku, saat bertemu guru Prakaryaku. Dia Bernama Pak Suhardin. Setelah setahun belajar secara “daring” akhirnya hari ini bisa bertemu muka dengannya. Terimaksih guruku, kini aku bisa tersenyum lebar. Keluh kesahku tentang ketuntasan materi pelajaran telah mendapatkan jalan keluarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAMPAH RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

  Rumah tangga memproduksi sampah setiap hari. Hal ini sesuai dengan aktivitas penghuninya. Sebagia besar berupa bahan organik, Misalnya sis...