Cerita Tentang Nasi Goreng Tempe Karya Muh. Randi
Halo! Namaku Muh. Randi, aku siswa kelas 9.2 di SMPN 17 Kendari. Saat ini, di pelajaran IPA, aku sedang mempelajari tentang zat aditif pada makanan. Untuk tugas kali ini, aku membuat makanan sederhana namun sangat enak, yaitu nasi goreng biasa dengan tempe.
Aku memilih nasi goreng karena bahan dan cara membuatnya mudah. Aku menyiapkan nasi putih, bawang merah, bawang putih, kecap manis, garam, minyak goreng, dan tentu saja tempe goreng sebagai isiannya. Dalam nasi goreng yang kubuat, terdapat beberapa zat aditif alami dan buatan.
Zat aditif alami terdapat pada bawang putih dan bawang merah, yang berfungsi sebagai penyedap alami dan juga bisa membunuh bakteri.
Kecap manis mengandung zat aditif buatan seperti pewarna karamel dan pengawet, yang berfungsi untuk memberi warna dan menjaga daya tahan kecap. Garam juga termasuk zat aditif, yaitu penyedap rasa dan pengawet alami.
Selain lezat, tempe yang kutambahkan juga sangat bergizi karena mengandung protein nabati yang baik untuk tubuh. Dari kegiatan ini, aku belajar bahwa zat aditif memiliki fungsi penting dalam makanan, tetapi harus digunakan dengan jumlah yang tepat agar tetap aman dan sehat untuk dikonsumsi.
Jadi, selain menikmati nasi goreng buatanku, aku juga bisa memahami ilmu IPA dengan lebih nyata melalui pengalaman memasak sendiri.
Judul: Pagi Ceria Bersama Nasi Telur Ikan Sayur Pagi itu, aku—Ahmad Fajar, siswa kelas 9.2 SMP 17 Kendari.
Bangun lebih awal dari biasanya. Hari ini istimewa, karena kami mendapat tugas proyek dari Pak Suhardin, guru IPA kami, untuk membuat menu sarapan pagi yang mengandung zat aditif. Tema ini sangat menarik karena kami diminta tidak hanya membuat makanan, tapi juga memahami apa saja zat aditif di dalamnya dan manfaatnya bagi tubuh. Aku memutuskan untuk membuat menu favoritku: Nasi Telur Ikan Sayur. Menu sederhana tapi lengkap gizi, dan pastinya disukai oleh banyak orang. Menyiapkan Sarapan dengan
Semangat Dengan semangat, aku membantu ibu di dapur. Aku menanak nasi, menggoreng telur, mengolah ikan goreng, dan menumis sayuran seperti wortel dan buncis. Saat memasak, aku juga memperhatikan bahan-bahan tambahan yang digunakan. Ternyata, di balik kelezatan makanan ini, ada zat aditif yang berperan penting. Zat Aditif dalam Menu Sarapanku Berikut adalah beberapa zat aditif yang aku temukan dalam proses memasak: MSG (Monosodium Glutamate) Digunakan saat ibu menumis sayur dan memasak ikan. Fungsi: Menambah cita rasa gurih pada makanan. Manfaat: Dalam jumlah wajar, membantu meningkatkan selera makan. Garam Dapur (Natrium Klorida) Digunakan untuk memberi rasa pada semua masakan. Fungsi: Sebagai penyedap dan pengawet alami. Manfaat: Menjaga keseimbangan elektrolit tubuh.
Minyak Goreng Meski bukan zat aditif, kadang minyak goreng mengandung antioksidan sintetis (seperti BHA atau BHT) untuk mencegah tengik. Fungsi: Menjaga minyak agar tidak cepat rusak. Manfaat: Memastikan makanan aman dikonsumsi. Pewarna Alami (Warna sayur) Wortel mengandung beta-karoten yang memberi warna oranye cerah. Fungsi: Memberi warna alami pada makanan. Manfaat: Baik untuk kesehatan mata dan sebagai antioksidan alami. Sarapan Bersama di Sekolah Sesampainya di sekolah, aku membawa kotak bekal yang berisi nasi telur ikan sayur yang sudah kuhias dengan rapi. Di kelas, suasananya sangat meriah.
Semua teman membawa berbagai menu menarik dengan ide kreatif mereka masing-masing. Kami pun saling mencicipi dan bertukar cerita tentang zat aditif yang digunakan dalam makanan kami. Saat kami makan bersama di halaman sekolah, rasanya benar-benar menyenangkan. Tertawa, saling memuji masakan satu sama lain, dan belajar sambil menikmati makanan sehat. Aku merasa bangga karena bisa menyiapkan sarapan sendiri, memahami kandungan di dalamnya, dan berbagi kebahagiaan dengan teman-temanku.
Penutup Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa zat aditif tidak selalu berbahaya, asalkan digunakan dalam jumlah yang tepat dan aman. Sarapan pagiku yang sederhana ternyata kaya akan gizi dan pelajaran. Aku juga semakin sadar betapa pentingnya memulai hari dengan makanan sehat dan penuh cinta
Judul: Nasi Goreng Telur ala Jumadil dan Rahasia Zat Adiktif
Di suatu sore yang mendung di kota Kendari, Jumadil, siswa kelas 9.2 di SMPN 17 Kendari, duduk di meja belajarnya yang sederhana. Buku IPA terbuka lebar di hadapannya. Ia tengah mempelajari bab tentang zat adiktif, salah satu materi yang cukup menarik perhatiannya.
Perutnya mulai keroncongan. “Belajar enaknya sambil makan,” gumam Jumadil.
Dengan semangat, ia melangkah ke dapur dan memutuskan untuk membuat menu andalannya: Nasi Goreng Telur. Ia menggoreng bawang, mencampurkan nasi, telur, cabai, serta beberapa bumbu penyedap rasa. Tak lupa ia menambahkan telur mata sapi di atasnya—hasil gorengan yang nyaris sempurna. Makanan itu ia sajikan di tempat makan warna pink favoritnya. Sambil menyantap nasi goreng kreasinya, pikirannya kembali ke pelajaran tadi.
"Apa ya, zat adiktif yang ada di makanan ini?" pikir Jumadil.
Ia mengingat bahwa zat adiktif adalah bahan tambahan yang bisa membuat makanan jadi lebih enak, awet, atau menarik. Di nasi goreng buatannya, ada penyedap rasa, atau yang dikenal juga dengan monosodium glutamat (MSG). Zat ini termasuk zat adiktif karena bisa membuat makanan terasa lebih gurih dan lezat—bahkan kadang bikin orang ketagihan.
"Berarti nasi gorengku ini bukan cuma enak karena bumbu alami, tapi juga karena ada zat adiktifnya," katanya sambil tersenyum puas.
Namun, karena ia sudah belajar, Jumadil tahu kalau zat adiktif harus digunakan dengan bijak. Terlalu banyak bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Setelah makan, ia kembali ke bukunya, menulis di catatan IPA-nya:
Contoh zat adiktif dalam kehidupan sehari-hari: MSG pada nasi goreng. Fungsinya untuk memperkuat rasa, tapi harus digunakan secukupnya.Dan sejak hari itu, Jumadil bukan hanya jago masak nasi goreng telur, tapi juga jadi lebih paham sains di balik makanan kesukaannya.