Suhardin - SMPN 17 KENDARI - CGP Angkatan 5 Tahun 2022 Kota Kendari
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan
dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Kegiatan demosntrasi kontekstual modul 3.1 dilakukan pada dua sekolah
yang berbeda yakni SMPN 17 Kendari dan SMP Kartika XX-6 Kendari. Walaupun kedua
sekolah ini berbeda status namun Kepala Sekolahnya memberikan tanggapan yang
sama menyangkut hal yang berhubungan dengan patrap triloka Ki Hajar Dewantara.
Wawancara ini difokuskan pada penanganan kasus dilema etika di lingkungan
sekolah. Kedua narasumber mengungkapkan tentang pentingnya keteladanan sebagai
salah satu faktor pendukung pengambilan keputusan.
Kata teladan ini sesuai dengan semboyan Ing
ngarso sung tuladha pada filosofi Ki Hajar Dewantara. Banyak hal
yang diutarakan tentang kasus penanganan kedisplinan siswa. Keduanya pun
seirama bahwa membuat keputusan yang berpusat pada murid selalu tetap menjaga
semangat siswa untuk terus mau belajar dan menuntut ilmu. Apakah anak ini
karena pelanggaran berat yang dilakukannya, dapat dikeluarkan atau tidak dari
sekolah?
Jawabannya harus
mempertimbangkan masa depan anak, semangat bersekolah dan keberlangsungan
pendidikannya. Pemberian motivasi ini sesuai ungkapan ing madya mangun karsa
dalam filosofi Ki Hajar Dewantara. Saat penanganan kasus dilema etika, kedua
sekolah melakukan penanganan berjenjang dan memiliki tim kerja. Sebagai
manajer, kedua kepala sekolah mengungkapkan bahwa prosedur yang diambil atas
kesepakatan kolaborasi yang saling mendukung untuk kebaikan. Tentunya hal ini
sesuai dengan istilah tut wuri handayani pada filosofi Ki Hajar
Dewantara.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Seorang pendidik senantiasa memiliki nilai-nilai keteladanan bagi
siswanya. Nilai-nilai universal sebagai nilai-nilai kebajikan ini dapat
berpengaruh pada prinsip pengambilan keputusan suatu kasus dilema etika. Nilai-nilai
kebajikan universal ini bisa berupa tanggung jawab, keadilan, kasih sayang, kejujuran,
bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, rajin, komitmen, kesabaran atau
percaya diri dan masih banyak lagi yang bisa tumbuh dan berkembang pada diri
seseorang. Karakter postif inilah yang akan menumbuhkan empati dan pemahaman
situasi saat terjadi kasus pada siswa. Menjadi penyeimbang untuk memilih antara
dua pilihan yang kedua pilihan secara moral adalah benar tetapi mengandung bertentangan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut
telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh
sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya
Pengambilan keputusan berbasis coaching dapat mengarahkan kebijakan yang
bersifat etis dan bijaksana. Pengujian dalam memutuskan kasus khususnya yang
berkaitan dengan dilema etika ataupun bujukan moral dapat mengacu pada sembilan
langkah yakni:
1.
Mampu mengenali adanya
nilai-nilai yang bertentangan dalam sebuah situasi kasus yang dialami.
2.
Menentukan siapa saja yang
terlibat pada situasi kasus tersebut.
3.
Mengumpulkan berbagai fakta
yang sesuai dengan situasi kasus yang dialami.
4.
Melakukan pengujian
benar-salah atau uji legal, uji regulasi, uji halaman depan koran dan uji
panutan/idola.
5.
Memastikan pengujian dengan
paradigma benar lawan benar
6.
Melakukan prinsip resolusi
yang tepat.
7.
Melakukan prinsip trilema
sebagai opsi
8.
Membuat sebuah keputusan
9.
Meninjau Kembali keputusan
yang diambil dan merefleksikan.
Langkah tersebut dapat mengindetifikasi penggolongan paradigma dilema
etika dalam sebuah kasus. Apakah masuk dalam individu lawan masyarakat (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan
(justice vs mercy), kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty) atau jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)?
Keputusan yang tepat secara arif dan bijaksana
memerlukan prinsip sebagai dasarnya. Melalui langkah tersebut, dapat pula
diindentifikasikan dengan jelas. keputusan itu dapat berprinsip berpikir
berbasis hasil akhir (ends-based thinking), berpikir berbasis peraturan
(rule-based thinking) atau berpikir berbasis rasa peduli (care-based
thinking).
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika?
Seorang pendidik harus memiliki self awareness, self management,
social awareness, dan relatonship skill yang memadai. Kompetensi ini sangat
penting dalam pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut dilema etika.
Kemampuan diri akan mendorong kepercayaan diri dalam berbicara, berpikir kritis
dan bertindak yang rasional serta arif dan bijaksana. Hubungan sosial emosional
akan mendukung tatakrama dalam koneksi relasi dan kolaborasi untuk menentukan
keputusan yang baik. Tentunya semua itu harus ditunjang dengan keterampilan
bersosialisasi dengan baik.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pendidik adalah teladan sehingga memiliki pola pikir dan kepribadian
yang baik. Contoh yang baik ini akan menjadi landasan peserta didik untuk
menuntun perilaku atau karakternya dengan baik. Saat kasus moral atau etika
terjadi, pendidik tidak akan canggung dalam menuntun perubahan perilaku.
Kepercayaan diri dan motivasi intrinsiknya dapat menjadi modal dalam memberikan
solusi untuk pengambilan sebuah keputusan. Tentu keputusan itu senantiasa
berpihak pada siswa, memiliki nilai-nilai kebajikan serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Keputusan yang tepat dalam lingkup sekolah adalah kebijakan yang selalui
bijaksana dengan situasi dan kondisi yang ada. Prosedurnya sesuai dengan langkah-langkah
pertimbangan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Jika keputusan itu
senantiasa berpihak pada siswa dan mengandung nilai kebajikan maka akan
berdampak pada saling pengertian dan pemahaman yang sama. Situasi ini akan
membawa dampak postitif bagi lingkungan sekolah. Suasana kondusif, aman dan
nyaman akan dapat diwujudkan.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah
kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Wawancara dengan Kepala Sekolah saat kegiatan demosntrasi kontekstual
diungkapkan beberapa kendala yang ada. Perbedaan pendapat dan pertentangan
kecil dalam memutuskan kasus dilema etika adalah salah satunya. Namun
pendekatan selalu dilakukan untuk bisa saling memahami. Peningkatan kasus yang
terjadi menjadi gambaran kehidupan wilayah perkotaan. Demikian pula dengan
dilema etika yang terjadi di sekolah. Butuh pendidik yang berpengalaman untuk
menangani banyak kasus yang terjadi. Sehingga keputusan yang diambil bisa tepat
dan diterima oleh semua pihak.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan
pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Keputusan seorang pendidik tentu akan berdampak besar dalam kegiatan
pembelajarannya. Menuntun siswa dengan pembelajaran yang berpihak pada mereka
tentu membutuhkan keputusan dengan pertimbangan yang banyak. Melihat potensi
dan bakatnya, kemampuan belajar ditahap sebelumnya atau kebiasaan yang mereka
lakukan sehari-hari. Kegiatan pra asessmen ini penting dalam memetakan pola
kegiatan pembelajaran dalam kelas. Memutuskan untuk melakukan pembelajaran
berdiferensiasi menjadi penting untuk membimbing siswa sesuai dengan kodratnya.
Menyiapkan konten yang beragam untuk dipilih, proses yang memberdayakan potensi
diri siswa serta produk yang sesuai bakat dan minatnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Pemimpin pembelajaran merupakan sosok pengajar yang menuntun siswanya
menuju keselamatan dan kesejahteraan hidupnya dimasa mendatang. Memutuskan
pelaksanaan pembelajaran dalam menuntun siswa untuk belajar tentunya mengarah
pada tujuan luhur. Sejatinya Pendidikan dan pembelajaran itu untuk memanusiakan
manusia. Artinya bukan hanya menanamkan pengetahuan dan keterampilan saja,
namun karakter menjadi yang utama. Semua itu merupakan kepribadian yang
berprofil pelajar pancasila. Caranya dengan menanamkan nilai-nilai kebajikan
untuk menampakkan kebiasaan positif dalam kehidupannya. Inilah yang menjadi
modal siswa dalam meraih masa depannya yang lebih sejahtera.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran
modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kemampuan dalam kegiatan coaching telah mampu memberikan acuan
untuk mengajukan pertanyaan yang mendasar. Hal ini untuk memprediksi hasil dan melihat
opsi saat melakukan wawancara kasus dilema etika para kepala sekolah dalam
mengambil keputusan yang baik.
Kompentensi kemampuan diri, kesadaran diri dan social emosional dan
hubungan social yang dipelajari pada modul sebelumnya telah memberikan
kemampuan dalam menentukan pengambilan keputusan sebuah kasus dilema etika
maupun bujukan moral.
Kesadaran penuh (mindful) dapat mefokuskan diri dalam penentuan
pengambilan keputusan secara sadar terhadap berbegai pilihan dan konsekuensi
yang ada.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda
pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Sadar ataupun tidak, sebenarnya kasus dilema etika selalu ada dan
terjadi dalam lingkungan sekolah. Tanpa terkecuali didalam kegiatan
pembelajaran. Saya tidak menduga sama sekali, jika sebuah kasus membutuhkan
prosedur yang khas dalam menarik sebuah kesimpulan untuk memutuskannya. Bahkan
terdapat pengujian beberapa kali.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan
keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa
bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelumnya situasi moral dilema diputuskan dengan hati saja. Bisa jadi,
ada kesalahan dalam menerjamahkan tindakan yang dilakukan. Hal ini kebanyakan
terjadi pada kasus bujukan moral. Biasanya mengambil keputusan hanya berdasarkan
prinsip berpikir
berbasis hasil akhir (ends-based thinking) atau berpikir berbasis
peraturan (rule-based thinking). Namun kenyataannya terdapat satu
prinsip yang dapat dijadikan acuan yakni berpikir berbasis rasa peduli (care-based
thinking). Prinsip ini rupanya dapat menjadikan putusan lebih beretika
dengan adanya tenggang rasa dan kemanusiaan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan
apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran modul ini?
Dampaknya sangat besar. Perubahannya Ketika kasus dilema etika terjadi
dalam pembelajaran. Contohnya, waktu penyetoran produk pembelajaran IPA.
Komunitas kelas telah menepekati sebuah nilai kebajikan disiplin. Namun seorang
siswa tidak mampu menyetorkan tepat waktu. Rentang penyelesaiannya bahkan telah
diulur hingga mundur seminggu. Artinya ada waktu dua minggu untuk
mengerjakannya. Siswa itu mengutarakan alasannya bahwa kondisinya yang sakit
masih dalam pemulihan selama dua minggu. Dia pun harus banyak istirahat dan
dianjurkan dokter untuk tidak berpikir kuat serta menghindari stress. Penyakit
tipes yang dideratinya memang berat. Ini adalah dilema keadilan dan kasihan
serta individu dan masyarakat/kelompok. Jika dahulu kasus seperti ini
keputusannya akan memberikan tugas pengganti sesuai dengan kepekatan kelas.
Kali ini hanya memintanya menyelesaikannya lalu menyetorkan walaupun terlambat.
Sayapun membicarakan hal tersebut dalam diskusi kelas tentang alasannya keterlambatan
meyetorkan tugas tersebut.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang
individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting sebab memberikan pengertian yang jauh bagaimana mengatasi
kerumitan pengambilan keputusan pada keadaan yang sama-sama benar. Keptusan
penting ini tentu harus arif dan bijaksana. Paradigma, prinsip dan
langlah-langkah pengambilan keputusan dilema etika ini memberikan tuntunan
untuk bertindak dengan bertanggung jawab, berpihak pada murid dan mengandung
nilai-nilai kebajikan.
Suhardin - Guru SMPN 17 Kendari
CGP Angkatan 5 Tahun 2022 Kota Kendari
keren pak...
BalasHapus