SEPENGGAL KISAH DI SEVENTEEN
Banyak cara mensyukuri
nikmat yang diberikan Illahi Rabbi. Salah satunya dengan jalan berbagai. Rezeki
dana tunjangan profesi membuka jalan untuk berihtiar. Berkah ini memang anugerah
bagiku. Banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan bersyukur bersama
siswa di sekolah. Menyisihkan sebahagian untuk berbahagia bersama. Walaupun
untuk meraihnya butuh perjuangan. Kadang butuh dua hingga tuga sekolah untuk
bisa mendapatkannya. Tapi itu kisah dilain hari.
Inilah kumpulan kisah
kami saat tertawa, bersitegang hingga menyeka tetesan keringat. Mereka adalah
sahabat terbaik, walaupun rentang umur kami terpaut jauh. Kurcaci kecil yang
penuh semangat meraih cita. Itulah, mengapa aku sebut para pahlawan kecilku.
Mereka adalah keluarga di bumi rindang. Sekolah yang kami anggap tempat
rekreasi. Segala ide maupun kreasi bisa dikembangkan. Itulah mengapa
siswa-siswa itu ku anggap sebagai padi dan ladangnya tanah seventeen. Jika
terpelihara baik, bulirnya akan bermanfaat bagi banyak orang.
Melihat semangat
mereka, akupun tak kuasa untuk turut berkorban. Bekerja tidak sebatas jam
kerja. Menyisihkan sedekah kecil untuk melihat senyuman bahagia, saat karya ini
lahir. Telah lama mereka menanti kerja kerasnya. Walaupun banyak kekurangan yang
aku miliki, namun aku tetap berupaya menjadi sandaran semua keluh kesah mereka.
inilah hasilnya, sebuah buku antologi yang memuat segala usaha yang telah
dilakukan.
Sudah tiga generasi,
padi ini terus dipelihara diladang yang sama. Aku kumpulkan mereka pada
komunitas menulis seventeen. Empat buah buku telah diterbitkan. Banyak yang
berubah. Namun hal positif terus digapai. Harapan kecilku, semoga lembagaku mau
menampung karya ini sebegai refernsi sekolah. Sudah dua musim, padi itu aku
yang menanamnya sendiri. Namun upaya ini aku tekadkan agar tak terhalang kabut,
berbuat sajalah, nanti jalan Allah yang menentukan.
Agar mereka semangat,
kuberi sesuatu untuk bulir padi terbaik. Aku cari recehan yang tersisa untuk
membeli cendramata. Walaupun kecil namun yang penting berkesan. Kelak ini akan
jadi benih padi yang unggul.
Inilah sepenggal kisah
mereka.
Mendesain adalah cara
belajar kami. Aspek kearifan local, salah satu acuannya. Inilah upaya
melestarikan budaya Sulawesi Tenggara. Keterampilan menjadi sorotan pembelajaran.
Olehnya itu pemanfaatan teknologi dan kreativitas sangat memegang peranan
penting. Berkerasi menurut nalar dan keinginan sendiri. Diskusi virtual, penjulan on line, desain melalui PicsArt,
teknik fotografi, editing, rangkaian
listrik statis hingga penggunaan laptop
ataupun aplikasi handphone merupakan
sebahagian pemanfaatan teknologi dalam belajar. Pembelajaran tidak hanya di
ruang kelas. Industri rumah tangga, pasar, lingkungan alam, ruang terbuka hijau
dan kebersamaan di keluarga menjadi alternatif yang menyenangkan. Memasak
dengan cinta di keluarga menjadi upaya menjalin kebersamaan dengan orang
tercinta. Programnya berupa sarapan pagi bersama di sekolah. Semua itu termuat
dalam kisah kecil mereka. Ada yang unik, lucu dan penuh cinta. Mungkin ini hal
yang biasa, tetapi bagi kami, adalah sesuatu yang berarti. Semua kami rangkai
di sebuah sekolah yang berjulukan “Seventeen.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar