Minggu, 04 Agustus 2019

SCHOOL LITERACY : MADING DAN BULETIN SEKOLAH








“Membacalah sepanjang hidup.” Istilah itu sangat dalam maknanya bagi mereka yang tahu membaca. Tentunya indra penglihatannya harus normal. Bersyukurlah, Tuhan memberikan mata untuk membaca. Maka merugilah bagi orang yang tidak bisa membaca, walaupun penglihatannya sangat baik. Membiasakannya harus sejak dini. Salah satunya melalui bangku sekolah. Hal tersebut diistilahkan di jaman milenial ini dengan kata “literasi.”

Berliterasi dapat berkembang untuk amal maupun kebaikan kecil. Apa yang diketahui tentunya bisa dibagi pada orang lain. Membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar manusia untuk bisa berlitasi dengan baik. Tulisan yang baik bukan hanya sekedar menuangkan apa yang telah dibaca. Kerja syaraf di telinga, hidung, kulit, lidah maupun suasana yang luas bisa menjadi bahan untuk ditulis. Contoh sederhananya adalah sebuah persitiwa sehari-hari. Bila unik dan penting, mengapa tidak ditulis. Semua itu akan dapat dibaca oleh banyak orang. Bahkan akan mendatangkan manfaat yang besar bagi orang lain. Tantangannya adalah kemampuan diri untuk menuangkan segala tangkapan indra tersebut pada kertas bermakna.

Mendidik bukan hanya mengajar. Membimbing lebih utama agar didikan menjadi berkesan. Inilah alasan mengapa mading sekolah dan buletin menjadi penting diperkenalkan pada anak didik. Khususnya pada jenjang pendidikan dasar yang masih memerlukan latihan dan belajar mempublikasikan tulisan. Ajarilah mereka menjadi reporter cilik, agar bisa menampilkan laporan reportase pada wajah majalah dinding sekolah.

Kemampuan melakukan wawancara memiliki nilai yang kompleks, untuk melatih daya pikir dan kritisnya. Cara bertanya, bertutur kata, menulis singkat, observasi situasi hingga membaca bahasa tubuh dapat dirangkai menjadi karya tulis bernilai jual jurnalistik. Jika memuatnya dalam buletin tentu akan menambah kreativitasnya. Menuangkan tulisan dalam halaman buletin sekolah akan berbeda dengan menulis laporan biasa. Pemilihan warna, bentuk tulisan, pengambilan foto, memotong gambar, sediting tulisan, mengatur kolom, membuat kepala berita, menata judul dan nilai estiteika menjadi hal-hal yang harus dipertimbangkan.

Kompleksnya pekerjaan membuat berita atau laporan observasi membuat karja harus dalam tim yang solit. Pembagian tugas harus ada. Fotografer, wartawan, sediting, redaktur, pencetakan hingga penanggung jawab produksi. Makanya perlu ada yang namanya short meeting atau briefing. Hal ini untuk menjamin peliputan dapat diproses dan tersaji dengan baik.

Agar bisa dipahami dengan cepat memang sebuah berita memiliki kaidah yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah 5W-1H. W yang pertama adalah what (apa). Ini menyangkut tentang apa yang sebenarnya terjadi? Atau tentang apa yang akan ditulis. Namun dalam tulisan dapat dikembangkan mengenai apa yang dilakukan? Apa masalanya? Apa yang dibawa atau digunakan? Apa penyebabnya? Apa yang dikatakan tentang hal itu? Apa yang didapat? Dan pertanyaan lain yang menjadi pokok berita nantinya. W yang kedua adalah why (mengapa). Semua yang berhubungan dengan pengetahuan lanjutan nara sumber menjadi pertanyaan untuk komponen ini. Misalnya, mengapa hanya dia yang mengetahuinya? Mengapa tidak hadir dalam pertemuan itu? Mengapa melakukannya? Mengapa dibuat seperti ini? Mengapa kejadian ini menjadi pembicaraan umum? W yang ketiga adalah who (siapa). Biasanya pertanyaannya berhubungan dengan pelakunya. Bisa jadi pertanyaan adalah siapa yang melakukannya? Siapa saja yang melihat kejadiannya? Siapa yang membuatnya? Siapa anggota timnya? W yang keempat yakni when (kapan). Beberapa perntanyaan yang bisa menjadi contoh diantaranya kapan terjadinya, kapan dimulai, kapan pelaksanaanya, kapan selesainya dan pertanyaan lain yang bersangkut paut dengan waktu. W yang kelima adalah where (dimana). Komponen ini sangat berkaitan erat dengan tempat kejadian atau peristiwa. Misalnya, dimana kejadiannya? Dimana proses persidangannya? Dimana dilakukan operasi? Dimana pembelian dan penjualannya? Sedangkan H berasal dari kata how (bagaimana). Proses ataupun prosedural mendominasi komponen ini. Bagaimana cara membuatnya? Bagaimana proses menyelamatkan diri? Bagaimana mencegah kejadian serupa? Bagaimana upaya yang dilakukan? dan pertanyaan lain yang bersifat melengkapi berita yang ditulis.

Namun perlu diingat bahwa, mading maupun buletin tidak hanya berisi berita atau hasil liputan semata. Pandangan seorang siswa tentang suatu hal bisa menjadi sesuatu yang menarik. Bagaimana siswa mampu menuangkan gagasan/ide maupun kritiknya dapat dimuat dalam bentuk tulisan opini maupun feature. Pemikiran siswa dalam menilai sesuatu dapat dieksplor dalam lembaran media jurnalistik. Rambu-rambu memang harus ditetapkan sehingga nilai negatifnya dapat direndam. Salah satunya adalah larangan yang memuat unsur sara dan pornografi.

Kreasi produk jurnalistik lain dapat diadopsi menjadi tayangan yang menarik. Pengembangan yang boleh dicoba adalah tentang karya seni dan sastra. Puisi, cerpen, komik maupun karya lukis dapat menjadi bahan untuk dipajang. Menambahkan diskripsi singkat yang menggugah bisa menjadi daya tarik tambahan. Nilai berapa pun karya itu, minimal identitasnya harus jelas. Ini mengajari mereka tentang makna pengakuan dan kejujuran dalam jurnalistik sekolah.

Apakah sifat religi bisa dimasukan dalam karya jurnalistik? Inilah yang harus dipertimbangkan secara seksama. Untuk menghindari adanya pertentangan memang butuh bimbingan teknis bagi editor remaja dalam memilah judul dan isi yang sesuai. Kolom khusus maupun pendampingan guru dibutuhkan. Menulis dari hasil membaca tidak cukup, tanpa penjelasan yang matang tentang ayat yang ada. Olehnya itu literasi yang bersifat religius, harus mendapat persetujuan guru pendamping agar kebenaran itu tidak menyimpang.

Semakin variatif konten, akan memiliki daya tarik yang tinggi pada produk jurnalistik itu. Namun perlu diingat moto dan visi serta misi jurnalistik yang diemban tidak boleh menyimpang.  Tema tiap edisi mading perlu ditetapkan. Begitu pula rubric dalam buletin harus dipatuhi oleh para jurnalis sekolah. Khusus buletin memang membutuhkan dana ekstra untuk menerbitkankannya. Berwirausaha dalam bidang jurnalistik memang membutuhkan teknik yang matang. Perlu adanya kerjasama dengan berbagai elemen sekolah untuk mewujudkannya. Satu hal pokok yang dibutuhkan adalah kebijakan yang mendukungnya.

Guru dapat membantu memberdayakan mading atau buletin menjadi menarik. Karya terbaik setiap bidang studi dapat ditampilkan pada media sekolah. Bisa jadi sebagi reaword dan sarana belajar bagi sisiwa lain. Memang butuh komitmen khusus setiap guru untuk bisa menghasilkan produk tulisan siswa. Baik sebagai laporan kegiatan praktikum, cerita testimony proyek, prosedural yang berkearifan lokal ataupun cerita perjalanan. Soal hots dan jawaban siswa terbaik untuk matapelajaran matematika bisa dimuat dalam kolom pojok atau ruang kosong. Bisa jadi untuk mengganti sementara karikatur maupun semboyan buatan siswa. Akan lebih menarik jika ada kuis yang ditampilkan.

Pedidikan dasar memeng butuh bimbingan yang lebih banyak dibandingkan jenjang menengah atas. kebiasaan ini akan bisa berlanjut ke pendidikan yang lebih tinggi. Banyak hal yang bisa diperoleh dengan mengembangkan jurnalistik sekolah. Tanggung jawab serta kedisplinan menjadi hal utama dalam kerja tim. Melatih kejujuran, kepekaan lingkungan, kritik, ilmiah, kreasi, keratif, inovatif, berkompetitif, wirausaha dan cinta akan almamaternya. Jika dikaji lebih jauh akan ditemukan nilai karakter lain yang beranfaat bagi siswa. Salah satunya keterampilan memainkan kamera berarti mampu memahami teknik fotografer sebagai modal life skill. Demikian pula mampu menata rubric dalam halaman buletin dengan teknologi computer. Modal kemampuan ini menjadi keterampilan diatas rata-rata bagi siswa di pendidikan dasar. Namun semua itu butuh kerja keras untuk membangunnya. Pengalaman kegiatan ekstrakurikuler bisa berkesinambungan jika regenerasi tetap dijaga. Inilah salah satu kunci, agar kerja awal dapat membuahkan hasil.

Nilai tulisan dari hasil membaca, pengalaman, pengindraan langsung, kajian ilmiah dan wawancara langsung akan berkualitas. Bahan tulisan telah bersarang di elemen otak besar. Tidak menguras pikiran yang banyak untuk menuangkan dalam bentuk tulisan. Hanya perlu biasa dan belajar, agar karya memiliki nilai positif. Ayo berliterasi melalui mading maupun buletin sekolah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAMPAH RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

  Rumah tangga memproduksi sampah setiap hari. Hal ini sesuai dengan aktivitas penghuninya. Sebagia besar berupa bahan organik, Misalnya sis...