Selasa, 23 Desember 2025

Zahro Nur Aisyah - Menyaring Air dari Botol Plastik Bekas (Cerita Refleksi Terbaik)

 


Pagi itu, pada pukul 07.00, udara masih terasa sejuk di lingkungan sekolah. Bel tanda dimulainya pelajaran pertama telah berbunyi, dan suasana di luar kelas VIII.I sedikit berbeda dari biasanya. Kami, enam siswa yang tergabung dalam satu kelompok, telah berkumpul di depan kelas, bersiap untuk melaksanakan praktikum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kelompok kami terdiri dari saya sendiri, Nurma, Wulan, Bintang, Dzaky, dan Nazwan. Kegiatan diawali dengan game. Mengisi TTS dari penutup botol. Keseruan sangat terasa ketika berkompetisi antar kelompok.

Guru IPA kami, Pak Suhardin, dengan senyumnya yang khas, sudah berada di tengah-tengah kami. Beliau adalah guru yang selalu mendorong kami untuk belajar melalui praktik langsung. Praktikum kami hari ini adalah tentang Penyaringan Air Sederhana. Persiapan untuk praktikum ini sudah kami lakukan jauh-jauh hari. Sesuai instruksi Pak Suhardin, setiap anggota kelompok wajib membawa satu botol plastik bekas air mineral berukuran sedang (spesifiknya, botol Le Mineral) yang sama). 

Selain itu, kami juga bertugas mengumpulkan satu genggam pasir dan satu genggam kerikil. Kami telah mencuci material ini hingga benar-benar bersih dan mengeringkannya di bawah terik matahari, memastikan semuanya steril dan siap pakai. Di atas meja yang kami gunakan, semua bahan dan alat sudah tertata rapi.

Apa saja bahannya? Enam botol plastik Le Mineral (masing-masing botol memiliki tutup botol, satu ditutup tanpa lubang dan satu lagi dilubangi kecil). Ada pula kerikil, pasir yang sudah dicuci dan dikeringkan, kapas, air keruh (yang akan kami saring). Bagaimana dengan Alatnya? Kami menyiapkan gunting, mistar, dan buku catatan untuk hasil pengamatan.

Pak Suhardin membuka sesi dengan mengingatkan kami tujuan dari kegiatan ini yakni memahami prinsip dasar pemisahan zat melalui filtrasi dengan memanfaatkan material alami.

"Anak-anak, hari ini kita akan membuat alat penjernih air mini. Perhatikan langkah-langkahnya dengan teliti. Tujuan kita adalah melihat seberapa efektif susunan material ini dapat mengubah air keruh menjadi air yang lebih jernih," Jelas Pak Suhardin.

Kami mulai bekerja. Bintang dan Dzaky bertugas memotong bagian bawah botol plastik dengan hati-hati menggunakan gunting, sementara Wulan dan Nurma memastikan botol lainnya diposisikan terbalik. Tutup botol yang sudah dilubangi kecil dipasang pada botol yang akan dijadikan alat penyaring. Langkah berikutnya adalah menyusun lapisan material di dalam botol yang dibalik. Berdasarkan petunjuk, urutannya harus tepat.

 Saya bertugas memasukkan kapas sebagai lapisan paling bawah (menempel pada tutup botol yang berlubang). Kapas berfungsi sebagai media penahan pertama.  Setelah itu, Nurma memasukkan lapisan kerikil yang cukup tebal. Di atas kerikil, Wulan menyusul dengan lapisan pasir yang sudah bersih dan kering. Susunan ini diulang hingga hampir memenuhi badan botol, dengan Nazwan memastikan setiap lapisan dipadatkan dengan merata.

Alat penyaring sederhana kami pun siap. Kami menempatkan botol penyaring ini di atas botol lainnya yang berfungsi sebagai penampung air hasil saringan (filtrat). Dzaky bertugas menuangkan air keruh secara perlahan ke dalam alat penyaring buatan kami. Seketika, air keruh mulai meresap melalui lapisan pasir, kerikil, dan kapas. Kami semua menahan napas, mata kami tertuju pada tetesan air yang mulai keluar dari lubang tutup botol.

Air yang menetes ke botol penampung terlihat jauh lebih jernih dari air keruh yang kami tuangkan. Meski belum sepenuhnya bening seperti air minum, perubahan kejernihan airnya sangat signifikan. Nazwan dengan sigap mulai mencatat hasil pengamatan di buku. Kami mendiskusikan perbedaan warna, kekeruhan, dan kecepatan air menetes. Kami menggunakan mistar untuk memperkirakan ketebalan setiap lapisanisan material yang kami buat.

"Coba bandingkan dengan air yang kalian tuangkan, Nak." Kata Pak Suhardin sambil menunjuk ke kedua botol.  "Lapisan material ini memerangkap partikel-partikel padat penyebab keruhnya air. Ini adalah demonstrasi sederhana dari proses filtrasi."

Rasa antusias dan puas terpancar dari wajah kami. Praktikum di pagi hari itu bukan hanya sekadar tugas, tetapi pengalaman nyata yang mengajarkan kami tentang ilmu alam dan pentingnya kerja sama tim. Pukul 08.20, ketika praktikum selesai, kami membereskan alat dan bahan dengan rasa bangga akan hasil karya sederhana kami.

Minggu, 14 Desember 2025

ATRAKSI TALI TEMALI GUDEP JENDRAL SUDIRMAN (SMPN 17 KENDARI)

Kegiatan pagi "berserri" hari itu diisi dengan ragam kreativitas siswa. Selain kegiatan literasi bersama, yang menarik lagi adalag atraksi ketangkasan regu putra Gudep Jendral Sudirman. Berpanduan bahasa morse bendera, beberapa anggota penggalang memasuki lapangan dengan penuh semangat.

Ketangkasan dalam tali temali diperagakan di awal penampilan

Persiapan penyangga kaki tiga dibuat selanjutnya

Setelah beberapa saat barulah terlihat dan mulai dipahami apa sebenarnya yang mereka kerjakan. Tentu, bagi anggota pramuka hal ini bukan hal baru tetapi yang belum masuk aktif menjadi anggota gudep ini hal yang menyita perhatian.

Setiap anggota tim memiliki peran yang sangat urgen

Tiang benderanya, hampir kelar

Ikatan simpulnya harus kuay ya!

Butuh tonggat Pramuka dan tali penolong sebagai bahannya

Kekompakan tim sangat diperlukan untuk membuat tiang bendera ini. Biasanya saat perkemahan, bangun ini digunakan dan ditempatkan di bagian depan tenda. Baik untuk pemajangan bendera Merah Putih maupun bendera regu. Saat upacara atau apel besar ornamen ini juga bisa digunakan.

Jumat, 05 Desember 2025

MAUL JUARA POSTER

 


Pada hari Kamis 4 Desember 2025, saya mendapat kesempatan untuk mewakili sekolah dalam kegiatan lomba poster digital di Balai Kota Kendari. Awalnya saya sempat mengira acara tersebut adalah pengumuman pemenang, tetapi ternyata itu adalah rangkaian kegiatan peringatan Hari Anti Korupsi yang diikuti oleh banyak pelajar dari berbagai sekolah.

Saat tiba di Balai Kota, suasana acara sangat meriah. Setelah registrasi peserta, kami diarahkan masuk ke aula utama. Di sana acara dibuka dengan sambutan dari para pejabat pemerintah. Setelah itu, ada penampilan drama dan nyanyian bertema anti korupsi yang dibawakan oleh beberapa sekolah. Drama itu menggambarkan bagaimana korupsi dapat merusak masa depan bangsa, sedangkan nyanyiannya mengajak semua orang untuk menjaga kejujuran.

Saya merasa bangga karena poster saya yang berjudul “Ayo Lawan Korupsi, Selamatkan Masa Depan Bangsa” dipajang bersama karya peserta lainnya. Posternya menggunakan warna merah putih dan berisi ajakan untuk menghentikan korupsi. Saya menggambarkan siswa-siswa yang membawa pesan kejujuran, tangan terborgol sebagai simbol hukuman bagi pelaku korupsi, serta tulisan “Berani Jujur Itu Hebat” agar mudah menginspirasi orang yang melihat.

Walaupun suasananya sempat membuat saya gugup, saya tetap berusaha percaya diri. Di akhir acara, panitia akhirnya mengumumkan pemenang lomba poster digital. Alhamdulillah, saya berhasil meraih Juara Harapan 3. Saya sangat bersyukur dan bangga karena usaha saya membuat poster selama ini tidak sia-sia.

Mengikuti lomba ini membuat saya belajar bahwa menjaga kejujuran itu penting, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masa depan negara. Pengalaman ini akan selalu saya ingat sebagai motivasi agar saya terus berkarya dan berprestasi.

Sumber : Maul - Bulatein Seventeen

Zahro Nur Aisyah - Menyaring Air dari Botol Plastik Bekas (Cerita Refleksi Terbaik)

  Pagi itu, pada pukul 07.00, udara masih terasa sejuk di lingkungan sekolah. Bel tanda dimulainya pelajaran pertama telah berbunyi, dan sua...