# *Menu Makanan Kesukaanku Bersama Ibu*
Hari itu, aku, *Audry Dhavania, siswa kelas 8.2, mendapat tugas proyek pembelajaran IPA tentang **sistem pencernaan manusia*. Tugas ini membuatku semakin bersemangat untuk belajar, karena ternyata makanan yang setiap hari aku makan punya peran penting dalam tubuhku.
Aku memulai dengan menonton sebuah video tentang sistem pencernaan. Dari mulut, makanan masuk ke kerongkongan, lalu lambung, usus halus, usus besar, dan akhirnya sisa makanan dibuang. Aku merasa takjub bagaimana tubuh bekerja seperti mesin yang teratur. Setelah itu aku mencoba mengingat kembali menu makanan yang biasa kumakan sehari-hari. Pagi aku sering sarapan dengan roti dan susu, siang biasanya makan nasi dengan lauk sederhana, dan malam aku kadang menyantap sayur sop atau mie.
Hasil pelajaran itu, aku mulai mengingat bahwa tubuh memerlukan *karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral*. Aku jadi berpikir: nasi yang kumakan adalah sumber karbohidrat, telur dan ayam adalah protein, minyak goreng memberi lemak, sayuran memberi vitamin, dan buah memberi mineral penting. Aku lalu mencoba memperhatikan makanan di rumah. Ternyata beberapa makanan ada tambahan zat aditif seperti penyedap rasa dan pengawet. Saat sarapan bersama teman di sekolah, aku juga menemukan roti yang mengandung pewarna makanan. Aku mulai menyadari pentingnya memilih makanan yang sehat.
Di kantin sekolah, aku membaca label makanan kemasan. Ada yang mengandung pemanis buatan, pewarna, bahkan penguat rasa. Aku jadi lebih berhati-hati, karena tidak semua zat aditif baik bila dikonsumsi terlalu sering. Akhirnya aku bersama ibu menyusun menu makan siang dengan judul *"Menu Makanan Kesukaanku Bersama Ibu"*. Menu itu terdiri dari nasi hangat, telur dadar, ayam goreng kesukaanku, dan air putih segar. Aku merasa menu sederhana ini sudah termasuk makanan bergizi.
Siang harinya, aku membawa bekal itu ke sekolah. Saat jam istirahat, aku duduk bersama teman-temanku sambil membuka bekal. Mereka juga membawa makanan dari rumah. Kami saling berbagi cerita tentang makanan kesukaan, sambil menikmati bekal sehat yang disiapkan orang tua. Rasanya hangat sekali makan bersama mereka.
Setelah makan siang, aku menuangkan kreativitas dengan menggambar organ pencernaan manusia. Dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus, semua kugambar dengan warna-warni sesuai gayaku sendiri. Guru memuji hasil gambarku karena penuh semangat. Pada akhirnya, aku menuliskan sebuah kalimat penting yang selalu kuingat: *"Makananku adalah tubuhku saat ini."* Artinya, apa pun yang kumakan akan membentuk tubuh dan kesehatanku di masa depan. Aku belajar bahwa makanan bukan sekadar mengenyangkan, tapi juga menentukan kesehatan, semangat, dan masa depanku.
Berdasarkan pengalaman ini aku merasa bangga, karena melalui proyek IPA aku bukan hanya belajar tentang sistem pencernaan, tetapi juga belajar mencintai tubuhku dengan menjaga makanan yang kumakan setiap hari.
*“Makanku adalah Tubuhku Saat Ini”*
Oleh: Fanya Ayuningsi (Kelas 8.2)
Hari itu, guru IPA kami menayangkan sebuah *video tentang sistem pencernaan manusia*. Aku menonton dengan penuh perhatian. Ternyata, makanan yang masuk ke dalam tubuh akan melewati perjalanan panjang mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, hingga akhirnya dikeluarkan sebagai sisa. Aku jadi penasaran, “Bagaimana ya makanan yang aku makan sehari-hari diproses dalam tubuhku?”
Aku pun mulai *mengingat menu makanan yang biasanya aku makan sehari-hari. Pagi aku sering sarapan nasi dengan telur, siang suka makan ayam goreng dengan sayur, dan malam biasanya ada buah sebagai pencuci mulut. Dari ingatan itu, aku mulai **mengenal komponen makanan yang dibutuhkan tubuh*, seperti karbohidrat dari nasi, protein dari telur dan ayam, lemak dari minyak goreng, vitamin dari buah apel, serta mineral dari air putih.
Keesokan paginya, aku *sarapan bersama keluarga di rumah. Sambil makan, ibuku menjelaskan bahwa kita harus berhati-hati dengan **zat aditif dalam makanan. Contohnya pewarna, pengawet, atau penyedap rasa. Aku jadi sadar bahwa makanan sehat bukan hanya soal enak, tapi juga aman. Saat di sekolah, aku dan teman-teman **mencoba mengidentifikasi zat aditif dari makanan kemasan di kantin*. Ternyata banyak sekali yang mengandung pewarna buatan dan perasa tambahan. Aku berpikir, “Kalau terlalu sering makan ini, tubuhku bisa terganggu.”
Sebagai tugas proyek, aku diminta *menyusun menu makanan siang 4 sehat 5 sempurna*. Bersama ibu, aku memilih menu kesukaanku: nasi sebagai karbohidrat, telur dan ayam sebagai protein, apel sebagai buah, serta air putih sebagai pelengkap. Sederhana, tetapi lengkap dan menyehatkan.
Hari itu di sekolah, aku membawa bekal dan *makan siang bersama teman-teman*. Kami saling menunjukkan bekal masing-masing. Ada yang bawa sayur, ada yang bawa ikan, ada juga yang bawa buah. Kami tertawa bersama sambil saling mencoba makanan. Rasanya hangat dan menyenangkan, apalagi tahu kalau makanan itu baik untuk tubuh kami.
Setelah itu, aku *menggambar struktur organ pencernaan manusia sesuai dengan bakatku*. Aku mencoba membuat sketsa sederhana: mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Walaupun gambarku tidak sempurna, aku bangga karena itu hasil kerja kerasku sendiri.
Akhir pelajaran, guru meminta kami menulis refleksi dengan tema *“Makanku adalah Tubuhku Saat Ini.”* Aku menulis bahwa tubuhku terbentuk dari makanan yang aku makan setiap hari. Kalau aku makan makanan sehat, tubuhku akan sehat. Tapi kalau aku sering makan makanan dengan zat aditif berlebihan, tubuhku bisa sakit. Dari pembelajaran ini, aku semakin ingin menjaga pilihan makanan agar bisa tumbuh sehat, cerdas, dan bersemangat menjalani hari.
Itulah ceritaku. Belajar tentang sistem pencernaan membuatku sadar bahwa makanan bukan hanya sekadar rasa di lidah, tapi juga bahan bakar bagi tubuh. Sejak itu, aku bertekad untuk lebih bijak memilih makanan. Karena *makanku hari ini adalah tubuhku di masa depan.*
*Judul: Makanku adalah Tubuhku Saat Ini*
Namaku *Resty Trihapsari, aku siswi kelas **8.2. Suatu hari, saat pelajaran IPA, Bu Guru memutar **video tentang sistem pencernaan manusia*. Aku menyaksikan bagaimana makanan yang kita makan akan diproses dari mulut, ke kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga akhirnya dibuang sebagai sisa. Sungguh luar biasa ciptaan Tuhan, tubuh kita begitu hebat!
Seusai menonton video itu, aku jadi *teringat pada menu makanan yang biasa aku makan setiap hari*. Aku sering sarapan dengan roti dan susu, makan siang dengan nasi dan lauk seadanya, dan malam hari kadang makan mie instan atau jajanan dari luar. Aku mulai bertanya dalam hati, “Apakah makanan yang aku makan sudah sehat untuk tubuhku?”
Hari berikutnya, Bu Guru mengajak kami *belajar tentang komponen makanan* yang dibutuhkan oleh tubuh: *karbohidrat, **protein, **lemak, **vitamin, dan **mineral*. Aku mulai memahami bahwa semua zat itu penting. Karbohidrat sebagai sumber energi, protein untuk membangun tubuh, lemak untuk cadangan energi, dan vitamin serta mineral untuk menjaga kesehatan. Wah, ternyata tubuh kita butuh asupan yang seimbang, tidak asal kenyang saja!
Besoknya, sekolah kami mengadakan kegiatan *sarapan bersama. Kami diminta membawa makanan dari rumah dan **mengamati zat aditif yang ada dalam makanan tersebut. Aku membawa roti isi cokelat dan jus dalam kemasan. Setelah membaca labelnya, aku baru tahu bahwa ada **zat aditif seperti pengawet dan pewarna* dalam makanan tersebut. Meskipun enak, tapi aku jadi lebih waspada untuk tidak terlalu sering mengonsumsi makanan seperti itu.
Setelah itu, kami pergi ke *kantin sekolah* untuk *mengidentifikasi zat aditif dalam makanan kemasan*. Kami menemukan banyak jajanan yang mengandung MSG, pewarna buatan, dan pemanis buatan. Kegiatan ini membuatku semakin sadar bahwa makanan sehat sangat penting agar sistem pencernaan kita tidak bekerja terlalu berat.
Di rumah, aku dan ibu menyusun *menu makan siang yang sehat. Kami membuat menu favoritku yang terdiri dari: **nasi putih, tumis kangkung, telur dadar, apel segar, dan air putih*. Sederhana tapi bergizi. Aku jadi semangat membawa bekal itu ke sekolah.
Saat *makan siang bersama teman-teman di sekolah*, aku menunjukkan bekalku dan bercerita bahwa ini adalah hasil kerja sama aku dan ibuku. Teman-temanku pun tertarik dan mulai membawa bekal sehat juga. Kami saling mencicipi dan saling memberi semangat untuk hidup lebih sehat.
Di rumah, aku melanjutkan proyekku dengan *menggambar struktur organ pencernaan manusia*. Dengan bakat menggambarku, aku membuat ilustrasi mulai dari mulut hingga anus, lengkap dengan keterangan fungsinya. Aku bangga bisa memadukan ilmu dan kreativitas dalam satu tugas.
Akhirnya, aku membuat *cerita menarik tentang pengalaman belajar IPA kali ini*, yang aku beri judul:
*“Makanku adalah Tubuhku Saat Ini.”*
Dari video yang kami tonton, sampai menggambar sistem pencernaan, aku sadar satu hal: *apa yang kita makan sangat mempengaruhi kesehatan dan kehidupan kita*. Mulut kita adalah gerbang menuju sehat atau tidaknya tubuh kita. Maka, aku ingin menjaga tubuhku dengan memilih makanan yang baik dan bergizi.
Kini aku tahu, belajar IPA bukan hanya soal teori, tapi tentang bagaimana kita memahami tubuh kita sendiri. Terima kasih, Bu Guru, sudah membimbing kami menjadi generasi yang sadar akan pentingnya kesehatan.
"Makanku adalah Tubuhku Saat Ini"*
Pada suatu hari yang cerah, aku, Yosephine Trifena Tamma, duduk di kelas 8.2 dengan penuh semangat. Hari ini, kami akan mempelajari tentang sistem pencernaan manusia dalam pelajaran IPA. Aku sangat tertarik karena aku merasa ini adalah topik yang sangat dekat dengan kehidupanku sehari-hari. Seperti yang selalu diajarkan ibu, "Makan dengan bijak adalah kunci untuk tubuh yang sehat."
Pertama-tama, guru kami menunjukkan sebuah video yang menggambarkan bagaimana makanan yang kita makan akan diproses oleh tubuh. Aku melihat dengan seksama bagaimana makanan yang masuk melalui mulut, ditelan, dicerna, hingga akhirnya menjadi energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Aku teringat menu makananku sehari-hari: nasi putih, sayur kangkung, telur, ayam goreng, dan susu. Semua itu adalah makanan yang ibu selalu masak dengan penuh cinta.
Setelah menonton video tersebut, guru meminta kami untuk mengingat apa saja komponen makanan yang dibutuhkan tubuh kita. Aku ingat, ada lima komponen utama: *karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral*. Karbohidrat seperti nasi memberikan energi. Protein yang ada dalam telur dan ayam membantu membangun otot. Lemak yang ada dalam ayam goreng memberi energi cadangan. Vitamin dari sayur kangkung menjaga sistem kekebalan tubuh kita, sementara mineral penting untuk proses tubuh yang lainnya.
Ketika aku kembali berpikir tentang menu makanku sehari-hari, aku menyadari bahwa ibu selalu memastikan makananku mengandung semua komponen tersebut. Namun, aku juga teringat tentang hal lain yang penting: zat adiktif dalam makanan.
Kami mulai mempelajari tentang *zat adiktif* dalam makanan. Zat ini bisa membuat kita ketagihan atau tergantung pada makanan tertentu. Aku teringat sarapan pagi tadi di rumah dan makan bersama keluarga. Di meja makan, ada makanan seperti keripik dan makanan cepat saji. Tentu rasanya enak, tetapi aku tahu bahwa terlalu banyak mengonsumsinya bisa berbahaya. Kami pun mulai membahas di kelas tentang makanan-makanan kemasan yang sering kita beli di kantin sekolah. Aku sadar bahwa di sana banyak sekali makanan dengan zat adiktif, seperti makanan manis atau makanan dengan banyak pengawet. Itu semua bisa mengganggu pencernaan kita.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa *makanan yang sehat dan bergizi* adalah kunci untuk menjaga tubuh tetap sehat. Setelah memahami ini, aku diberi tugas untuk menyusun menu makan siang yang sesuai dengan prinsip 4 sehat, 5 sempurna. Menu makananku yang sempurna adalah nasi putih, sayur kangkung, tumis sayur, telur rebus, telur goreng, ayam goreng, susu, air putih, dan apel. Ini adalah makanan kesukaan aku dan ibu. Ibu selalu memasak dengan hati-hati, memilih bahan makanan yang sehat dan bergizi.
Hari itu, aku pun membuat cerita imajinatif tentang makan siang bersama di sekolah. Aku duduk bersama teman-teman di kantin, menikmati menu yang ibu buatkan. Nasi putih yang hangat, sayur kangkung yang segar, ayam goreng yang garing, dan telur yang sempurna—semua itu membuatku merasa kenyang dan puas. Sambil menikmati makanan, kami saling berbagi cerita dan tawa. Aku merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang peduli tentang makananku.
Setelah itu, kami diminta untuk menggambar struktur organ pencernaan manusia. Aku menggambarnya dengan penuh semangat. Aku tahu ini adalah cara tubuh kita bekerja untuk memproses makanan menjadi energi yang dibutuhkan. Aku menggambar mulut, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar, semuanya dengan penuh detail, karena aku ingin memahami proses pencernaan lebih dalam.
Setelah selesai, aku duduk kembali dan merenung. Aku merasa bahwa hari itu aku belajar sesuatu yang sangat penting: apa yang kita makan adalah bagian dari tubuh kita. "Makanku adalah tubuhku saat ini," pikirku. Apa yang kita makan akan memengaruhi tubuh kita dalam jangka panjang. Aku pun bertekad untuk lebih bijak memilih makanan dan memastikan tubuhku mendapat yang terbaik.
Akhirnya, aku berbagi cerita ini dengan teman-temanku dan guru. Aku sadar bahwa dengan memahami sistem pencernaan dan pentingnya memilih makanan yang sehat, kita semua bisa menjaga tubuh kita agar tetap sehat dan kuat. Dan yang paling penting, kita bisa belajar untuk menghargai setiap makanan yang kita konsumsi, karena itu adalah bagian dari diri kita.
.jpeg)
"Makananku adalah Tubuhku Saat Ini"*
Namaku Auliya Maharani, siswa kelas 8.2. Suatu hari di sekolah, guru IPA kami memutar sebuah *video tentang sistem pencernaan manusia*. Awalnya aku hanya berpikir bahwa makanan hanya masuk ke mulut dan keluar lagi menjadi feses. Tapi setelah menonton video itu, aku jadi tahu bahwa makanan yang kita makan mengalami proses yang panjang: dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Semua organ itu bekerja sama agar tubuh kita bisa mendapatkan energi.
Setelah pelajaran selesai, aku jadi *teringat pada menu makanan sehari-hari* yang biasa aku makan di rumah. Pagi hari aku sering sarapan nasi goreng atau roti, siang hari makan nasi dengan lauk sederhana seperti tempe, dan malam kadang hanya makan mie instan. Aku jadi bertanya-tanya, apakah makanan yang aku makan sudah cukup untuk mendukung kerja sistem pencernaanku?
Guru kami kemudian menjelaskan bahwa *tubuh membutuhkan berbagai komponen makanan: **karbohidrat* untuk energi, *protein* untuk membangun sel, *lemak* sebagai cadangan energi, serta *vitamin dan mineral* untuk menjaga kesehatan tubuh. Aku mulai memperhatikan bahwa selama ini aku kurang makan sayur dan buah. Aku sadar bahwa kalau ingin tubuhku sehat, aku harus mengubah pola makanku.
Keesokan harinya, aku sarapan bersama ibu di rumah. Kami berbincang soal makanan, dan ibu berkata bahwa kita juga harus berhati-hati dengan *zat aditif yang sering ada dalam makanan, seperti pewarna, pengawet, dan pemanis buatan. Saat **sarapan bersama di sekolah, aku melihat beberapa teman membawa makanan kemasan seperti snack dan minuman botol. Aku pun mulai **membaca label makanan di kantin sekolah*, dan ternyata banyak makanan mengandung zat aditif yang bisa berbahaya jika dikonsumsi berlebihan.
Sebagai bagian dari tugas, aku dan ibu membuat sebuah *menu makan siang 4 sehat 5 sempurna* yang kami beri judul:*"Menu Makanan Kesukaanku Bersama Ibu"*.Isinya: *Nasi, susu, tempe, sayur kacang panjang, telur, semangka, dan air putih*.Aku sangat menyukai menu ini karena rasanya enak, sehat, dan membuat perutku kenyang tanpa merasa berat.
Hari Jumat siang, kami makan bersama di sekolah. *Suasana makan siang bersama sangat menyenangkan*. Kami saling bertukar cerita, membandingkan menu makanan, dan saling mengingatkan pentingnya makanan sehat. Aku merasa beruntung bisa belajar tentang makanan sekaligus menikmati kebersamaan bersama teman-teman.
Di rumah, aku juga menuangkan ideku dalam bentuk seni. Aku *menggambar struktur organ pencernaan manusia* sesuai dengan bakatku. Mulai dari mulut hingga anus, lengkap dengan keterangan. Gambarku dipajang di kelas, dan aku merasa sangat bangga.
Akhir dari proyek ini adalah menulis sebuah cerita berjudul:*"Makananku adalah Tubuhku Saat Ini"*.Aku sadar bahwa makanan yang aku konsumsi akan menjadi bagian dari tubuhku. Jika aku makan sembarangan, tubuhku juga akan merasakan dampaknya. Tapi jika aku makan sehat, maka tubuhku akan menjadi kuat, sehat, dan siap menghadapi berbagai tantangan.
*Pesan Inspiratif:*
Jangan remehkan makanan yang masuk ke tubuhmu. Setiap suapan menentukan masa depanmu. Makanlah dengan bijak, karena *makananku adalah tubuhku saat ini*.

Makanku Adalah Tubuhku Saat Ini*
Namaku *Felicia Anya Gallungan, siswa kelas **8.2* yang selalu penasaran dengan hal-hal baru. Suatu hari, saat pelajaran IPA, guru kami memutar sebuah *video tentang sistem pencernaan manusia*. Aku terpukau melihat bagaimana makanan yang kita makan bisa melewati berbagai organ seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar, hingga akhirnya menjadi energi bagi tubuh. Sungguh menakjubkan!
Sepulang sekolah, aku mulai *mengingat kembali menu makanan sehari-hariku*. Terkadang aku makan mi instan, gorengan, dan minum teh manis. Tapi ada juga hari-hari di mana Mama memasak nasi putih, ayam goreng, dan sayur kangkung favoritku. Aku pun mulai berpikir, apakah makanan yang kumakan selama ini sudah baik untuk tubuhku?
Keesokan harinya, di kelas IPA, kami belajar tentang *komponen makanan yang dibutuhkan tubuh, seperti **karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Aku jadi tahu bahwa nasi adalah sumber karbohidrat, ayam memberikan protein, kangkung mengandung vitamin dan mineral, sedangkan susu menjadi pelengkap sempurna dengan kalsiumnya. Wah, ternyata makananku di rumah sudah mendekati menu **4 sehat 5 sempurna*!
Lalu kami melakukan *sarapan bersama di sekolah, dan aku mulai memperhatikan **zat aditif dalam makanan, seperti pewarna, pengawet, dan pemanis buatan. Di rumah, aku melihat beberapa makanan kemasan juga mengandung zat-zat itu. Tak lama, aku pun pergi ke kantin sekolah dan mencoba **mengidentifikasi zat aditif dalam makanan kemasan* seperti permen, keripik, dan minuman kemasan. Ternyata banyak juga yang mengandung bahan tambahan. Aku mulai paham bahwa kita harus lebih bijak dalam memilih makanan.
Guru kami lalu memberikan tugas menyusun *menu makan siang 4 sehat 5 sempurna, dan aku memilih makanan kesukaanku bersama ibu: **nasi putih, ayam goreng, pisang, sayur kangkung, dan susu*. Rasanya enak dan pastinya menyehatkan!
Saat jam istirahat, aku dan teman-teman menikmati makan siang bersama. Aku merasa senang dan sehat. *Cerita makan siang bersama di sekolah* jadi kenangan indah karena kami belajar saling berbagi, tertawa bersama, dan saling mengingatkan untuk makan makanan bergizi. Di rumah, aku pun mulai *menggambar struktur organ pencernaan manusia* sesuai bakatku. Aku menggambarnya dengan warna-warna cerah dan memberi nama tiap organ seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Gambarku bahkan dipajang di kelas!
Akhirnya, aku membuat *cerita bertema "Makanku adalah tubuhku saat ini"* di kelas. Aku menulis bahwa makanan yang kita makan sangat memengaruhi kesehatan dan kekuatan tubuh kita. Jika kita makan makanan sehat, tubuh kita akan kuat dan tidak mudah sakit. Tapi jika kita sering makan makanan tidak sehat, tubuh akan lemah dan mudah terserang penyakit. Sejak saat itu, aku mulai lebih peduli dengan apa yang kumakan, karena aku tahu: *"Makanku adalah tubuhku saat ini."*
.jpeg)
Cerita Inspiratif Ayuningtyas Pramatya: Makanku Adalah Tubuhku Saat Ini*
Namaku *Ayuningtyas Pramatya, siswi kelas **8.2. Suatu hari, saat pelajaran **IPA, guru kami memutar sebuah **video tentang sistem pencernaan manusia*. Aku menonton dengan penuh rasa ingin tahu—ternyata tubuh kita bekerja dengan sangat luar biasa hanya untuk mencerna makanan yang kita makan setiap hari. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar—semuanya bekerja sama seperti tim yang hebat!
Sambil menonton, pikiranku melayang ke *menu makanan sehari-hari* yang biasa aku makan di rumah. Aku mulai berpikir: “Apakah makananku selama ini sudah baik untuk tubuhku? Apakah aku makan cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral?”Keesokan harinya, aku mulai lebih memperhatikan *komposisi makanan* yang ada di piringku. Ternyata, tubuh kita butuh *karbohidrat* dari nasi atau roti sebagai sumber energi, *protein* dari telur, ayam, atau tempe untuk membangun tubuh, *lemak* baik dari kacang-kacangan, *vitamin dan mineral* dari buah dan sayuran untuk menjaga daya tahan tubuh. Wah, ternyata makan itu bukan hanya soal kenyang!
Di rumah, aku mulai memperhatikan juga apakah ada *zat aditif* di makanan yang sering dimasak. Ternyata, beberapa bumbu instan yang kami pakai mengandung *pengawet* dan *penyedap rasa*. Ini membuatku ingin tahu lebih banyak.
Suatu hari, kami *sarapan bersama di sekolah. Di kantin, aku dan teman-teman mulai **mengidentifikasi zat aditif* yang ada di makanan kemasan yang dijual. Kami membaca labelnya: ada yang mengandung pewarna buatan, pemanis buatan, bahkan pengawet. Aku jadi lebih berhati-hati dan memilih makanan yang lebih alami.
Sebagai bagian dari proyek, kami pun diminta menyusun menu *makan siang 4 sehat 5 sempurna. Aku memilih menu: **nasi, telur, sayur selada dan timun, pisang sebagai buah, dan air putih*. Sederhana, tapi lengkap dan bergizi. Hari itu kami *makan siang bersama di sekolah*, sambil bercerita dan saling membandingkan menu makanan kami. Rasanya sangat menyenangkan! Lebih dari itu, aku merasa senang karena makananku benar-benar baik untuk tubuhku.
Di rumah, aku pun mulai *menggambar struktur organ pencernaan manusia*. Karena aku suka menggambar, aku menuangkannya dengan gaya kartun. Mulutku kubuat tersenyum, lambungku berbentuk hati, dan ususku seperti jalan berliku yang penuh warna. Guru bilang gambarku unik dan menggambarkan kreativitas.
Akhir dari proyek ini adalah membuat *cerita bertema “Makanku Adalah Tubuhku Saat Ini.”* Aku pun menyadari, makanan yang kita makan akan membentuk kesehatan tubuh kita. Jika kita makan makanan sehat, tubuh pun akan kuat dan berenergi. Tapi jika kita terlalu banyak makan zat aditif atau makanan tidak sehat, tubuh bisa jadi lemah dan mudah sakit.
*Pesan dari Ayuningtyas:*
"Sekarang aku tahu, makan bukan hanya soal kenyang, tapi soal bagaimana aku merawat tubuhku. Apa yang aku makan hari ini, menentukan seperti apa tubuhku di masa depan. Maka aku akan terus belajar, memilih makanan sehat, dan menjaga tubuhku dengan baik. Karena makanku, adalah tubuhku saat ini."

“Makanku adalah Tubuhku Saat Ini”
Hari Senin pagi, saya, Fadel Tri Adi Subakti, duduk di ruang kelas 8.2 dengan penuh semangat. Guru IPA kami memutar sebuah video tentang sistem pencernaan manusia. Saya melihat bagaimana makanan yang kita makan masuk melalui mulut, lalu melewati kerongkongan, lambung, usus halus, hingga usus besar. Ternyata setiap organ bekerja sama dengan luar biasa untuk mengubah makanan menjadi energi.
Selesai menonton, saya mulai teringat menu makanan saya sehari-hari. Pagi biasanya sarapan roti dengan susu, siang makan nasi dengan lauk sederhana, dan malam sering ada sayur buatan ibu. Saya mulai berpikir, apakah semua makanan itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saya?
Kemudian saya belajar bahwa tubuh kita membutuhkan komponen makanan lengkap, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Karbohidrat memberi energi, protein membangun tubuh, lemak menyimpan energi, vitamin menjaga kesehatan, dan mineral memperkuat tulang serta organ lainnya. Saya jadi sadar, semua itu harus seimbang.
Suatu pagi, saat sarapan bersama keluarga di rumah, saya memperhatikan makanan yang ada. Ada nasi goreng, telur, dan segelas teh manis. Ibu menjelaskan bahwa kadang makanan mengandung zat aditif seperti penyedap rasa atau pewarna. Saya jadi lebih hati-hati, karena meskipun enak, terlalu banyak zat aditif tidak baik bagi tubuh.
Di sekolah, saat istirahat, saya pergi ke kantin. Di sana, saya melihat banyak makanan kemasan seperti permen, keripik, dan minuman botol. Saya mencoba membaca labelnya dan menemukan kata-kata seperti “pengawet” dan “pemanis buatan”. Dari situ saya bisa mengidentifikasi zat aditif yang ternyata sering ada di sekitar saya.
Siang harinya, saya bersama teman-teman menyusun menu makan siang sehat 4 sehat 5 sempurna. Kami memilih nasi, ayam goreng, tumis kangkung, tempe, apel, dan air minum. Menu ini lengkap, mengandung karbohidrat, protein, sayur, buah, dan minuman sehat.
Saat makan siang bersama di sekolah, kami duduk berkelompok dengan ceria. Sambil makan, kami saling bercerita bahwa makanan sehat membuat tubuh lebih kuat untuk belajar, berolahraga, dan berkarya. Rasanya menyenangkan sekali karena kami bisa makan dengan penuh kesadaran bahwa makanan itu benar-benar memberi energi bagi tubuh.
Setelah itu, saya mencoba menggambar struktur organ pencernaan manusia sesuai kemampuan saya. Dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Walaupun gambar saya sederhana, saya bangga karena saya memahami bagaimana makanan yang saya makan tadi diproses oleh tubuh.
Akhirnya, saat belajar di kelas, guru kami menutup pelajaran dengan tema “Makanku adalah tubuhku saat ini”. Saya menyadari bahwa apa yang saya makan hari ini akan membentuk kesehatan dan kekuatan tubuh saya di masa depan. Sejak itu, saya bertekad untuk memilih makanan sehat, mengurangi zat aditif, dan menjaga pola makan agar tubuh saya selalu kuat untuk meraih cita-cita.
Pesan Inspiratif: “Makanan bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga menentukan kualitas tubuh dan masa depan kita.”

Makanku Adalah Tubuhku Saat Ini*
Namaku Jeni Oktaviani Putri, siswa kelas 8.2 di SMP Negeri yang terletak di pinggiran kota. Suatu hari, dalam pelajaran IPA, kami diminta untuk membuat proyek tentang sistem pencernaan manusia. Awalnya, aku berpikir ini akan jadi tugas biasa saja. Tapi ternyata, perjalanan belajarku kali ini menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan dan membuka mataku tentang pentingnya makanan yang aku konsumsi setiap hari.
Pelajaran dimulai ketika Bu Guru memutar sebuah video tentang *sistem pencernaan manusia*. Aku menyimak dengan serius bagaimana makanan yang kita makan masuk ke mulut, dikunyah, melewati kerongkongan, lalu masuk ke lambung, usus halus, usus besar, hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh. Rasanya luar biasa melihat bagaimana tubuh kita bekerja setiap saat untuk mencerna makanan.
Setelah menonton video itu, aku mulai *mengingat menu makanan sehari-hariku*. Kadang aku sarapan hanya dengan gorengan dan teh manis, makan siang seadanya, dan sering jajan makanan kemasan. Aku pun mulai bertanya dalam hati, “Apakah makanan yang aku makan ini benar-benar menyehatkan tubuhku?”
Kami pun belajar lebih dalam tentang *komponen makanan* yang dibutuhkan tubuh, seperti *karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral*. Aku mulai menyadari bahwa tubuhku membutuhkan semua zat itu untuk tumbuh dengan baik dan kuat. Ternyata, tidak cukup hanya makan kenyang, tapi juga harus memperhatikan kandungan gizinya.
Keesokan harinya, kami *sarapan bersama di sekolah. Aku membawa bekal dari rumah: nasi, telur dadar, dan sayur bayam. Saat itulah kami belajar tentang **zat aditif dalam makanan*. Bu Guru meminta kami memperhatikan makanan yang kami bawa dari rumah. Ternyata, beberapa temanku membawa makanan yang mengandung pewarna, pengawet, atau pemanis buatan.
Setelah itu, kami ke kantin untuk *mengidentifikasi zat aditif dalam makanan kemasan*. Aku dan temanku membaca label di bungkus makanan ringan. Di sana tertulis berbagai kode seperti MSG, natrium benzoat, dan pewarna sintetis. Aku jadi lebih waspada untuk tidak sering mengonsumsi makanan tersebut.
Sebagai tugas lanjutan, kami diminta untuk *menyusun menu makanan siang 4 sehat 5 sempurna. Kelompokku sepakat untuk memilih menu: nasi, ikan goreng, telur, pisang, dan air putih. Setelah semua menyiapkan, kami **makan siang bersama di sekolah*. Suasana hangat dan penuh tawa. Tapi yang paling penting, aku merasa lebih sehat dan berenergi setelah makan makanan bergizi.
Untuk menutup proyek ini, aku *menggambar struktur organ pencernaan manusia* sesuai dengan bakat seniku. Aku menggambar dengan penuh semangat, mulai dari mulut hingga anus, lengkap dengan nama dan fungsi masing-masing organ. Rasanya menyenangkan bisa menggabungkan pelajaran IPA dengan hobiku menggambar.
Akhirnya, kami diminta untuk membuat cerita tentang pembelajaran ini dengan tema *"Makanku adalah tubuhku saat ini"*. Aku benar-benar menyadari bahwa apa yang aku makan sangat memengaruhi tubuhku. Jika aku makan makanan sehat, tubuhku akan sehat. Jika aku asal makan, maka tubuhku pun bisa sakit.
Dari proyek ini, aku belajar bahwa makanan bukan hanya soal rasa dan kenyang, tapi tentang *kesehatan, energi, dan masa depan tubuhku sendiri*. Aku berjanji untuk lebih bijak memilih makanan, karena tubuhku adalah cerminan dari apa yang aku makan.

Makanku adalah Tubuhku Saat Ini*
Halo, namaku *Afikhailla Syahrani, siswi kelas 8.2. Hari ini aku ingin berbagi cerita tentang pengalamanku mempelajari **sistem pencernaan manusia* dalam pelajaran IPA. Siapa sangka, ternyata belajar tentang pencernaan bisa begitu seru dan membuatku sadar akan pentingnya memilih makanan yang baik untuk tubuh.
Semua berawal ketika Bu Guru memutar video animasi tentang *sistem pencernaan manusia* di kelas. Di layar, aku melihat makanan yang kita makan akan melewati mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar, sebelum akhirnya dibuang sebagai sisa. Aku sangat kagum—ternyata tubuh kita bekerja keras setiap kali kita makan!
"Wow, selama ini aku makan tanpa tahu apa yang terjadi di dalam tubuhku," pikirku dalam hati.
Sepulang sekolah, aku mulai memikirkan *menu makanan sehari-hariku*. Biasanya aku sarapan dengan roti dan susu, makan siang dengan nasi dan ayam goreng, lalu malamnya makan mi instan atau nasi dengan telur. Ternyata, selama ini aku belum terlalu memperhatikan keseimbangan gizi dalam makananku.
Hari berikutnya, kami belajar tentang *komponen makanan yang dibutuhkan tubuh*, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Aku jadi tahu bahwa:
* *Karbohidrat* adalah sumber energi (seperti nasi dan roti)
* *Protein* membangun tubuh (seperti telur dan daging)
* *Lemak* memberi energi cadangan
* *Vitamin dan mineral* menjaga fungsi tubuh tetap sehat
Aku mulai berpikir, “Apakah makananku selama ini sudah mengandung semuanya?”
Suatu pagi, ibuku menyiapkan sarapan spesial karena aku akan *sarapan bersama di sekolah. Saat menyiapkan bekal, aku memperhatikan kemasan sosis ayam yang digunakan ibu. Di sana tertulis beberapa **zat aditif* seperti pengawet dan pewarna makanan. Aku bertanya pada ibu, dan beliau menjelaskan bahwa zat aditif boleh saja digunakan asal tidak berlebihan dan harus aman untuk dikonsumsi. Aku pun jadi lebih sadar untuk selalu membaca label makanan sebelum makan.
Saat istirahat, aku dan teman-teman ke kantin. Di sana banyak makanan kemasan: keripik, permen, minuman berwarna, dan jajanan lainnya. Kami mencoba membaca label kemasannya. Wah, ternyata banyak yang mengandung *penguat rasa, pemanis buatan, dan pewarna sintetis*.
“Mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati memilih jajanan,” ucapku kepada teman-temanku.
Malam harinya, aku dan ibuku menyusun *menu makan siang sehat* untuk proyek IPA. Kami menyiapkan:
* *Nasi putih* sebagai karbohidrat
* *Sosis ayam* dan *telur rebus* sebagai protein
* *Pisang* sebagai buah penuh vitamin
* Dan tentu saja *air putih* sebagai pelengkap sempurna
Aku menamai menu ini *“Menu Makananku Bersama Ibu”*. Rasanya senang sekali bisa merencanakan makanan sehat bersama orang tua.
Keesokan harinya, aku membawa bekal itu dan *makan siang bersama teman-teman di sekolah*. Kami saling membandingkan menu masing-masing, dan banyak yang terinspirasi untuk membawa bekal sehat juga. Kami saling mengingatkan untuk makan dengan seimbang dan tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan instan.
Setelah makan siang, kami mendapat tugas menggambar *organ-organ pencernaan manusia* sesuai bakat masing-masing. Aku menggambar dengan penuh semangat: dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, sampai anus. Gambar itu kuberi warna dan kutempelkan di buku tugas dengan bangga.
Pelajaran ini membuatku sadar bahwa *apa yang kita makan menentukan bagaimana tubuh kita bekerja*. Kalau kita makan sehat, tubuh akan kuat dan tidak mudah sakit. Tapi kalau kita asal makan, tubuh pun bisa cepat lelah, sulit fokus, bahkan berisiko terkena penyakit.
Aku menuliskan di buku catatanku:
“Makanku adalah tubuhku saat ini. Maka aku akan memilih makanan yang membuat tubuhku sehat, kuat, dan semangat!”
Itulah cerita inspirasiku. Lewat pelajaran ini, aku belajar bukan hanya soal IPA, tapi juga soal kehidupan—tentang memilih yang baik untuk tubuhku sendiri. Terima kasih sudah membaca ceritaku!

*Perjalanan Makanku Menjadi Diriku*
Namaku *Mutma Ina, siswi kelas 8². Suatu hari di kelas IPA, Bu Guru memberi tugas proyek bertema **sistem pencernaan manusia. Awalnya, aku pikir itu akan membosankan… sampai aku mulai menonton **video tentang sistem pencernaan manusia. Aku kagum saat melihat bagaimana makanan yang kita makan bisa diubah menjadi energi dan bagian tubuh kita sendiri. Aku jadi berpikir, *"Ternyata apa yang aku makan benar-benar menjadi bagian dari diriku."
Setelah itu, aku diminta *mengingat menu makanan yang biasa aku makan sehari-hari*. Aku tulis semuanya di buku catatan: pagi makan nasi uduk dan telur, siang mie instan, malam terkadang nasi dan ikan goreng. Tapi aku jadi sadar… kadang aku lupa makan sayur dan buah!
Kami lalu belajar tentang *komponen makanan, seperti **karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral*. Aku baru tahu kalau semuanya penting. Karbohidrat dari nasi memberi energi, protein dari ikan dan telur membangun otot, vitamin dan mineral dari sayur dan buah menjaga tubuh tetap sehat. Wah… jadi selama ini kalau aku mudah lelah, mungkin karena makananku kurang lengkap?
Suatu pagi, aku *sarapan bersama di sekolah. Kami bawa bekal dari rumah. Aku perhatikan makananku: nasi goreng, telur dadar, dan kerupuk. Teman di sebelahku membawa roti cokelat dan sosis. Kami berdiskusi tentang **zat aditif dalam makanan*—bahan tambahan seperti pewarna, pengawet, dan penyedap. Ternyata, kerupuk dan sosis mengandung zat aditif. Tidak semua zat aditif berbahaya, tapi kita harus bijak mengonsumsinya.
Lalu, saat istirahat, aku dan teman-teman ke kantin. Di sana kami *mengidentifikasi zat aditif pada makanan kemasan*. Kami membaca label biskuit, minuman bersoda, dan jajanan lainnya. Ada kode seperti “MSG”, “benzoat”, dan “pewarna tartrazin”. Kami mencatatnya dan berdiskusi bersama guru.
Sebagai bagian dari proyek, kami diminta *menyusun menu makan siang 4 sehat 5 sempurna*. Aku dan kelompokku memilih:
🍚 Nasi putih
🐟 Ikan panggang
🥦 Sayur bayam
🍳 Telur rebus
🍎 Buah apel
💧 Air putih
Setelah itu, kami *makan siang bersama di sekolah. Rasanya berbeda ketika makan hasil rencana sendiri. Aku merasa lebih sehat, lebih semangat, dan lebih peduli pada apa yang masuk ke tubuhku. Aku juga menggambar **struktur sistem pencernaan manusia*, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus—menggabungkan bakatku dalam menggambar dengan pelajaran IPA.
Akhir dari proyek ini, kami membuat cerita dengan tema: *“Makanku adalah tubuhku saat ini.”* Aku menulis ini karena aku menyadari satu hal penting: "Setiap makanan yang aku makan akan menjadi bagian dari tubuhku: membentuk tulangku, mengalir di darahku, dan menentukan kesehatanku. Jadi mulai sekarang, aku ingin lebih peduli dan mencintai tubuhku lewat makanan yang aku pilih."
Itulah kisahku. Semoga cerita ini bisa menginspirasi teman-teman lain untuk menjaga kesehatan mulai dari memilih makanan yang baik. Karena pada akhirnya… *kita adalah apa yang kita makan.*

*Makanan adalah Tubuhku Saat Ini*
Pada suatu pagi yang cerah, saya, Nurul Rezky, duduk di depan layar komputer di kelas, menonton video tentang sistem pencernaan. Di dalam video itu, saya melihat bagaimana makanan yang kita makan diproses dalam tubuh. Makanan masuk ke dalam mulut, dihancurkan dengan gigi, dan dicerna oleh enzim dalam air liur. Proses ini berlanjut ke lambung, usus halus, dan akhirnya nutrisi yang dibutuhkan tubuh diserap. Saya merasa begitu terkesan dengan cara tubuh kita bekerja.
Setelah menonton video itu, saya teringat dengan menu makanan yang biasa saya makan sehari-hari. Ada nasi, ayam, sayur, dan buah. Saya mulai berpikir tentang apa saja yang terkandung dalam makanan saya dan bagaimana tubuh mengolahnya. Ini membuat saya semakin penasaran tentang komponen makanan yang dibutuhkan tubuh, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Karbohidrat, seperti nasi dan roti, memberikan energi untuk tubuh. Protein dari ayam dan ikan membantu tubuh tumbuh dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Lemak, meski harus dikonsumsi dalam jumlah yang tepat, memberikan cadangan energi. Vitamin dan mineral dari sayur dan buah menjaga tubuh tetap sehat dan mencegah penyakit.
Namun, saya juga menyadari pentingnya memahami zat aditif yang sering ada dalam makanan, terutama yang ada di rumah saya. Suatu pagi, saat sarapan bersama keluarga di rumah, saya menikmati mie instan yang lezat, namun saya tahu bahwa mie instan mengandung banyak zat aditif seperti pengawet dan perasa buatan. Meskipun enak, saya harus berhati-hati dalam mengonsumsinya agar tubuh tetap sehat.
Selanjutnya, saya memikirkan makanan yang ada di kantin sekolah. Ketika saya melihat makanan kemasan, saya mulai mengidentifikasi zat aditif yang terkandung dalamnya, seperti pewarna buatan dan pengawet. Tentu saja, saya memilih untuk menghindari makanan yang banyak mengandung bahan kimia berbahaya dan lebih memilih makanan yang lebih alami.
Setelah itu, saya bersama teman-teman di kelas belajar tentang konsep makanan sehat yang seimbang, yaitu 4 sehat 5 sempurna. Kami menyusun menu makanan yang mencakup nasi, ikan, sayur kangkung, dan susu. Menu ini mengandung semua komponen makanan yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi dengan baik.
Pada waktu makan siang di sekolah, saya bersama teman-teman menikmati nasi, ikan goreng, sayur kangkung, dan segelas susu. Kami berbicara tentang pentingnya menjaga pola makan yang sehat dan menghindari makanan yang kurang bergizi. Saya merasa tubuh saya mendapatkan energi yang cukup dari makanan ini, dan saya semakin yakin bahwa makan dengan seimbang sangat penting.
Di kelas, kami juga belajar menggambar struktur organ pencernaan manusia. Saya menggambar dengan penuh semangat, mengikuti setiap detail mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, hingga anus. Setiap organ memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Hari itu, saat pelajaran IPA berakhir, saya merasa bahwa saya telah belajar banyak tentang bagaimana makanan yang kita makan berperan dalam tubuh kita. Makanan bukan hanya sekedar untuk kenyang, tetapi juga untuk memberikan energi, tumbuh, dan menjaga kesehatan tubuh. Di akhir pelajaran, saya membuat sebuah cerita yang menyimpulkan semua yang telah saya pelajari.
*"Makanan adalah tubuhku saat ini,"* pikir saya. Apa yang saya makan akan menentukan seberapa sehat dan kuat tubuh saya. Oleh karena itu, saya berjanji untuk selalu menjaga pola makan yang sehat dan seimbang. Karena, seperti yang saya pelajari, tubuh kita hanya akan bekerja dengan baik jika kita memberinya makanan yang tepat.

"Makananku adalah Tubuhku Saat Ini"*
*Oleh: Revita Okta Viana Celcia – Kelas 8.2*
Hari itu, kami belajar tentang sistem pencernaan manusia. Bu guru memutar video di kelas. Aku menyimak dengan penuh rasa penasaran. Di layar, tampak bagaimana makanan yang kita makan masuk melalui mulut, melewati kerongkongan, lalu dicerna di lambung dan usus. Semua proses itu terjadi di dalam tubuhku sendiri. *“Wah, luar biasa sekali tubuh kita bekerja,”* pikirku.
Sepulang sekolah, aku mulai merenungkan menu makananku sehari-hari. Di pagi hari, biasanya aku sarapan nasi goreng atau mie instan. Siang hari aku makan di kantin sekolah, dan malam hari mama memasak sayur bening dan ayam goreng. Tapi, aku sadar bahwa belum tentu semua makananku bergizi seimbang.
Keesokan harinya, kami belajar tentang *komponen makanan yang dibutuhkan tubuh*: karbohidrat sebagai sumber energi, protein untuk membangun tubuh, lemak untuk cadangan energi, serta vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan. Aku mulai sadar bahwa makan bukan hanya soal kenyang, tapi soal bagaimana aku merawat tubuhku.
Kegiatan selanjutnya adalah *sarapan bersama di sekolah. Bu guru meminta kami membawa makanan dari rumah. Saat itulah aku memperhatikan makanan teman-temanku—ada yang membawa roti dengan selai, ada juga yang membawa nasi uduk. Kami juga diajak mengenali **zat aditif dalam makanan*—seperti pengawet, pewarna buatan, dan pemanis buatan. Aku pun teringat bahwa mie instan yang sering aku makan mengandung banyak zat aditif.
Kemudian, kami ke kantin sekolah dan *mengidentifikasi zat aditif dalam makanan kemasan*. Aku melihat label pada minuman botol dan jajanan ringan. Banyak sekali bahan kimia yang sulit aku baca namanya! Aku mulai berpikir untuk mengurangi jajanan tersebut dan memilih makanan yang lebih alami.
Setelah itu, kami diminta *menyusun menu makanan siang* yang terdiri dari *empat sehat lima sempurna*. Aku dan kelompokku sepakat membuat menu sederhana: nasi, mie, campuran sayur sawi, dan air putih. Kami sadar, walaupun sederhana, menu ini sudah memenuhi unsur karbohidrat, sayur, dan cairan yang dibutuhkan tubuh.
Saat *makan siang bersama di sekolah*, suasananya sangat menyenangkan. Kami saling berbagi cerita tentang makanan kesukaan kami dan bagaimana kami ingin makan lebih sehat. Aku merasa lebih menghargai makanan yang kumakan, dan lebih menghormati tubuhku sendiri.
Sebagai bagian dari proyek, aku juga *menggambar struktur organ pencernaan manusia*. Dengan menggunakan pensil warna, aku menggambarkan mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Aku merasa bangga bisa mengekspresikan ilmu IPA lewat seni.
Akhir dari semua kegiatan ini, kami menulis refleksi dengan tema *“Makananku adalah Tubuhku Saat Ini”*. Aku menulis dengan sepenuh hati bahwa makanan bukan hanya sekadar mengisi perut, tapi menentukan kesehatan dan kekuatanku. Jika aku makan sembarangan, tubuhku akan lemah. Tapi jika aku makan sehat, tubuhku akan kuat dan siap menghadapi masa depan.
---
*Pesan Moral dari Cerita Ini:*
Kita adalah apa yang kita makan. Tubuh kita bekerja sangat keras untuk mencerna setiap makanan yang masuk. Jadi, mari kita jaga tubuh ini dengan memilih makanan yang sehat, alami, dan bergizi seimbang.
"Makananku adalah Tubuhku Saat Ini"**
Pada suatu pagi yang cerah, Israwati, seorang siswa kelas 8.2, duduk di bangku depan sambil menonton video tentang sistem pencernaan manusia. Di layar, terlihat bagaimana makanan yang kita makan diproses oleh tubuh. Israwati terpesona melihat bagaimana makanan yang masuk ke mulut akan diproses mulai dari saluran pencernaan hingga menjadi energi yang berguna bagi tubuh.
"Sungguh luar biasa," pikirnya, "bagaimana makanan yang sederhana bisa memberi kita energi untuk beraktivitas."
Setelah menonton video, Israwati mulai merenung. Ia pun teringat dengan menu makanan yang ia konsumsi setiap hari. Seperti sarapan dengan nasi goreng dan telur, makan siang dengan sayur sop dan ayam, serta malam dengan ikan bakar dan sayuran. Semua makanan itu terasa enak, namun ia mulai berpikir, apakah semua makanan itu sudah cukup memberikan nutrisi yang dibutuhkan tubuhnya?
Ia pun belajar lebih banyak tentang komponen makanan yang dibutuhkan tubuh, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Israwati menyadari bahwa tubuh membutuhkan kombinasi dari semua itu untuk tumbuh sehat dan kuat. Karbohidrat memberi energi, protein untuk membangun otot, lemak untuk melindungi organ tubuh, dan vitamin serta mineral untuk menjaga sistem tubuh tetap bekerja dengan baik.
Suatu hari, saat sarapan bersama di rumah, Israwati memperhatikan dengan seksama makanan yang ada di meja. Ada nasi, telur, dan sambal. Namun, ia juga melihat beberapa bumbu tambahan yang digunakan ibunya dalam masakan tersebut, seperti penyedap rasa. Ia mulai berpikir, apa itu zat aditif yang sering disebut-sebut dalam pelajaran IPA?
Setelah mendapat penjelasan dari ibunya, Israwati belajar bahwa zat aditif adalah bahan tambahan yang digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan rasa, warna, atau masa simpan makanan. Namun, jika digunakan secara berlebihan, zat aditif bisa berbahaya bagi tubuh. Israwati mulai sadar untuk lebih berhati-hati memilih makanan yang mengandung banyak zat aditif.
Pada suatu hari, Israwati pergi ke kantin sekolah bersama teman-temannya. Mereka melihat berbagai macam makanan kemasan yang dijual, seperti snack dan minuman manis. Israwati pun memeriksa label kemasan dan menemukan beberapa bahan yang tidak dikenalnya. "Ini pasti mengandung banyak zat aditif," pikirnya. Ia kemudian mengingat kembali apa yang ia pelajari di kelas dan bertekad untuk lebih bijak dalam memilih makanan.
Setelah itu, Israwati diberikan tugas untuk menyusun menu makan siang yang sehat. Ia memilih menu yang terdiri dari nasi, ayam, alpukat, jeruk, telur, wortel, tumis kangkung, dan air putih. "Ini menu yang seimbang," pikirnya, "ada karbohidrat, protein, lemak sehat, serta vitamin dan mineral dari buah dan sayur."
Ketika tiba waktu makan siang di sekolah, Israwati bersama teman-temannya duduk bersama dan menikmati makanannya. Mereka saling berbagi cerita tentang apa yang mereka pelajari di kelas tentang sistem pencernaan. "Makananku adalah tubuhku saat ini," kata Israwati dengan penuh semangat. Teman-temannya pun setuju, mereka semua merasa bahwa makanan yang sehat akan memberikan mereka energi yang baik untuk beraktivitas sepanjang hari.
Untuk tugas seni, Israwati menggambar struktur organ pencernaan manusia sesuai dengan bakat menggambarnya. Ia menggambar dengan penuh detail, dari mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, hingga usus besar. Gambar itu ia buat dengan penuh perhatian, karena ia tahu betapa pentingnya sistem pencernaan yang bekerja dengan baik agar tubuh bisa mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan.
Di akhir pelajaran, Israwati menulis sebuah cerita refleksi tentang pembelajaran yang ia dapatkan. "Makananku adalah tubuhku saat ini," tulisnya. "Dengan memahami apa yang kita makan, kita bisa merawat tubuh kita dengan lebih baik. Makanan yang sehat akan memberikan energi yang baik, dan itu akan membuat tubuh kita lebih kuat. Oleh karena itu, aku akan selalu memilih makanan yang bergizi dan sehat, karena makananku adalah tubuhku saat ini."
Cerita ini menjadi inspirasi bagi teman-temannya untuk lebih peduli terhadap apa yang mereka makan dan pentingnya menjaga tubuh dengan makanan yang bergizi. Sejak saat itu, Israwati merasa lebih bijak dalam memilih makanan, dan ia selalu ingat bahwa makanan yang baik akan membawa tubuh yang sehat dan kuat.